Jakarta -
Persiraja Banda Aceh mengemban misi khusus dalam keikutsertaan mereka di BRI Liga 1 2021. Laskar Rencong mau jadi etalase bakat-bakat asli Aceh.
Ada banyak pemain lokal yang diberdayakan Persiraja pada gelaran Liga 1 kali ini. Mulai dari Zahran Iqbal, Fakhrurrazi Quba, Agus Suhendra, Mukhlis Nakata, Arif Nulhakim, Rolas Divaio, Defri Rizki, Muhammad Mikail, Subhan Fajri, hingga Ramadhan.
Cuma sebagian kecil dari skuad Persiraja saat ini yang bukan berasal dari Aceh. Beberapa di antaranya adalah Eeng Supriyadi atau Aji Bayu Putra, dan tentunya empat pemain asing dalam tim.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Presiden Persiraja Nazarudin Dek Gam percaya Aceh punya pemain-pemain berbakat. Hanya saja kurang disorot karena Aceh belum dikenal sebagai penghasil pesepakbola.
Kehadiran Persiraja di level tertinggi sepakbola Indonesia menjadi berkah tersendiri bagi Dek Gam. Baginya ini adalah kesempatan untuk mewujudkan impian memperkenalkan pemain-pemain asli Aceh.
Dengan mengumpulkan pemain Aceh di Persiraja, Dek Gam yakin mereka punya motivasi lebih kala bertanding. Kebetulan, masyarakat Aceh juga menggilai sepakbola sebagaimana terlihat pada pekan pertama Liga 1 2020.
Pertandingan antara Persiraja melawan Bhayangkara FC pada 29 Februari 2020 banjir penonton. Sekitar 20 ribu pasang mata memenuhi Stadion Harapan Bangsa, Kota Banda Aceh.
"Bicara gaji, kami ini tak seberapa dengan klub lain. Tapi bicara semangat kedaerahan Persiraja lebih dari klub lain. Memotivasi pemain Persiraja cukup gampang. Saya katakan ke pemain bahwa kalian bermain membawa nama daerah. Kalau mau terkenal maka harus main dengan baik, ngotot, dan sungguh-sungguh," kata Dek Gam saat ditemui di Kebayoran Baru, Jakarta, Kamis (16/9/2021).
"Makanya banyak pemain Aceh yang tak terkenal di tim kami, tetapi mereka bisa mengalahkan pemain dengan nama. Semangat kedaerahan adalah modal terbesar Persiraja. Pasti pemain kami mau menampilkan yang terbaik di depan publik Aceh. Kami mengandalkan banyak pemain lokal bukan karena masalah finansial, buktinya kami punya empat pemain asing," ujarnya menjelaskan.
"Kami mau Aceh jadi lumbung sepakbola. Sekarang hampir semua klub sepakbola ada pemain asal Aceh. Di Persija ada, PSS Sleman, atau Madura United. Nah harapan saya Persiraja menjadi pabriknya putra-putra Aceh untuk berkibar di sepakbola Indonesia. Itu yang mau saya capai, jadi bukan hanya mengejar kemenangan dan keuntungan," katanya lagi.
Dengan modal pemain lokal, skuad Persiraja memang kerap diremehkan dan disebut-sebut tak cukup layak untuk bertahan di Liga 1. Tak ada nama-nama beken yang direkrut untuk mengangkat performa tim.
Tak heran jika ada anggapan bahwa Persiraja cuma akan menjadi penggembira di BRI Liga 1 sejak promosi dari Liga 2 2019. Meski begitu, sejauh ini kiprah Persiraja di Liga 1 tak bisa dibilang jelek.
*ke halaman berikutnya
Pada tiga awal Liga 1 2020 misalnya, tim asuhan Joko Susilo berhasil mencatatkan diri sebagai satu-satunya klub yang tak kebobolan. Dalam menyambut Liga 1 2021, beberapa pemain terbaik mereka malah diborong Persis Solo; dari Miftahul Hamdi hingga Assanur Rijal.
Sejauh ini mereka setidaknya masih cukup kompetitif, meraih tiga poin hasil sekali kalah dan sekali menang. Pada partai pertama mereka takluk 1-2 dari Bhayangkara, lalu menang dramatis 3-2 atas PSS.
"Kami mau menjadikan pemain Aceh tampil di pentas nasional agar estafet ini tak putus. Terakhir (kontra PSS) kami tampilkan pemain muda yakni Subhan dan Ramadhan yang baru berusia 18 dan 20 tahun, ternyata mereka main bagus. Itu pertama kami kasih kesempatan main 90 menit, hasilnya luar biasa," tutur Dek Gam.
"Kalau seandainya virus corona tak hadir ke negeri ini kami yakin bisa 3 besar. Karena antusiasme pendukung kami luar biasa, saya yakin Persiraja akan sukses. Tapi Tuhan berkehendak lain dengan datangnya corona ini. Jadi masyarakat Aceh nggak bisa mendukung langsung timnya, kami juga tak bisa main di kandang sendiri. Otomatis target tersebut kami turunkan dari 3 besar menjadi 7 besar," ucap Dek Gam.
Selain bermodal talenta lokal, Persiraja juga minim sumber dana. Sponsor yang mereka dapatkan saat ini cuma cukup untuk membiayai sementara operasional klub karena jumlahnya tak besar.
"Pengeluaran Persiraja itu 80 persen uang pribadi saya, sponsor itu tak seberapa malah tak cukup untuk menggaji bulan pemain. Kondisi ini sangat tidak sehat, saya tak tahu bisa bertahan sampai kapan dengan kondisi begini. Nggak mungkin dong rugi terus," ucap pria anggota Komisi III DPR RI.
"Kita doakan saja pandemi ini cepat berlalu sehingga Persiraja bisa dapat sponsor yang lebih baik lagi. Kalau bisa main di kandang sendiri supaya kami bisa mendapat penjualan tiket," katanya.
Terakhir, ia juga berharap kompetisi Liga 1 bisa berjalan dengan lancar sampai akhir musim. Ia mau semua berjalan dengan baik di tengah kondisi pandemi COVID-19 ini.
"Saya sampai saat ini belum tahu berapa PT LIB dapat dana (dari sponsor), berapa yang disalurkan ke klub? Karena belum ada RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham), harus secepatnya RUPS. Kalau ada keuntungan lebih seharusnya subsidi ditambah. Kalau ada kekurangan harus diselesaikan demi kompetisi," ujarnya.
"Uneg-uneg saya salah satunya soal wasit, kami kena lawan Sleman soal gol (Irfan Bachdim). Saya tak menyalahkan Sleman, tapi wasitnya tak tegas. Kami harapkan komite wasit memberikan ketegasan agar wasit tak main-main. Sedang kompetisi kok main-main, harus lebih profesional. Nggak boleh memihak siapapun," ucapnya menegaskan.
"Nggak boleh lagi terjadi penalti kontroversial atau kontroversi gol karena kami tak ada VAR. Tapi yang sudah terjadi biarlah terjadi, namanya manusia punya kesalahan. Kami minta kepada PT LIB untuk membenahi," kata Dek Gam berseru.