Ada juga keanehan-keanehan kepemimpinan wasit yang kerap mewarnai laga Liga 2. Salah satunya pada laga Rans Cilegon FC kontra Badak Lampung, pada 19 Oktober.
Laga yang berakhir dengan skor 1-0 untuk kemenangan Rans Cilegon itu tak lepas dari kontroversi. Rans Cilegon dihadiahi tendangan penalti yang sukses dikonversi menjadi gol oleh Tarik El Janaby.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Masalahnya, tak ada hal yang membuat Badak Lampung pantas mendapat hukuman. Badak Lampung dihukum penalti karena pemainnya dinyatakan handsball, meski dalam tayangan ulang tak ada bukti yang bisa membenarkan keputusan wasit.
Setelah itu, muncul isu pengaturan skor yang dimulai dari laporan Manajer Perserang Serang Babay Karnawi. Ia melaporkan pelatih dan lima orang pemainnya.
Komdis PSSI akhirnya menjatuhkan 5 pemain Perserang itu plus 1 pemain Persic Cilegon. Sementara Putut Widjanarko eks pelatih Perserang bebas dari tuduhan itu karena tak terbukti terlibat.
Kasus pengaturan skor ini kembali membuka mata bahwa Liga 2 belum lepas dari isu ini. Tentu masih ingat betul kasus serupa pernah ramai dibahas seusai pemain PS Mojokerto Krisna Adi yang sengaja menendang bola ke luar gawang saat mengeksekusi tendangan penalti pada Liga 2 2018.
Teranyar, Liga 2 kembali diwarnai kabar tak sedap. PSG Pati memainkan pemain ilegal ke dalam pertandingan pertama putaran kedua melawan Persis Solo pada 3 November.
Masalahnya, I Gede Sukadana sedang terkena hukuman Komdis PSSI yakni larangan bermain karena ulahnya pada putaran pertama Liga 2 bersama PSMS. Ia melakukan tekel keras ke pemain Semen Padang dan dikartu merah pada 14 Oktober 2021.
Terkait pelanggaran keras itu, Komdis PSSI pun memberikan larangan bermain sebanyak dua laga kepada I Gede Sukadana. Seharusnya, mantan pemain Bali United itu baru bisa bermain pada pekan ketujuh Liga 2.
Hasilnya, PSG pun dikurangi 3 poin dan dinyatakan kalah 0-3 dari Persis Solo. Adapun PSG mengaku tak tahu bahwa pemain barunya itu sedang terkena hukuman.
Berbagai kasus ini harus menjadi perhatian serius PSSI dan PT LIB. Liga 2 yang statusnya profesional seperti Liga 1, banyak menampilkan kasus-kasus yang semestinya tak terjadi sehingga memberikan kesan yang negatif di masyarakat.
(aff/adp)