Shin Tae-yong Keluhkan Kompetisi, PT LIB Punya Langkah-langkah Ini

Shin Tae-yong Keluhkan Kompetisi, PT LIB Punya Langkah-langkah Ini

Muhammad Robbani - Sepakbola
Kamis, 30 Jun 2022 12:47 WIB
Bos PT Liga Indonesia Baru, Akhmad Hadian Lukita.
PT Liga Indonesia Baru, lewat Akhmad Hadian Lukita, merespons saran Shin Tae-yong. (Foto: detikcom/Muhammad Robbani)
Jakarta -

PT Liga Indonesia Baru (LIB) menanggapi keluhan Shin Tae-yong soal kualitas Liga 1. Pelatih Timnas Indonesia menilai mutu kompetisi dalam negeri masih kurang.

Disebut Shin Tae-yong dalam wawancara eksklusif bersama detikSport, ada korelasi antara kualitas kompetisi dalam membangun timnas. kompetisi yang baik sangat diperlukan untuk mencetak pemain berkualitas yang bisa memberikan kontribusi dalam membentuk Timnas Indonesia yang kuat.

Pelatih asal Korea merasa pekerjaannya di Timnas Indonesia berat, karena juga harus membekali para pemain dengan masalah teknis. Padahal menurutnya, latihan Timnas Indonesia hanya fokus menyiapkan strategi saja.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

PT LIB yang mendengar keluhan ini pun memberikan tanggapan. Saran-saran yang disampaikan Shin Tae-yong pun akan diterima sebagai masukan positif demi kebaikan sepakbola Indonesia.

"Kami sangat mengapresiasi apa yang disampaikan Shin Tae-yong, tentu menjadi masukan yang sangat positif bagi pengembangan liga. Kami sadari, muara dari kompetisi adalah pemain-pemain terbaik yang lahir dari persaingan yang kompetitif untuk memperkuat Timnas," kata Direktur Utama PT LIB Akhmad Hadian Lukita, kepada detikSport.

ADVERTISEMENT

"Dan penilaian dari pelatih timnas tentu menjadi objektif untuk menjadi indikator pencapaian liga kita selama ini. Kami di LIB memiliki beberapa titik fokus dalam pengembangan kualitas, dari mulai aspek teknis-administratif, organisasi event kompetisi, entertainment, industri, bisnis, tayangan televisi, hingga tidak lupa kualitas teknis permainan itu sendiri," ujarnya menambahkan.

Diakui PT LIB, berbagai fokus itulah yang membuat beberapa aspek kompetisi belum maksimal. Tapi operator punya target jangka pendek dan jangka panjang yang juga sudah ditetapkan.

Lukita menyebut operator kompetisi sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menjalankan tugas-tugasnya. Tinggal bagaimana caranya operator menyempurnakan standarisasi yang ketat dan bisa diterima atau diterjemahkan dengan baik oleh klub Liga 1, termasuk dalam membina pemain-pemainnya.

"Memang ini juga sistemik, artinya hal fundamental harus disiapkan oleh operator dan PSSI dalam regulasi dan panduan praktis seperti standar kualifikasi pelatih serta asisten pendukungnya, menyiapkan standar kurikulum kepelatihan teknis dan fisik hingga metodenya, Lalu klub pun merekrut tim pelatih sesuai kualifikasi tadi serta dukungan infrastruktur serta football technology," ucap Lukita.

"Untuk short term sudah kami lakukan dengan membentuk tim Technical Study Group (TSG) yang link (terhubung) dengan Departemen Teknik PSSI, mengapa? Agar ada sinkronisasi dalam scouting, analisa, data dan statistik, sehingga selaras dalam coach development dan komunikasi dengan pelatih timnas. Memang belum 100 persen, tapi setidaknya kami mulai menapaki upaya ini step-by-step, sehingga harapannya akan ada progress dari kompetisi dan sinkron dengan program pelatih timnas," ucapnya.

Salah satu senjata yang bisa dijadikan PT LIB untuk meningkatkan mutu kompetisi adalah melalui Club Licensing. Di Indonesia PSSI menggunakan standarisasi yang ditetapkan AFC bagi klub yang mau mendapatkan lisensi klub profesional.

Ada lima aspek penting yang wajib dipenuhi klub untuk mendapatkan lisensi AFC, yakni legalitas, finansial, infrastruktur, sumber daya manusia dan administrasi, serta sporting atau (pembinaan usia dini).

Merujuk ke J.League, mereka punya standarisasi ketat buat klub yang mau ikut berkompetisi. Yakni klub harus punya perencanaan 100 tahun lewat program 'J.League 100 Year Plan' untuk bisa ikut tampil di J.League.

Jika memenuhi syarat itu, klub baru bisa mendapatkan lisensi dan tampil di kompetisi. Ada beberapa klub yang terus bertahan dengan status amatir karena enggan memenuhi kriteria itu.

Bedanya, di Indonesia tak ada syarat khusus yang mewajibkan klub untuk punya lisensi demi ikut berkompetisi di Liga 1 maupun Liga 2. Biasanya klub hanya akan memenuhi standarisasi AFC demi bisa berkompetisi di pentas Asia seperti Liga Champions Asia dan Piala AFC.

Selain itu, lisensi buat klub Indonesia juga hanya berlaku satu tahun karena verifikasi Club Licensing berlangsung setiap tahun mengingat dinamisnya perkembangan klub sepakbola dalam negeri. Tapi PT LIB menegaskan mau meningkatkan mutu kompetisi lewat persyaratan Club Licensing itu.

"Kembali ke hal sistemik tadi, implementasi lebih akseleratif di Club Licensing juga harus menjadi concern kami, karena parameter profesionalnya ada di situ dalam hal sporting, personal, finansial, infrastruktur dan legal, serta tambahan bisnis komersial," kata Lukita.


Hide Ads