Boaz Solossa: Tidak Ada Sepakbola Seharga Nyawa Manusia

Boaz Solossa: Tidak Ada Sepakbola Seharga Nyawa Manusia

Mercy Raya - Sepakbola
Senin, 03 Okt 2022 19:30 WIB
MALANG, INDONESIA - OCTOBER 03: Supporters and people lay flowers as they pay condolence to the victims outside Kanjuruhan Stadium on October 03, 2022 in Malang, Indonesia. A riot and stampede broke out at a football stadium in East Java on Saturday. Police fired tear gas to disperse fans who had invaded the pitch after and began fighting the match ended. A stampede for the exits has resulted in at least 125, media reports said, with many still injured in hospitals. (Photo by Ulet Ifansasti/Getty Images)
Boaz Solossa berduka cita mendalam atas terjadinya Tragedi Kanjuruhan. (Foto: Getty Images/Ulet Ifansasti)
Jakarta -

Tragedi Kanjuruhan memantik rasa duka mendalam bagi banyak orang, termasuk pesepakbola Boaz Solossa. Ia sedih karena tidak ada sepakbola seharga nyawa manusia.

Tak ada yang menyangka laga yang menyajikan Arema FC melawan Persebaya Surabaya di Liga 1 2022/2023 di Stadion Kanjuruhan, Malang, bakal berakhir dengan sebuah peristiwa memilukan.

Sebanyak 125 orang meregang nyawa dalam bentrok antara suporter dengan aparat keamanan yang pecah setelah Arema menelan kekalahan dari Persebaya Surabaya dengan skor 2-3. Sebagian besar korban jiwa akibat desak-desakan di pintu stadion karena gas air mata yang ditembakkan ke lapangan dan tribune-tribune stadion.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kejadian ini pun tak hanya menjadi duka bagi para keluarga korban, tapi juga masyarakat Indonesia. Bahkan, tragedi sepakbola ini juga turut menjadi sorotan dunia.

Atas tragedi ini pun banyak yang saling menyalahkan dan lempar kritik. Boaz Solossa, pesepakbola PSS Sleman, meminta seluruh pihak untuk berhenti saling menyalahkan, dan fokus berdoa untuk keluarga para korban.

ADVERTISEMENT

Hal itu disampaikan eks pesepakbola Timnas Indonesia dan Persipura Jayapura itu dalam akun Instagram miliknya.

Dalam unggahannya Boaz menulis: "Setop dulu mengkritik dan menyalahkan. Berdoa untuk keluarga yang kehilangan dan pemulihan yang masih dirawat. Pekalah sejenak. Kemanusiaan di atas ego pribadi. Ini duka kita semua. Tidak ada sepakbola seharga nyawa manusia."

Pemerintah sendiri dalam menyelesaikan tragedi Kanjuruhan segera membentuk Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) yang dipimpin langsung oleh Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum, dan Keamanan RI Mahfud MD.

Nantinya, TGIPF akan memiliki anggota terdiri dari perwakilan kementerian, orgnisasi profesi olahraga sepakbola, pengamat, akademisi serta media massa. Sementara untuk siapa saja orangnya akan ditetapkan dalam 24 jam ke depan. Mereka akan bertugas dalam menyelesaikan tugas-tugasnya dalam dua atau tiga minggu ke depan.

Mahfud juga menyampaikan bahwa pemerintah sangat terpukul dengan peristiwa yang terjadi di Kanjuruhan, Malang, dalam pertandingan sepakbola yang telah menjatuhkan banyak korban jiwa.




(mcy/rin)

Hide Ads