Nestapa Ortu Korban Tragedi Kanjuruhan, Cari Utang demi Berobat

Nestapa Ortu Korban Tragedi Kanjuruhan, Cari Utang demi Berobat

muhammad aminudin - Sepakbola
Kamis, 06 Okt 2022 22:20 WIB
Saguwanto, korban selamat Tragedi Kanjuruhan
Nestapa Ortu Korban Tragedi Kanjuruhan, Cari Utang demi Biaya Pengobatan (Foto: Muhammad Aminudin/detikJatim)
Malang -

Nur Saguwanto salah satu korban Tragedi Kanjuruhan. Orang tuanya kini harus berutang demi biaya pengobatannya, setelah kakinya patah dan wajahnya melepuh.

Malam saat Tragedi Kanjuruhan pecah pada Sabtu (1/10), Dewi Fitri (38) mengaku tak bisa tidur. Hatinya resah menanti kabar sang anak, Nur Saguwanto (19) yang belum pulang usai pamit menonton laga Arema FC kontra Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang.

Malam makin larut, Dewi mengaku menerima banyak informasi korban meninggal atas insiden tersebut. Hatinya pun semakin kalut, apalagi ponsel sang anak tak kunjung dapat dihubungi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Esoknya, Dewi baru bisa bernapas lega. Ada kabar sang anak dirawat di RSUD Kanjuruhan. Kondisinya selamat, meskipun kakinya patah hingga wajahnya melepuh.

"Kami semua panik, karena anak saya dicari ke semua rumah sakit tidak ada. Baru Minggu pagi ketemu," kata ibu korban, Dewi Fitri (38) saat ditemui detikJatim di kediamannya, Kamis (6/10/2022).

ADVERTISEMENT

Tak hanya itu, Dewi menyebut, anaknya juga mengalami sesak napas. Diduga, kondisi ini merupakan efek dari gas air mata yang terlampau banyak dihirup hingga mengendap di tubuhnya.

Meski kondisinya cukup parah, Saguwanto akhirnya diperbolehkan pulang setelah mendapatkan penanganan medis. Ini karena ruangan tempat perawatan penuh sesak.

"Akhirnya anak saya dipulangkan. Saya bawa ke rumah, manggil bidan desa untuk membantu memasangkan infus dan merawat langsung," ujar Dewi.

Saguwanto, korban selamat Tragedi KanjuruhanSaguwanto, korban selamat Tragedi Kanjuruhan (Foto: Muhammad Aminudin/detikJatim)

Masalah baru timbul. Dewi mengaku sampai mencari utangan untuk menutup pengobatan anaknya di rumah. Berbeda ketika penanganan di rumah sakit, semua biaya digratiskan.

"Kalau biaya waktu perawatan di rumah sakit gratis. Mau nggak mau saya cari utangan sendiri. Sudah habis Rp 750 ribu hari ini, ayahnya juga masih mencari hutangan lagi," bebernya.

Sang ayah, Mahhfud hanya seorang buruh tani. Mahfud berharap anaknya bisa kembali sembuh. Mahfud masih mengingat kondisi putranya cukup mengenaskan setelah Tragedi Kanjuruhan. Bagian matanya bengkak merah dan kulit wajah melepuh.

"Kalau bantuan sampai hari ini belum dapat bantuan. Kita rawat anak kami semampunya di rumah," tutur Mahfud.

Artikel ini sudah tayang di detikJatim, silakan baca selengkapnya di sini.

(mua/aff)

Hide Ads