Salah satu poin penghentian Liga 2 dan Liga 3 adalah klaim PSSI dan rapat Exco (Komite Eksekutif) mengenai infrastruktur tidak layak. Seperti apakah kondisinya?
PSSI sudah mengumumkan penghentian dua kompetisi tersebut, Kamis (12/1/2023). Usai menggelar rapat dengan Exco dan pemilik klub di GBK Arena, Senayan, Jakarta Pusat, Sekjen PSSI, Yunus Nusi, yang mengumumkan keputusan itu. Liga 2 vakum imbas dari Tragedi Kanjuruhan.
"Penghentian kompetisi ini merupakan permintaan dari klub sendiri. Lalu masalah infrastruktur yang tidak layak, dan terakhir adalah masalah perizinan dari kepolisian," kata Yunus Nusi dalam keterangan kepada pewarta.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Liga 2 2022 Dihentikan! |
Menurut salah satu rumor yang beredar, ada 20 klub yang menginginkan Liga 2 tak dilanjutkan. Tapi, beberapa klub yang diklaim setuju kasta kedua kompetisi sepakbola Indonesia setop lantas mulai membantah.
Perihal infrastruktur, PT Liga Indonesia Baru (LIB) sejatinya sudah melakukan verifikasi ulang usai Tragedi Kanjuruhan. Hasilnya, ada 16 stadion yang dinyatakan layak menggelar kompetisi Liga 1.
Stadion Utama Gelora Bung Karno, Stadion Jakabaring, Stadion Kapten Wayan Dipta, Gelora Bung Tomo, Stadion Manahan, Stadion Batakan, dan Jakarta International Stadium contohnya.
Baca juga: Liga 1 2022 Tak Ada Degradasi |
PSSI sebenarnya mendapatkan usulan agar lanjutan Liga 2 dan Liga 3 digelar home tournament saja. Tapi diskusi itu buntu hingga akhirnya Liga 2 diputuskan berhenti.
Dengan 16 stadion yang lolos verifikasi itu, Liga 2 sebenarnya masih mungkin lanjut dengan sistem home tournament alias digelar di satu kota. PSSI dan PT LIB sebagai operator kompetisi tinggal mempertimbangkan stadion yang tak dipakai kandang oleh tim Liga 1.
Pemerhati sepakbola nasional, M Kusnaeni, menilai PSSI tak pernah benar-benar melakukan evaluasi usai Tragedi Kanjuruhan yang sempat bikin kompetisi terhenti -- sampai akhirnya Liga 1 lanjut, sedangkan Liga 2 setop.
"Pertama tentu bersyukur liga bisa bergulir lagi, kompetisi penting dan menjadi salah satu pintu pembangunan sepakbola. Salah satu penyebab timnas kurang maksimal performanya ya antara lain faktor kompetisi juga," kata pengamat sepakbola Mohamad Kusnaeni dalam sebuah perbincangan dengan detikSport, saat bicara soal lanjutnya Liga 1.
"Kalau berkaca timnas di Piala AFF itu juga karena vakumnya kompetisi membuat kinerja pemain menjadi tidak maksimal, walaupun bukan satu-satunya. Kedua, bergulirnya kompetisi ini penting untuk menjaga industri ini sustain bisa berkesinambungan dan berkelanjutan. Karena yang namanya industri sepakbola ya urat nadinya kompetisi," ujarnya.
"Kalau tak ada kompetisi ya tak ada industrinya. Jadi kalau bicara menjadikan sepakbola sebagai industri, sebagai olahraga profesional maka kompetisinya harus berjalan. Semakin baik dari masa ke masa, harus itu. Bukan cuma sekadar berjalan, tapi harus lebih baik," katanya lagi.