Liam Gallagher: Selama MU Menderita Aku Bahagia

Liam Gallagher: Selama MU Menderita Aku Bahagia

Bayu Baskoro - Sepakbola
Rabu, 08 Jan 2020 00:32 WIB
Liam Gallagher mengaku bahagia melihat Manchester United tengah terpuruk (Foto: Photo by John Gichigi/Getty Images)
Manchester - Mantan personel Oasis, Liam Gallagher, mencemooh kondisi Manchester United yang tengah merosot saat ini. Ia girang MU lebih inferior ketimbang Manchester City.

Gallagher merupakan penggemar berat City sejak lama. Meski demikian, ia mengaku belakangan ini lebih suka melihat hasil yang diraih klub rival, MU, dibandingkan tim pujaannya tersebut.

Hal itu lantaran raihan hasil kurang memuaskan Setan Merah di tangan Ole Gunnar Solskjaer yang membuat pelantun lagu Wonderwall tersebut senang. MU kini berada di urutan kelima klasemen Liga Inggris dengan 31 poin, tertinggal 13 angka dari City di posisi ketiga.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Gallagher pun tak ragu melemparkan olok-olok terhadap kondisi MU saat ini. Baginya, Setan Merah kini tak lebih dari sekadar lelucon semata.


"Anda menonton United dan jelas kami tak bisa mencapai apa yang dilakukan United di bawah (Sir Alex) Ferguson. Namun kini mereka benar-benar linglung, saya tidak pernah melihat ini terjadi pada mereka dalam waktu yang lama," kata Gallaher kepada Copa90, dikutip dari The Sun.

"'Ayo dan dapatkan Ole, dia akan melakukan segala urusan'. Mereka akan merekrut Rio (Ferdinand) selanjutnya, iya kan? Itu sungguh bikin ketawa," sambungnya.

"Mereka seharusnya menggaet Roy Keane untuk menendang semua orang dan menciptakan sedikit kekacauan. Membeli (Harry) Maguire seharga 80 juta paun? Konyol sekali, bukan?" ujar Gallagher.



Cemoohannya tak berhenti sampai di situ. Menjelang pertandingan kedua tim di babak semifinal Piala Liga Inggris, Rabu (8/1/2020), Gallagher yakin City bakal pesta gol dan menang lawan MU.

"Katakan padaku nanti berapa skor yang dicetak City, berapa banyak gol yang dimenangkan City. Selama MU menderita aku bahagia," dia mengungkapkan.

"Aku tahu itu salah dan itu pahit dan bodoh dan aku mesti lebih dewasa, tetapi mereka membuatku seperti orang London. Mereka menghancurkan hidupku di tahun 1990-an."

"Aku harus datang ke sini dan melanjutkannya, mereka dulu merusak hidupku," demikian dia.

(bay/raw)

Hide Ads