Batal Beli Newcastle, Pangeran Arab Kembali Lirik MU?

Batal Beli Newcastle, Pangeran Arab Kembali Lirik MU?

Yanu Arifin - Sepakbola
Kamis, 27 Feb 2020 00:50 WIB
MANCHESTER, ENGLAND - MAY 17:  Supporters of Manchester United arrive at Old Trafford prior to the Barclays Premier League match between Manchester United and A.F.C. Bournemouth at Old Trafford on May 17, 2016 in Manchester, England.  (Photo by Alex Livesey/Getty Images)
Manchester United kabarnya kembali dilirik Pangeran Arab Saudi, Mohammed bin Salman, untuk diakuisisi. (Foto: Alex Livesey/Getty Images)
Riyadh - Mohammed bin Salman kabarnya mengalihkan niatnya membeli Newcastle United. Pangeran Arab itu dilaporkan kembali mengincar Manchester United untuk diakuisisi.

Pangeran Salman sebelumnya santer diberitakan akan membeli Newcastle, lewat Public Investment Fund (PIF), atau Badan Pengelola Kekayaan Publik Arab Saudi. Dana sekitar 340 juta paun atau sekitar Rp 6 triliun disiapkan guna membeli klub yang bermain di Premier League itu.

Namun, seperti dilansir Daily Mail, Pangeran Salman mengalihkan fokusnya dari Newcastle ke MU. Setan Merah kembali diincar penguasa Timur Tengah itu.

Pangeran Salman memang lebih dulu dikaitkan dengan MU. Namun, keluarga Glazer, pemilik MU, menolaknya, meski dana yang ditawarkan kabarnya mencapai 3 miliar paun atau sekitar Rp 54 triliun.

MU sendiri baru saja merilis laporan keuangan pada kuartal kedua tahun keuangannya. Diketahui, klub yang dilatih Ole Gunnar Solskjaer itu mengalami kenaikan utang, penurunan pendapatan hak siar dan pendapatan total, dengan cuma mengalami peningkatan dari segi pendapatan komersial.

Selain penolakan keluarga Glazer, Pangeran Salman juga menemui kendala lain untuk membeli MU. Premier League kabarnya bisa saja melarang pembelian klub itu karena masalah pencurian komersial atas hak siar.

Tahun lalu, Premier League menuduh Arab Saudi terlibat dalam 'pencurian kekayaan intelektual'. Arab Saudi disebut menolak mendukung tindakan hukum terhadap BeoutQ, yang dituding menyiarkan pertandingan secara ilegal di Timur Tengah dan Afrika menggunakan Organisasi Komunikasi Satelit Arab (ArabSat), yang merupakan milik negara.


(yna/raw)

Hide Ads