Jumlah kasus virus Corona kembali meningkat di Inggris. Hal ini menimbulkan dilema bagi para pelaku sepakbola di negeri Ratu Elizabeth tersebut.
Inggris baru saja kembali menjalani lockdown sejak Rabu (6/1/2021) lalu, seiring kenaikan tajam jumlah kasus positif COVID-19. The Guardian mencatat ada lebih dari 68 ribu kasus baru pada Jumat (8/1) dan angka kematian harian mencapai 1.325 orang.
Sepakbola Inggris bukannya tak terdampak. Tak kurang dari 60 laga sepakbola di berbagai kasta sudah ditunda. Para pemain dan staf klub pun sudah banyak yang terinfeksi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Terbaru, Aston Villa dilaporkan terpaksa akan menurunkan Tim U-23 mereka dalam laga babak ketiga Piala FA melawan Liverpool, Sabtu (9/1), menyusul banyaknya pemain dan staf utama yang terjangkit virus Corona.
Meski demikian, sepakbola kasta teratas terus lanjut dengan berbagai macam pengawasan ketat yang menyertainya.
Sebuah tim tetap diwajibkan tampil jika masih memiliki setidaknya 14 pemain sehat di dalam skuad, meski aturan tersebut tak kaku dan masih mempertimbangkan hal lain.
Hal ini disorot oleh Manajer Newcastle United Steve Bruce. Ia merasa tak etis untuk terus melanjutkan sepakbola di tengah masa sulit seperti sekarang.
"Secara aspek finansial, terus bermain merupakan keputusan yang tepat, namun buat saya pribadi, secara moral itu langkah yang salah," kata Bruce, dikutip BBC.
"Saya paham masyarakat ingin menonton sepakbola, tapi kami pun sama rentannya dengan yang lain," imbuh Bruce soal lanjutnya sepakbola di Inggris.
Baca juga: Liga Inggris Terancam 'Mati Suri' Lagi? |
Sebelumnya, manajer West Bromwich Albion Sam Allardyce juga menyarankan agar Liga Inggris mengambil jeda lebih dulu untuk meredam penyebaran COVID-19.
Meski demikian, Carlo Ancelotti (Everton) dan Ole Gunnar Solksjaer (Manchester United) menjadi kubu yang berseberangan dan beranggapan tak masalah bila sepakbola terus berlanjut.
"Penting bagi orang-orang untuk bisa menonton (sepakbola) di TV," kata Ancelotti.
(adp/nds)