Kaki-kaki David De Gea Vs Rencana Erik ten Hag

Kaki-kaki David De Gea Vs Rencana Erik ten Hag

Rifqi Ardita Widianto - Sepakbola
Minggu, 14 Agu 2022 20:35 WIB
BRENTFORD, ENGLAND - AUGUST 13: David de Gea of Manchester United  acknowledges the fans following the Premier League match between Brentford FC and Manchester United at Brentford Community Stadium on August 13, 2022 in Brentford, England. (Photo by Catherine Ivill/Getty Images)
David de Gea melakukan dua kesalahan fatal saat Manchester United kalah dari Brentford. (Foto: Getty Images/Catherine Ivill)
Jakarta -

Kekalahan dari Brentford mengungkap satu hal yang masih jadi kelemahan Manchester United. Distribusi bola dari kiper jadi pekerjaan rumah yang serius.

Manchester United takluk 0-4 di markas Brentford, Sabtu (13/8/2022) malam WIB. David de Gea dianggap jadi sosok paling bertanggung jawab dalam terciptanya dua gol pertama Brentford.

Pada gol pertama ia gagal menangkap dengan sempurna bola yang semestinya mudah diantisipasi. Sementara pada gol kedua, kesalahannya tak kalah masif dan meninggalkan kekhawatiran tersendiri buat Erik ten Hag.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di tengah pressing agresif yang diterapkan Brentford, De Gea memaksa mencoba mengoper pendek ke Christian Eriksen. Selanjutnya yang terjadi adalah petaka karena Eriksen yang ditempel pemain kehilangan bola, hingga berujung gol.

Brentford memang langsung menekan dengan intens sejak sepak mula dan strategi itu berhasil. Sejak gol kedua, De Gea mulai ragu untuk memainkan umpan pendek dan kembali ke gaya aslinya yakni menendang jauh.

ADVERTISEMENT

De Gea pada dasarnya memang bukan kiper yang punya kaki-kaki mahir dengan bola. Catatan Sky Sports mengungkap kalau akurasi umpannya hanya 61,6%, jauh di bawah Alisson (Liverpool) 84,8% dan Ederson (Manchester City) 83,7%, dua kiper yang bisa dianggap sebagai tolok ukur.

Namun tuntutan zaman membuat De Gea mau tak mau harus beradaptasi, terlebih kini Manchester United ditangani Erik ten Hag. Ten Hag punya reputasi sebagai pelatih yang ingin timnya membangun permainan dari belakang.

Ironisnya, Ten Hag justru menginginkan hal sebaliknya di laga kontra Brentford semalam. Ia sejak awal mau para pemainnya memancing Brentford menekan jauh, lalu melakukan umpan langsung ke depan sebagai bypass melewati pressing tersebut.

"Kami bilang 'Pancing mereka masuk dan mainkan umpan panjang.' Kami menarik mereka, celahnya tinggi dan kami seharusnya memilih opsi itu. Itulah yang tak bisa kami lakukan," ujar Ten Hag dilansir Sky Sports.

"Mereka mengikuti instruksi saya, tapi mereka membuat keputusan yang buruk," sambungnya.

Lanjut ke halaman berikutnya

De Gea terlambat menyadari bahwa ia sudah keliru mengambil keputusan. Ia baru memainkan umpan-umpan panjang setelah gol kedua Brentford, itu pun patut diduga karena naluri dan instingnya untuk mengambil keputusan aman setelah melakukan kesalahan.

Masalah lainnya adalah, serangkaian umpan panjang yang dilepasnya hanya satu yang mencapai rekan setim.

"Mungkin saya harus membaca pertandingan lebih baik dan menendang bolanya jauh ke depan," ungkap De Gea terkait gol kedua Brentford.

"Saya mencoba memainkannya pendek ketika saya tak seharusnya mengoper ke Christian. Tapi tentu saja, kami selalu mencoba untuk bermain pendek, kami selalu mencoba menguasai bola."

"Tapi terkadang seperti hari ini, mereka menekan pemain satu lawan satu di seluruh penjuru lapangan. Saya seharusnya membaca situasi lebih baik," imbuhnya mengakui kesalahan.

Erik ten Hag sendiri menegaskan keyakinan bahwa para pemainnya bisa memainkan ide sepakbolanya. Namun dengan De Gea masih jadi pilihan utama di bawah mistar, ia menghadapi risiko-risiko serupa dengan laga semalam.

Kiper internasional Spanyol itu sebenarnya sudah mulai dibentuk agar lebih nyaman dengan bola saat MU ditangani Louis van Gaal. Akurasi umpannya meningkat menjadi 64% dibawah Van Gaal, dibanding pada musim-musim pertamanya yang hanya 56%.

Ten Hag akan butuh persentase itu naik signifikan agar cocok dengan idenya. Tapi mengubah cara main kiper yang sudah 31 tahun, dengan 489 caps untuk MU, tentu bukan perkara mudah.

Barangkali pria Belanda itu perlu melihat kembali ke kolega-koleganya yang sudah sukses di Premier League, seperti Pep Guardiola dan Juergen Klopp. Sebab salah satu keputusan krusial dan perekrutan kunci yang jadi landasan sukses mereka adalah pembelian kiper.


Hide Ads