De Gea terlambat menyadari bahwa ia sudah keliru mengambil keputusan. Ia baru memainkan umpan-umpan panjang setelah gol kedua Brentford, itu pun patut diduga karena naluri dan instingnya untuk mengambil keputusan aman setelah melakukan kesalahan.
Masalah lainnya adalah, serangkaian umpan panjang yang dilepasnya hanya satu yang mencapai rekan setim.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mungkin saya harus membaca pertandingan lebih baik dan menendang bolanya jauh ke depan," ungkap De Gea terkait gol kedua Brentford.
"Saya mencoba memainkannya pendek ketika saya tak seharusnya mengoper ke Christian. Tapi tentu saja, kami selalu mencoba untuk bermain pendek, kami selalu mencoba menguasai bola."
"Tapi terkadang seperti hari ini, mereka menekan pemain satu lawan satu di seluruh penjuru lapangan. Saya seharusnya membaca situasi lebih baik," imbuhnya mengakui kesalahan.
Erik ten Hag sendiri menegaskan keyakinan bahwa para pemainnya bisa memainkan ide sepakbolanya. Namun dengan De Gea masih jadi pilihan utama di bawah mistar, ia menghadapi risiko-risiko serupa dengan laga semalam.
Kiper internasional Spanyol itu sebenarnya sudah mulai dibentuk agar lebih nyaman dengan bola saat MU ditangani Louis van Gaal. Akurasi umpannya meningkat menjadi 64% dibawah Van Gaal, dibanding pada musim-musim pertamanya yang hanya 56%.
Ten Hag akan butuh persentase itu naik signifikan agar cocok dengan idenya. Tapi mengubah cara main kiper yang sudah 31 tahun, dengan 489 caps untuk MU, tentu bukan perkara mudah.
Barangkali pria Belanda itu perlu melihat kembali ke kolega-koleganya yang sudah sukses di Premier League, seperti Pep Guardiola dan Juergen Klopp. Sebab salah satu keputusan krusial dan perekrutan kunci yang jadi landasan sukses mereka adalah pembelian kiper.
(raw/aff)