Zlatan Ibrahimovic pernah mengantarkan Inter Milan meraih scudetto di pekan terakhir Serie A. Mampukah ia mengulangi kisah yang sama, kali ini bersama AC Milan?
Pada 18 Mei 2008, giornata terakhir Serie A 2007/08 digelar. Inter yang tengah memimpin klasemen sementara Serie A dengan 82 poin dari 37 laga bertemu Parma, sedangkan AS Roma yang ada di posisi kedua dengan selisih satu poin melawan Catania.
Sama-sama menghadapi tim papan bawah, Inter jelas diunggulkan ketimbang Roma untuk meraih gelar juara. Namun situasi di lapangan tidaklah semudah itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat babak pertama tuntas, skor laga Parma vs Inter masih 0-0, sedangkan di Stadion Angelo Massimino, Roma unggul 1-0 atas tuan rumah Catania. Secara matematis, Roma naik ke puncak klasemen dan tinggal berjarak 45 menit dari titel scudetto.
Dalam situasi itu, Mancini memasukkan Ibrahimovic di babak kedua. Pemain asal Swedia ini memang dicadangkan karena belum fit 100 persen akibat cedera, bahkan sudah absen di enam laga terakhir Serie A sebelum melawan Parma.
Namun apa boleh buat, Mancini butuh 'sentuhan magis' Ibrahimovic. Perjudian pun dilakukan. Namun hasil akhirnya berbuah manis.
Ibrahimovic berhasil mencetak dua gol di babak kedua, membuat Inter menang 2-0. Apapun hasil yang diraih Roma sudah tak penting lagi. Nerazzurri pun mengunci gelar scudetto ke-16 saat itu.
Kini, 14 tahun berlalu, Ibrahimovic kembali dihadapkan pada situasi yang serupa, namun kali ini ia membela AC Milan. Rossoneri sedang menempati posisi teratas Serie A musim ini dengan 83 poin, unggul dua angka dari Inter di posisi kedua.
Milan akan berjumpa Sassuolo di pekan terakhir pada 22 Mei, sementara Inter di hari yang sama akan menjamu Sampdoria. Mampukah Ibrahimovic menjaga keunggulan timnya saat ini di klasemen hingga laga usai?