Derby del Sole, Simbol Keretakan Persahabatan Roma-Napoli

Derby del Sole, Simbol Keretakan Persahabatan Roma-Napoli

- Sepakbola
Sabtu, 04 Apr 2015 09:55 WIB
AFP/Carlo Hermann
Jakarta -

Ketika mengingat derby di tanah Italia, kebanyakan para penggemar sepakbola hanya menyoroti Derby della Capitale (AS Roma vs SS Lazio), Derby della Madonnina (Inter Milan vs AC Milan) atau Derby d'Italia (Juventus vs Inter). Namun tidak banyak yang menganggap penting derby Serie A yang akan berlangsung Sabtu (4/4) pekan ini antara AS Roma melawan Napoli di Stadion Olimpico Roma.

Pertemuan keduanya memiliki banyak nama. Yang paling lazim dikenal adalah bernama del Sole atau derby matahari (derby of the sun). Selain itu, laga ini juga memiliki nama lain seperti Derby Selatan (South Derby), Derby Perselisihan (Derby of the Discord), atau Derby Ketertiban Umum (Derby of the public order).

Menariknya, jika kebanyakan derby merupakan penanda rivalitas yang telah berlangsung puluhan tahun, Derby del Sole yang pertama kali diadakan pada 1929 tersebut pada awalnya adalah simbol keharmonisan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bahkan, Si Serigala (I Lupi) julukan Roma dan Partenopei, julukan Napoli sempat disebut kesebelasan kembar karena keakraban yang terjalin di antara keduanya. Akan tetapi, satu insiden di pengujung 1980-an menghadirkan bumbu permusuhan yang berjalan kian panas hingga saat ini.

Derby del Sole Simbol Persahabatan Napoli-Roma

Roma dan Napoli merupakan dua kesebelasan sepakbola yang mewakili dua kota historis yang saling terkait. Adanya aliansi Katolik antara Kepausan dengan kerajaan Sisilia membuat kedua masyarakat dari masing-masing daerah sering saling berkunjung.

Dalam urusan sepakbola, sejak 1927/1928 Roma dan Napoli berada di Divisi Nasional. Keduanya, bersama juga dengan Lazio, mewakili area Italia tengah dan memberikan perlawananan kepada pada kesebelasan dari area Italia utara, terutama triad Juventus, AC Milan dan Inter Milan.

Bahkan Napoli sempat melontarkan isu rencana merger dengan Roma sebagai cara untuk mengimbangi dominasi kesebelasan dari Italia Utara. Akan tetapi, nyatanya kedua kesebelasan gagal memberi yang terbaik di Divisi Nasional.

Masyarakat Italia utara dengan selatan sendiri memiliki tingkat kebencian sangat tinggi. Hal ini merupakan dampak dari pengabaian pemerintah yang lebih sering menggelontorkan uang untuk menargetkan kemajuan di wilayah utara ketimbang selatan. Maka, dalam hal kemajuan kota dan ekonomi, selatan lebih banyak tertinggal ketimbang daerah-daerah metropolis utara.



Maka, jika Napoli atau Roma mengalahkan satu dari tiga triad Juve, Milan, atau Inter, maka akan kemenangan tersebut akan dielu-elukan sebagai penebusan sosial masyarakat miskin terhadap orang-orang kaya utara.

Sementara itu, nama Derby del Sole mulai dibuat secara khusus sejak pertemuan antara Roma dan Napoli tahun 70-an dan 80-an, ketika kedua suporter masing-masing kesebelasan masih harmonis karena perlawanan kepada kesebelasan Utara.

Tidak jarang warna merah-kuning dan biru tercampur dalam satu dan membuat stadion menjadi berwarna warni. Momentum Derby Matahari dulunya dijadikan sebagai hari perayaan kedua suporter saling bertukar kasih sayang dan saling mendukung.

Pecahnya Makna Persahabatan Derby de Sole pada 1987

Perpecahan antarkeduanya bermula ketika musim 1987/1988 Napoli dan Roma tengah berburu gelar scudetto bersama Milan di papan atas Serie-A dengan laga Roma versus Napoli di Olimpico pada 25 oktober 1987 yang menjadi pemantik.

Kala itu sekitar 25 ribu suporter Partenopei yang hadir langsung di Olimpico dibuat kesal keputusan wasit yang mengganjar bek Napoli, Alessandro Renica, dan penyerang berkebangsaan Brasil, Careca, dengan kartu merah.

Tidak hanya suporter, sembilan pemain Napoli yang tersisa di lapangan pun dibuat gusar apalagi setelah tertinggal 1-0 terlebih dulu melalui gol Robterto Pruzzo pada menit ke-46.

Akan tetapi para pendukung Partenopei bisa berteriak gaduh setelah bek Napoli, Giovanni Francini, berhasil menyamakan kedudukan. Pada menit ke-67 tendangan sudut yang dieksekusi Diego Maradona berhasil disundul dengan Francini dengan sempurna hingga memaksa kedudukan berakhir 1-1.

Sayangnya sebuah provokasi dilakukan bek tengah Napoli, Salvatore Bagni, yang melakukan Gesto dell'ombrello, sebuah gestur tangan yang menyerupai jari tengah kepada para suporter Si Serigala yang sedang melakukan gestur Italian Salute, penghormatan ala pemerintah Italia era fasisme.


(Salvatore Bagni dan Toninho Cerezo)

Perang gestur itu membuat tersinggung para suporter Napoli yang terpancing membalas ejekan. Ketegangan pun berlanjut dengan adanya kabar keributan di sebuah Bar sebuah pulau kecil Naples. Gagalnya Roma meraih kemenangan dan insiden perang gestur diungkit para suporter Napoli dengan berkata AVIMM NOV LION NOV LION, we have 9 lions!. Perkataan yang dilontarkan dengan logat Neapolitan dengan maksud menyinggung zaman colosseum.

Insiden-insiden di stadion dan juga di sebuah bar di Naples tersebut memecahkan 11 tahun persahabatan si kembar Roma Napoli. Seterusnya Derby del Sole semakin kehilangan makna aslinya sebagai simbol persahabatan Roma-Napoli. Maka, pertandingan Derby del Sole tersebut malah sering dihiasi nada yang keras di antara kedua kesebelasan serta para pendukungnya.

Semakin Panasnya Derby Matahari dan Tragedi Ciro Esposito

Sejak laga 25 Oktober 1987 itu, ketegangan antara suporter Roma dengan Napoli pun semakin panas. Bentrokan suporter keduanya pun digambarkan di salah satu film layar lebar berjudul All Cops Are Bastards.

Pada Derby del Sole 31 Agustus 2008, sekitar 1.000 suporter Partenopei membuat kerusuhan jelang pertandingan di Stadion Olimpico Roma. Insiden tersebut menyebabkan kerusakan pada kereta api hingga mendapat kerugian sebesar 500 ribu euro.

Kebencian para suporter Si Serigala pun pernah dilampiaskan melalui nyanyian Vesuvius [Baca Juga: Kebencian dalam Nyanyian Vesuvius] sebagai lagu anti Napoletano. Nyanyian terlarang yang menyangkut diskriminasi teritorial tersebut dinyanyikan Ultras Roma pada laga leg pertama Copa Italia 2013/2014 di Stadion Olimpico pada 5 Februari 2014 silam.

Akibatnya, Federasi sepakbola Italia (FIGC) menghukum Si Serigala dengan pertandingan tanpa penonton di Tribun Selatan (Curva Sud) dan Utara (Curva Nord) Stadion Olimpico sebanyak dua pertandingan, yakni ketika menghadapi Sampdoria dan Inter Milan. Selain hukuman bertanding tanpa dukungan penonton, Roma juga mendapatkan denda sebesar 80 ribu euro.

Permusuhan Ultras Roma-Napoli kian meruncing ketika Final Copa Italia 2013/2014 antara Fiorentina dengan Napoli di Stadion Olimpico Roma pada 4 Mei 2014. Laga tersebut harus terpaksa ditunda 45 menit karena kerusuhan-kerusuhan sebelum pertandingan dimulai.

Bahkan kericuhan terjadi di beberapa titik kawasan Ibukota Italia, salah satunya di kawasan Rieti terjadi bentrokan karena bus yang sedang ditumpangi pendukung Fiorentina bentrok dengan suporter Napoli.

Bentrokan di Kota Roma tidak hanya terjadi antara kedua suporter Fiorentina dengan Napoli, namun Ultras Si Serigala diam-diam menjelajahi wilayahnya. Beberapa kali terjadi bentrok antara Ultras Roma dengan Napoli. Bahkan beberapa terjadi perkelahian besar dan salah satunya berahir dengan salah satu suporter Partenopei yang tergeletak di tanah dengan peluru di dadanya.

Salah satu suporter Napoli yang tertembak bernama Ciro Esposito tersebut kemudian dinyatakan meninggal. Diduga, pentolan Ultras Si Serigala bernama Daniele De Santis sebagai pelaku penembakan tiga suporter Partenopei, salah satunya yang mengakibatkan nyawa Esposito melayang.



Usai pertandingan final Copa Italia 2013/2014 antara Fiorentina dengan Napoli, akhirnya De Santis pentolan Ultras Roma ditangkap. Akan tetapi, tak lama kemudian pengadilan memutuskan membebaskannya. Hal ini mengakibatkan permusuhan yang semakin kronis antara Ultras Roma dengan Ultras Napoli.

Setelah insiden tersebut upaya perdamaian coba dibangun oleh kubu suporter Roma-Napoli. Esposito sebagai korban penembakan pernah dibuatkan grafiti oleh suporter Si Serigala sebagai bentuk penghormatan.

Begitu juga dengan suporter Partenopei yang membuat spanduk penghormatan kepada Stefano dan Cristian, ayah dan anak yang meninggal karena kecelakaan setelah menonton pertandingan Roma melawan Bayern Munich pada pertandingan Liga Champions 2014/2015 di Stadion Olimpico pada 21 Oktober 2014 lalu.

Bukan tidak mungkin jika nilai-nilai penghormatan dari berbagai insiden meninggalnya suporter membuat mereka harmonis kembali. Namun, sangat disayangkan bahwa pada akhirnya, upaya mengembalikan persahabatan dan membuat derby matahari kembali berjalan hangat, baru muncul ketika sudah ada nyawa yang melayang.

====

*penulis biasa menulis untuk situs @panditfootball, beredar di dunia maya dengan akun Twitter @RandyNteng

(roz/roz)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads