St Pauli: Si 'Bajak Laut' Penghasil Madu

St Pauli: Si 'Bajak Laut' Penghasil Madu

Kris Fathoni W - Sepakbola
Rabu, 06 Apr 2016 15:07 WIB
Foto: AFP/Odd Andersen
St Pauli - Predikat klub Jerman pertama penghasil madu kini disandang St Pauli, yang juga sudah memasang sarang lebah di stadionnya sendiri.

Di dunia sepakbola global, nama St Pauli boleh jadi tak terlalu ramah di telinga. Toh klub yang berdiri 105 tahun lalu itu memang bukan langganan Bundesliga. Saat ini pun St Pauli tampil di 2. Bundesliga, kompetisi level kedua di liga Jerman.

Akan tetapi, klub yang bermarkas di St Pauli, Hamburg, itu tetap punya reputasi "beda". Lihat saja simbol tengkorak kepala dan tulang-belulang ala perompak yang menjadi salah satu ciri tim berjuluk Freibeuter der Liga (Bajak Laut Liga) tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Simak pula lagu "Hells Bells" dari AC/DC atau "Song 2" dari Blur yang biasa diperdengarkan untuk mengiringi para pemain St Pauli masuk ke lapangan. Juga ideologi sayap kiri yang teguh dipegang klub itu beserta para pendukungnya. Atau betapa kultur punk lekat benar dengan klub itu.

St Pauli memang terkenal dengan kultur suporternya. Kendati kini bermain di 2. Bundesliga, St Pauli punya suporter yang mencintai klub lebih dari sekadar kemenangan, kesuksesan, atau sekadar permainan hebat.



Tentunya, yang menarik juga adalah gambar tengkorak yang identik dengan klub itu. Gambar yang lebih mirip lambang perompak daripada klub bola itu sesungguhnya adalah identitas ideal buat klub.

"Ini adalah simbol (tengkorak) kita sebagai orang miskin kelas pekerja yang menentang tim sepakbola seperti Bayern (kaya) dan kita memposisikan sebagai bajak laut yang berjuang untuk rakyat miskin melawan yang kaya," ucap seorang petugas keamanan Stadion Millerntor, kandang Sankt Pauli (demikian cara membaca nama klub ini).

Nah, baru-baru ini, St Pauli menghadirkan sebuah cerita. Mereka menjadi bahan pembicaraan setelah memasang dua sarang lebah di stadion Millerntor yang jadi markasnya, dan menghasilkan madunya sendiri. Tindakan itu diharap bakal meningkatkan kepedulian terhadap menurunnya populasi lebah.

Madu yang dihasilkan itu sendiri akan disebut Ewaldbienenhonig, sebuah permainan kata-kata dari pelatih Ewald Lienen yang kini menangani St Pauli dan 'Bienen' (lebah).

"Lebah-lebah akan mendapat asupan makan dalam radius 3 kilometer. Saya harap penduduk sekitar akan menyusun balkonnya agar 'ramah lebah'. Klub-klub lain punya balkon untuk merayakan gelar juara dan kami punya balkon untuk lebah-lebah," ucap Managing Director St Pauli Andreas Rettig seperti dikutip Reuters.

About The Game pernah membahas secara khusus sejarah mengenai St Pauli. Sepanjang sejarahnya, St Pauli pernah mengalami berbagai macam pergolakan, termasuk berselisih dengan perusahaan komersial bernama Upsolut, yang mengeksploitasi logo 'bajak laut' St Pauli dan memasarkannya sebagai merchandise.

Sejak saat itulah persinggungan fans St. Pauli dengan komersialisasi sepakbola dimulai.

Cerita tak kalah menarik juga muncul kala St. Pauli berusaha menyelamatkan klub mereka dari kebangkrutan. Lewat aksi yang dinamakan 'Saufen fur St Pauli' atau 'Save St. Pauli', para pemilik bar setempat menaikkan harga hingga 50% dan keuntungannya diberikan untuk St Pauli.

Cerita soal lebah di atas pun jadi sebagian kecil saja cerita dari klub yang identik dengan anti-kemapanan tersebut.

Baca Juga:

Tengkorak St Pauli (Bag. 1)
Tengkorak St Pauli (Bag. 2)

(krs/roz)

Hide Ads