Gampang-Gampang Susah Wawancara Pemain Top di Mixed Zone

Laporan dari Kaliningrad

Gampang-Gampang Susah Wawancara Pemain Top di Mixed Zone

Mohammad Resha Pratama - Sepakbola
Sabtu, 30 Jun 2018 11:51 WIB
Trent Alexander-Arnold di mixed zone usai pertandingan Inggris vs Belgia di Piala Dunia 2018 (Foto: Istimewa)
Kaliningrad - Mendapat ID peliputan Piala Dunia 2018 membuat jurnalis bisa mendapat akses mudah mencari berita. Tapi, kesulitan pun kadang ditemui, termasuk mewawancarai pemain top usai pertandingan.

Bagi para wartawan peliput Piala Dunia, akreditasi FIFA adalah yang terpenting untuk mendapatkan akses selebar-lebarnya mencari berbagai jenis berita. Contoh mudahnya mulai dari latihan timnas, konferensi pers sebelum dan sesudah pertandingan, serta yang penting adalah menonton langsung di tribun media.

Itulah beberapa keistimewaan yang didapat. Belum termasuk ruangan kerja yang memadai serta kemudahan mencari makanan serta minuman di kantin media. Tapi, di balik itu ada juga perjuangan para kuli tinta untuk mendapatkan "bahan baku" agar bisa menghasilkan berita terbaik.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ini terkait bagaimana para jurnalis, baik media cetak, elektronik, atau TV, menggali informasi sebesar-besarnya dari narasumber. Utamanya tentu dari pemain dan pelatih timnas yang berlaga di Piala Dunia 2018.


Nah, salah satu yang biasanya ditunggu-tunggu oleh para wartawan adalah sesi wawancara di mixed zone yang diadakan usai pertandingan. Mixed Zone adalah area yang diberikan FIFA untuk para jurnalis mewawancara semua pemain.

Biasanya setelah bersih-bersih usai pertandingan, para pemain akan melewati sebuah ruangan yang diberi pembatas serta jalan yang berliku-liku. Nantinya para pemain bisa disetop oleh jurnalis yang ingin mewawancarainya.

Gampang-Gampang Susah Wawancara Pemain Top di Mixed ZoneGary Cahill di usai pertandingan Inggris vs Belgia (Foto: Istimewa)
Tentunya menyenangkan jika bisa mendapat jawaban yang diinginkan dari para pemain terkait pertandingan atau di luar itu. Tapi, apakah semudah itu? Pada praktiknya tidak seperti itu.

Bisa tidaknya seorang pemain diwawancara di mixed zone tergantung pada si pemain itu sendiri. Apakah si pemain sedang bagus moodnya atau tidak. Terkadang pemain dari tim pemenang pun suka malas diwawancarai, ngeloyor begitu saja ketika ditodong, atau biasanya ditemani staf federasi masing-masing.

Ada juga pemain yang bersedia diwawancara bahkan dengan dua bahasa, yakni bahasa ibu mereka dan bahasa Inggris. Saat laga Jerman versus Swedia di Sochi, detikSport berhasil mewawancarai Mats Hummels.


Namun, hal itu tidak didapat saat meliput laga Spanyol versus Maroko di Kaliningrad awal pekan ini. Kebanyakan pemain hanya mau diwawancara dengan bahasa Spanyol, Arab, atau Prancis. Bahkan David De Gea, Cesar Azpilicueta, dan Gerard Pique pun menolak.

Begitu juga usai laga Inggris kontra Belgia. Para pemain Inggris yang mau disetop wawancara cuma Gary Cahill, Ruben Loftus-Cheek, dan Trent Alexander Arnold. Sementara dari timnas Belgia, hanya Thomas Vermaelen dan Thibaut Courtois yang bicara dalam bahasa Inggris.

"Ya, kami senang bisa lolos sebagai juara grup. Performa yang bagus dari para pemain. Soal lawan Jepang, kami tidak mau anggap remeh karena mereka sudah membuktikan kemampuan dengan lolos ke 16 besar," ujar Courtois menjawab pertanyaan detikSport.

Ada satu lagi aturan yang harus ditaati yakni jurnalis dilarang mengambil foto dengan alat apapun di ruangan mixed zone. Para volunteer pun sudah berjaga-jaga dan siap "menilang" jika ada yang melanggar, meski sesekali para jurnalis juga suka curi-curi momen untuk memotret.

(mrp/nds)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads