Belakangan ini isu match fixing terdengar lagi. Salah satunya seperti yang terjadi di pertandingan Liga 2 antara Aceh United dengan PSMP di Stadion Cot Gapu, Bireuen, pada Senin (19/11).
Dari rekaman video yang beredar, pemain PSMP, Krisna Adi, menembak penalti yang melenceng jauh lalu bersujud syukur.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kasus pengaturan skor sejatinya bukan kali pertama terjadi. Sudah sejak puluhan tahun yang lalu, masalah tersebut terjadi, tapi hingga saat ini PSSI tak pernah mengusut hingga tuntas.
Pemerhati sepakbola sekaligus Koordinator Save Our Soccer (SOS), Akmal Marhali, menilai soal pengaturan skor memang sudah jelas ada di kompetisi Indonesia. PSSI dan pemerintah diminta untuk turun tangan.
"Itu semua pernyataan yang di Mata Najwa soal pengaturan skor sudah jelas. Tinggal PSSI bertindak, juga pemerintah. Apabila tidak ada tindakan dan pengusutan tuntas sampai kapan pun sepakbola Indonesia akan terus berada di jalan yang sesat," ujar Akmal yang juga Koordinator Save Our Soccer kepada detikSport, Kamis (29/11/2018).
"SOS menuntut PSSI dan Kemenpora bekerja sama membongkar semua dagelan ini. Apabila tidak mampu membongkarnya lebih baik mundur saja semua," katanya.
Lagipula, Bambang Suryo, mantan runner pengaturan skor sepakbola Tanah Air, telah menyebut salah satu aktor penting dalam kasus suap di pertandingan sepakbola, Vigit Waluyo. Dia petinggi PS Mojokerto Putra, petinggi di beberapa klub, seperti Persiwangi Banyuwangi, PSIR Rembang, dan mantan pemilik Deltras Sidoarjo. Di Pengurus Provinsi (Pengprov, sekarang Asprov) Jawa Timur, Vigit pernah menjabat sebagai Plt Ketua umum PSSI Jatim menggantikan Haruna Sumitro.
Baca juga: Exco PSSI, Apa Sih Kontribusimu Selama Ini? |
Vigit juga merupakan sosok penting dalam munculnya Persebaya Divisi Utama. Dia merupakan penanggung jawab Persikubar Kutai Barat, yang kemudian menjadi Persebaya Divisi Utama. Dalam periode inilah terjadi dualisme Persebaya.
(ads/fem)