Satgas Anti Mafia Bola menetapkan 15 tersangka dalam kasus dugaan match fixing. Termasuk petinggi PSSI, Anggota Komite Eksekutif yang juga menjabat sebagai ketua Asosiasi Provinsi PSSI jawa Tengah Johar Lin Eng, anggota Komisi Disiplin PSSI Dwi Irianto, dan Plt Ketua Umum Joko Driyono.
Selain itu, Satgas juga menetapkan perangkat pertandingan, koordinator wasit, dan wasit serta satu petinggi klub, Vigit Waluyo sebagai tersangka. Mirisnya, disebut-sebut aksi-aksi itu sudah menjadi rahasia umum. Mereka yang tak mau terlibat justru disingkirkan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari laporan itu, Satgas menemukan bukti jika Liga 2 juga tak bersih. Belakangan, klub-klub Liga 1 juga mulai disebut-sebut melakukan dugaan suap.
Baca juga: Joko Driyono Menghitung Hari |
Pemerhati sepakbola nasional, M. Kusnaini, menilai terbongkarnya praktik match fixing membuktikan kompetisi Indonesia memang tidak sehat.
"Ada sinyal selama ini kompetisi Indonesia tidak bersih. Ada tangan-tangan jahat yang bermain di luar lapangan menentukan hasil akhir sebuah pertandingan," ujar pria yang akrab disapa Bung Kus itu kepada detikSport, Jumat (22/2/2019).
"Jika benar, ini tentunya menyedihkan. Mengkhianati ribuan suporter yang begitu militan dan fanatik mendukung tim kesayangannya masing-masing," kata dia.
Bung Kus berharap Satgas bisa menuntaskan kasus match fixing tersebut. Seluruh masyarakat Indonesia diyakini akan mendukung Satgas karena mereka menginginkan sepakbola yang bersih.
"Tapi ini semua kan baru sebatas dugaan. Tentunya harus dibuktikan melalui jalur hukum. Untuk itulah perlu terus memberi dukungan yang kuat kepada Satgas Anti Mafia. Harapan untuk penuntasan terhadap dugaan adanya pengaturan skor praktis kini tinggal kepada Satgas," katanya.