Jakarta -
Persija Jakarta masih terseok-seok hingga
Liga 1 sudah sampai paruh musim. Jangan sampai Macan Kemayoran senasib dengan
PSIS Semarang dan Petrokimia Putra.
Persija untuk berada di zona merah klasemen Liga 1 2019. Mereka mengumpulkan 14 poin hasil dari 14 pertandingan. Rara-rata raihan satu poin jelas pencapaian yang buruk untuk tim juara bertahan.
Di klasemen Liga 1, Persija cuma lebih baik dari Semen Padang. Ismed Sofyan cs cuma unggul tiga poin dari tim juru kunci.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejauh ini, Persija baru membukukan dua kemenangan di Liga 1. Tim ibu kota mengalahkan dua tim promosi, PSS Sleman dan Kalteng Putra. Sementara 12 pertandingan Persija lainnya berakhir dengan delapan hasil imbang dan empat kali menelan kekalahan.
Performa buruk Persija sudah menelan beberapa korban. Ivan Kolev sudah dipecat digantikan oleh Julio Banuelos. Senasib dengan Kolev, Bruno Matos dan Stevan Paulle juga dicoret.
Persija mendatangkan Xandao untuk mengukuhkan lini belakang. Pantas kalau barisan bek diperkuat, Persija sudah kebobolan 17 kali hingga paruh musim, kekalahan terbesar didapat saat dijamu Tira Persikabo. Persija dihajar Laskar Padjajaran 3-5.
Persija juga sudah menambah amunisi lain untuk menambah daya gedor. Mereka mendatangkan pemain Spanyol, Juan Tomas Camposol.
Atas kinerja Persija yang buruk, protes pun datang dari Jakmania. Tuntutan untuk ganti pelatih muncul lagi, ada juga yang meminta CEO Persija, Ferry Paulus, mundur.
Wajar kalau Jakmania mulai resah. Bagaimana tidak, Persija baru saja kalah lagi di kandang saat menjamu Perseru Badak Lampung FC dengan skor 0-1.
Ke halaman Berikutnya
Di sepanjang sejarah Liga Indonesia, ada dua juara bertahan yang degradasi usai mengangkat piala. PSIS dan Petrokimia Putra merupakan dua klub itu.
PSIS, yang saat itu dikapteni Ali Sunan, berhasil menjadi juara Liga Indonesia 1998/1999. Mahesa Djenar menang 1-0 atas Persebaya Surabaya dalam pertandingan yang berlangsung di stadion Klabat, Manado.
Semusim setelah itu, musim tak berjalan sesuai harapan PSIS. Mereka finis kedua dari bawah di Grup Timur Liga Indonesia 1999/2000, kasta tertinggi antarklub di Indonesia saat itu masih terbagi menjadi dua wilayah.
PSIS mencatatkan 6 kemenangan dalam 26 pertandingan yang dijalani. Sisanya, PSIS menelan 14 kekalahan dan menuai 6 hasil imbang.
Setali tiga uang dengan PSIS, Pertrokimia Putra degradasi sehabis juara. Mereka mengalaminya pada musim 2003.
Petrokimia menang di final saat berhadapan dengan Persita Tangerang. Dalam duel yang berlangsung sampai babak tambahan itum Petrokimia menang 2-1, gol dari Yao Eloi menjadi penentu kemenangan.
Semusim berikutnya, Liga Indonesia sudah mulai menggunakan format satu wilayah. Dalam 38 pertandingan, Petrokimia terdegradasi dengan raihan 41 poin. Mereka membukukan 11 kemenangan, 8 kali imbang, dan 19 kali menelan kekalahan.
Ada satu tantangan yang harus dihadapi Persija agar tak bernasib seperti PSIS dan Petrokimia Putra. Mereka baru bermain 14 kali di putaran pertama, artinya Persija akan memainkan 20 laga di sisa kompetisi.
Dengan Liga 1 akan dijadwalkan selesai dalam 12 pekan sejak paruh kedua dimulai, Persija harus menjalani laga sepakan dua kali baik tandang maupun kandang. Bisa keluar dari zona merah, Persija?
Halaman Selanjutnya
Halaman