"Saya akan melibatkan DPD untuk ikut membina sepakbola. Karena, mereka bisa menggerakkan liga desa di masing-masing daerah asalnya," kata La Nyalla dalam Blak-blakan detikcom, Jumat (11/10/2019).
Soal anggaran pembinaan dan liga-liga, dia akan menggandeng Kementerian Desa, dan berbagai BUMD yang ada. Pelibatan mereka selama ini tak mungkin jika hanya mengandalkan para pengurus PSSI.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan cara demikian, dia optimistis pencarian bibit-bibit pesepakbola di Tanah Air dapat mudah terwujud. Di pihak lain, anggota DPD akan memiliki konstituen yang solid dan loyal.
"Tapi kalau saya tidak terpilih pun, sinergi PSSI dengan DPD itu akan saya minta dilakukan oleh siapa pun yang memimpin PSSI," ujarnya.
Dengan berseloroh, lelaki kelahiran 10 Mei 1959 itu, menyatakan bila dirinya kembali memimpin PSSI utang sekitar Rp 25 miliar kepada dirinya akan otomatis dianggap lunas. Dia mengaku telah berkali-kali menagih utang ke PSSI tapi cuma mendapatkan janji-janji. Apalagi, sekarang pengurus inti organisasi itu malah pada masuk penjara.
Ya, Nyalla bukan sosok baru di PSSI. Dia menjabat sebagai wakil ketua umum PSSI saat dipimpin oleh Djohar Arifin. La Nyalla juga menjadi ketua umum PSSI dalam rentang 2015-2016. Saat La Nyalla menjadi ketum, PSSI dibekukan oleh Kemenpora saat dipimpin Menteri Imam Nahrawi.
"Tapi saya tidak dendam kepada mereka, ke (mantan Menpora) Imam Nahrawi juga enggak. Saya pernah ketemu di Bandara ya biasa saja, saya salami dia," ujar La Nyalla.
La Nyalla menjadi salah satu pelamar posisi ketua umum PSSI 2019-2023. Dia akan bersaing dengan enam calon ketum lain, Aven Hinelo, Benny Erwin, Bernhard Limbong, Fery Dhemy Francis, Mochamad Iriawan, Rahim Soekasah, dan Vijaya Fittiyasa.
(jat/fem)