Liga Inggris terancam dihentikan sepenuhnya akibat pandemi virus Corona. Bagi Mohamed Salah, penyetopan liga di tengah jalan bukan kali pertama dialaminya.
Premier League telah ditangguhkan sementara sejak pertengahan Maret 2020 akibat wabah COVID-19 yang menjangkiti Inggris dan Eropa. Sampai saat ini, belum dipastikan kapan pertandingan akan dimainkan kembali.
Di tengah ketidakpastian tersebut, mencuat kabar jika Liga Inggris akan dihentikan sepenuhnya. Hal ini lantaran pandemi virus Corona masih belum tertanggulangi dan terus memakan korban jiwa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Liverpool menjadi tim yang harap-harap cemas jika kompetisi dihentikan total di tengah jalan. Mimpi Si Merah untuk bisa merengkuh trofi liga bisa saja buyar, meski mereka hanya tinggal membutuhkan dua kemenangan lagi buat menyegel gelar juara.
Skuat asuhan Juergen Klopp itu sudah mengumpulkan 82 poin dari 29 laga yang dimainkan. Liverpool juga unggul jauh dari rival terdekatnya, Manchester City, dengan margin 25 angka.
Andai kompetisi benar-benar dihentikan pada akhirnya, maka ini akan menjadi pengalaman kedua buat Salah merasakan pemberhentian liga di tengah jalan. Pemain Liverpool itu sebelumnya pernah merasakan hal tersebut pada tahun 2012, kala ia masih membela klub Al Mokawloon di Liga Mesir.
Saat itu, Liga Mesir musim 2011/2012 terpaksa dihentikan lantaran insiden kerusuhan di Stadion Port Said ketika laga antara Al-Masry melawan Al-Ahly pada Februari 2012. Keributan itu dilakukan oleh para penonton, serta menewaskan 74 orang dan 1.000 lainnya luka-luka.
Insiden tersebut juga menjadi titik balik dalam karier sepakbola Salah, yang saat itu masih berusia 19 tahun. Meski timnya batal terdegradasi, tetapi ia lebih memilih melanjutkan petualangannya di Eropa bersama klub Swiss, FC Basel.
Mantan rekan setim Salah di Al Mokawloon, Mohamed El Akabawy, menyebut keputusan Salah untuk menerima tawaran Basel saat itu sudah tepat. Kendati demikian, ia juga khawatir dengan pemain 27 tahun tersebut jika Liga Inggris akhirnya mesti dibatalkan dan Salah kembali merasakan pemberhentian kompetisi sebelum akhir musim.
"Pembatalan musim adalah keputusan terbaik saat itu buat Al Mokawloon dan Salah karena bakatnya bakal berada dalam bahaya jika tim kami terdegradasi. Yang pasti, Salah akan merasa seperti dikutuk lantaran ia bisa saja mengalami penyetopan liga dua kali." kata El Akabawy kepada The Sun.
"Salah seperti Messi di Barcelona, dia adalah ikon buat Liverpool dan para penggemarnya. Saya yakin Salah akan hancur hatinya jika dia gagal meraih gelar tersebut," El Akabawy mengungkapkan.
(bay/mrp)