Shopee Liga 1 2020 dinilai sulit untuk bisa diputar lagi. Persita Tangerang menyebut opsi pertandingan tanpa penonton bukan satu-satunya protokol keamanan.
Opsi menggelar kompetisi lagi sempat ramai setelah kesuksesan K-League atau Liga Utama Korea Selatan. Bukan hanya Korsel, beberapa negara Asia lainnya seperti Vietnam, Jepang, dan Thailand juga berencana menyusul.
Namun kondisi Indonesia dengan negara-negara itu tentu sangat berbeda. Indonesia pun dinilai belum mencapai puncak krisis corona.
Akan terlalu beresiko untuk menggelar pertandingan sepakbola. Untuk kehidupan sehari-hari saja, masih banyak masyarakat yang mengabaikan imbauan pemerintah soal social distancing, physical distancing, hingga Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
"Sepertinya kompetisi musim ini agak sulit dilanjutkan karena kalau melihat perkembangan pandemi ini. Indonesia belum mencapai titik curva tertingginya," kata Manajer Persita, I Nyoman Suryanthara, kepada wartawan.
"Jadi agak sulit dilanjutkan kompetisi, karena kompetisi ini, kan melibatkan banyak orang. Jadi itu yang harus diwaspadai," ujarnya menambahkan.
Jika menengok ke Jerman, begitu banyak protokol ketat yang ditetapkan DFL sebagai syarat agar Bundesliga bisa digulirkan lagi. Di Indonesia, penanganan pemerintah dianggap belum maksimal.
Bagaimana bisa memikirkan sepakbola dalam kondisi seperti ini. Hal itu lah yang menjadi keraguan Persita soal kelanjutan Liga 1.
"Kalau dibandingkan dengan Eropa, kan mungkin sistemnya sudah kuat. Protokol kesehatannya juga sudah sangat disiplin sehingga di sana bisa dilakukan pertandingan," tutur Nyoman.
"Klub di Eropa memang secara finansial mungkin juga nggak terlalu bermasalah. Kalau kompetisi dilanjut tanpa penonton agak sulit juga. Klub tak ada pemasukan, ini kan lumayan pemasukan itu buat kami," ucapnya mengakhiri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
(aff/aff)