Tuah Roger Federer buat Man United di Final Liga Champions 2008

Tuah Roger Federer buat Man United di Final Liga Champions 2008

Kris Fathoni W - Sepakbola
Kamis, 21 Mei 2020 20:02 WIB
MOSCOW - MAY 21:  Manchester United players celebrate with the trophy following their teams victory during the UEFA Champions League Final match between Manchester United and Chelsea at the Luzhniki Stadium on May 21, 2008 in Moscow, Russia.  (Photo by Alex Livesey/Getty Images)
Tuah Roger Federer buat Man United di Final Liga Champions 2008. (Foto: Alex Livesey/Getty Images)
Manchester -

Pada 21 Mei 2008, 12 tahun lalu, Manchester United meraih titel ketiga di ajang Piala/Liga Champions. Rupanya ada pula peran petenis Roger Federer. Kok bisa?

Hal itu diungkap oleh Rene Meulensteen, yang saat itu masuk tim pelatih Sir Alex Ferguson di Old Trafford. Nah, jelang final saat itu Sir Alex rupanya menyerahkan persiapan psikologis ke Meulensteen.

"Aku ini penggemar berat tenis, dan aku selalu menggemari Roger Federer dan caranya mengendalikan emosi," ucap Meulensteen seperti dilansir Planet Football.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Aku memilih lima klip video Federer buat dilihat anak-anak dan minta mereka menulis turnamen apa yang dimainkannya, set dan poin keberapa. Mereka akan menulis, misalnya, Wimbledon sebagai ajangnya. Tapi tak tahu set atau poin keberapa. Jadi tujuanku adalah menegaskan bahwa di mana pun Federer main, ia akan menang dan tampil di level tertinggi kapan saja dibutuhkan."

"Ia akan merebut set pertama, lalu kalah di set kedua dan ketiga, tapi saat pertandingan mencapai match point, segala sesuatu yang terjadi sebelum itu tak berpengaruh lagi karena ia sedemikian fokus untuk menang," tuturnya.

ADVERTISEMENT

Meulensteen kali pertama mengemukakan analogi itu kepada Sir Alex di dalam sesi latihan menuju final. Saat itu Man United berhasil mengungguli Barcelona usai dua leg laga semifinal.

Namun, kekalahan atas Chelsea dalam partai Premier League yang diapit oleh dua laga lawan Barcelona bikin Manchester United belum bisa memastikan gelar juara domestik. Barulah setelah memenangi dua laga terakhir, Setan Merah memastikan titel Premier League untuk menyudahi persaingan sengit dari Chelsea -- yang kemudian harus dihadapi lagi di final Liga Champions pada 21 Mei.

"Setelah kami menang lawan Barcelona, aku bilang ke bos bahwa sekalipun kami mengalahkan West Ham dan Wigan lalu jadi juara (Premier League), kami harus memencet tombol restart menjelang final Liga Champions lawan Chelsea."

"Kami dalam posisi servis 40-30 jadi itu adalah momen Federer kami dan persis itulah posisi kami harus berada," ucapnya.

Di Luzhniki Stadium, Moskow, Man United dan Chelsea berimbang 1-1 sampai berakhirnya waktu normal setelah gol Cristiano Ronaldo dibalas Frank Lampard. Laga memasuki adu penalti.

Ronaldo sebagai penendang ketiga MU gagal menuntaskan tugasnya. Hal itu sempat bikin Chelsea di atas angin ketika John Terry maju sebagai penendang kelima. Jika Terry bisa mengirim bola melewati Edwin van der Sar, The Blues jadi juara.

"Saat Terry maju mengambil penalti, ia berpikir, 'Ini tentangku, semua sorotan mengarah kepadaku'. Ia menaikkan ikatan ban kaptennya, tapi ia kehilangan fokus dan kepeleset. Bedanya adalah Nani, Anderson, Ryan Giggs, dan algojo penalti kami yang lain fokus sepenuhnya."

"Ketika (Nicolas) Anelka maju, aku tidak berani melihat tapi aku tahu apa pun yang terjadi Edwin bertekad ia akan menghentikan bola karena ia adalah seorang pemenang -- itu adalah momen Federernya," merujuk pada momen penentu MU jadi juara.




(krs/yna)

Hide Ads