Pengamat sepakbola Tommy Welly bicara perihal polemik antara Shin Tae-yong, pelatih asal Korea Selatan yang melatih timnas Indonesia, dengan PSSI.
Sebelumnya, Shin Tae-yong curhat mengenai sejumlah hal dan kondisinya saat ini. Salah satunya mengenai kendala COVID-19 jika harus meninggalkan negaranya untuk meneruskan program latihan timnas di Indonesia.
Ia juga punya rencana membawa Timnas U-19 menggelar pemusatan latihan di Korsel. Tapi permintaan Shin belum dikabulkan oleh PSSI yang justru meminta Shin cepat datang ke Jakarta untuk mempersiapkan pemusatan latihan Timnas U-19.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Ada Apa dengan Shin Tae-yong dan PSSI? |
Di sisi lain, PSSI sudah mengumumkan pembentukan Satgas tim nasional untuk mengatur persiapan menuju Piala Dunia U-20 2021. Salah satu yang kemudian ditegaskan Ketua Satgas Timnas Indonesia Syarif Bastaman adalah agar Shin segera ke Indonesia.
"Kami minta pekan depan. Kami lihat pekan depan dia datang atau tidak. Jika tidak harus kami evaluasi. Mungkin dipecat," kata Syarif.
Menurut pengamat nasional Tommy Welly, Shin Tae-yong pasti punya alasan sendiri sehingga bisa blak-blakan. Ia pun lantas mempertanyakan keberadaan Satgas Timnas, khususnya pernyataan seputar kemungkinan Shin dipecat.
"Latar belakang Shin berbicara blak-blakan pasti karena ada situasi yang dia pikirkan. Yang kita tangkap adanya ketidaknyamanan, ketidakpuasan Shin terhadap situasi. Maka diungkapkanlah itu. Nah, respons PSSI dengan membentuk Satgas Timnas dan membuat situasinya semakin runyam, panas," kata Tommy perbincangan dengan detikSport, Sabtu (20/6/2020).
"Padahal Shin itu pelatih profesional yang sudah terikat kontrak. Dia juga bukan pelatih kaleng-kaleng karena reputasinya sangat bagus. Bahkan levelnya dunia. Artinya, tugas yang fungsinya mengawasi dan mengevaluasi seharusnya yang levelnya di atas dia, atau minimal setara. Tapi ini justru Satgas membuat pernyataan pertama saja langsung ancaman pecat."
"Jadi menurut saya sangat tak proporsional. Kalau mengevaluasi, memang Satgas itu apa? Mau evaluasi dari sisi apa. Bila (evaluasi) hak dan kewajiban kerja cukup lewat kontrak. Begitu pun dengan hasil, targetnya tercapai atau tidak? Ini kerja saja belum," tuturnya.
(Selanjutnya: Dugaan masalah komunikasi)