Nama Jose Mourinho mulai mencuat ke permukaan ketika dia menangani FC Porto. Oleh karenanya, ia juga merasa bangga pernah mengangkat nama klub raksasa asal Portugal itu.
Puncaknya adalah pada tahun 2004, ketika Mourinho membawa Porto menjuarai Liga Champions. Hanya dua kali FC Porto pernah menjuarai Liga Champions, dan Mourinho membantu mempersembahkan salah satunya.
Pada final 11 tahun silam, Porto tampil sebagai juara usai mengalahkan AS Monaco 3-0. Ada hal menarik ketika pemain-pemain Porto bersorak sembari mengangkat trofi dan dihujani konfetti. Mourinho, yang ketika itu berada di belakang para pemain, memasang wajah datar dan tidak merayakan kemenangan sama sekali.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya tidak merasa menjadi juara Eropa setelah Kim Milton Nielsen, sang wasit, meniup peluit panjang. Saya sudah merasa menjadi juara Eropa jauh sebelum pertandingan berakhir," lanjut manajer berusia 52 tahun tersebut.
Rabu (30/9) dinihari WIB, Mourinho akan kembali ke Do Dragao untuk menghadapi Porto. Ada perasaan tak terjelaskan, terutama ketika ia mengunjungi museum klub tersebut --di mana ada patungnya dan patung mentornya, Sir Bobby Robson, berdiri.
"Saya mendatangi museum dulu sebelum konferensi pers. Sungguh luar biasa dan saya beruntung bisa menjadi bagian di dalamnya, sungguh emosional."
"Anda pasti sadar jika sudah pernah menorehkan sesuatu yang penting, betul-betul memuaskan. Ini membuat hati saya melembut, jadi sekarang saya akan kembali ke hotel untuk mengembalikan mood saya," kata Mourinho.
Chelsea mengawali fase grup Liga Champions musim ini dengan kemenangan 4-0 atas Maccabi Tel Aviv. Sementara Porto bermain imbang 2-2 di laga pertama melawan Dinamo Kiev.
Bagi Chelsea sendiri, kemenangan menjadi target penting setelah bermain imbang 2-2 melawan Newcastle United di Premier League akhir pekan lalu.
(roz/din)