Manchester City sempat disanksi berat UEFA, terkait pelanggaran Financial Fair Play (FFP). Apakah The Citizens menaruh dendam ke asosiasi sepakbola Eropa itu?
City sempat disanksi UEFA berupa larangan berlaga di ajang Internasional selama dua tahun dan denda 30 juta euro pada Februari. Tim yang dimiliki taipan Uni Emirat Arab, Sheikh Mansour bin Zayed Al Nahyan itu, dianggap memanipulasi dana sponsor pada musim 2012 hingga 2016.
City tidak menyerah. Merasa tak berbuat demikian, mereka mengajukan banding ke Pengadilan Arbitrase Olahraga (CAS), dan akhirnya pada Juli lalu bandingnya diterima.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Khaldoon Al Mubarak, Chairman City, mengaku tidak akan menaruh dendam ke UEFA atas sanksi yang sempat diberikannya. Ia juga menegaskan tekad City menjuarai Liga Champions akan tetap besar.
"Hidup ini terlalu singkat untuk menaruh dendam. Ini adalah salah satu kompetisi paling bergengsi di dunia olahraga, dan kompetisi yang ingin kami menangkan. Ini kompetisi yang harus kami hormati agar bisa menang," kata Khaldoon, seperti dilansir BBC.
"Ini adalah tantangan, di belakang kami. Saya fokus pada satu hal: bagaimana saya bisa membantu klub bersaing di kompetisi ini dan memenangkannya, serta bagaimana punya hubungan yang konstruktif dengan UEFA. Saya pikir itu satu-satunya jalan untuk melanjutkannya," jelasnya.
Usai menang banding, City dipastikan bisa berlaga di ajang Liga Champions musim 2020/2021 dan 2021/2022. Tim besutan Pep Guardiola itu bisa kembali memenangkannya, setelah tersingkir di babak perempatfinal pada musim 2019/2020.
Menyambut musim depan, City sendiri sudah bergerak di bursa transfer musim panas ini. Tim Biru Langit melepas Leroy Sane ke Bayern Munich, dan mendapatkan Nathan Ake dari Bournemouth serta Ferran Torres dari Valencia.
(yna/raw)