Andrea Agnelli dicap Vladimir Putin-nya sepakbola lantaran ngotot soal European Super League. Presiden Juventus itu tak terima dan memberi balasan menohok.
Agnelli menjadi salah satu penggagas proyek European Super League tahun lalu. Kompetisi ini digadang-gadang menjadi tandingan Liga Champions dengan keuntungan maksimal bagi seluruh peserta.
European Super League mendapat penolakan UEFA dan penggemar sepakbola. 9 dari 12 klub penggagas akhirnya menarik diri, antara lain Manchester United, Manchester City, Liverpool, Chelsea, Arsenal, Tottenham Hotspur, AC Milan, Inter Milan, dan Atletico Madrid.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, Juventus, Barcelona dan Real Madrid masih bertahan dan berupaya meneruskan proyek European Super League. UEFA pun geram dengan sikap keras kepala ketiga klub tersebut.
Presiden UEFA, Aleksander Ceferin, menyindir Andrea Agnelli sebagai diktator dan Vladimir Putin-nya sepakbola. Putin sendiri adalah Presiden Rusia yang kini sedang melancarkan perang kepada Ukraina.
"Agnelli adalah seorang perampas kekuasaan, seorang diktator, Putin dalam sepakbola. Seorang pria tanpa rasa malu. Bahkan perang tidak bikin dia lunak, itu memalukan," kata Ceferin dalam acara Financial Times Business of Football Summit di London, Kamis (3/3/2022).
Sindiran Ceferin itu diamini bos LaLiga, Javier Tebas. Dia mencemooh Agnelli beserta Florentino Perez (presiden Real Madrid) dan Joan Laporta (presiden Barcelona) sebagai pembohong.
"Setiap kali saya mendengar komunikasi dari klub-klub (European Super League), saya semakin geram. Mereka berbohong lebih dari (Vladimir) Putin," ujar Tebas dalam acara yang sama.
Andrea Agnelli sendiri ikut berbicara dalam acara Financial Times Business of Football Summit. Dia tidak terima dengan ucapan Tebas dan bersikeras melanjutkan European Super League.
"Super League tidak gagal. Menurut pendapat saya, sepakbola Eropa sangat butuh reformasi. Saya tidak akan menerima pertanyaan tentang Tebas, pernyataannya berbicara sendiri," kata Agnelli, dikutip dari Football Italia.
"UEFA tahu bahwa saya sebagai presiden Juventus sedang mengerjakan sesuatu yang berbeda. Super League adalah kerja kolektif dari 12 klub, bukan satu orang. 12 klub menandatangani kontrak 120 halaman dan masih mengikat untuk 11 klub tersebut," dia menambahkan.
"Kompromi bukan lagi pilihan, kita perlu reformasi yang lebih dalam. Apakah monopoli kepengurusan cocok untuk memimpin bisnis seperti sepakbola? Saya pikir tidak," Andrea Agnelli menegaskan.
(bay/mrp)