Satlak Prima diwacanakan akan direstrukturisasi menyusul kegagalan Indonesia di SEA Games 2017 Kuala Lumpur. Indonesia meraih prestasi terendah sepanjang sejarah. Dari 55 medali emas yang dipatok, Merah Putih hanya berhasil memboyong 38 medali emas.
Akibat kegagalan ini, sorotan tajam mengarah kepada Satlak Prima. Ada yang mewacanakan satuan itu dibubarkan, namun ada juga yang mengatakan cukup untuk merestrukturisasi orang-orang di dalamnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Restrukturisasi Satlak Prima wajib hukumnya. Jika peran Satlak Prima dari sejak 2014 sampai sekarang nol koma sekian persen perannya. (Hampir) tidak ada yang didukung," kata Alamsyah kepada detikSport, Jumat (15/9/2017).
"Pokoknya jika ingin pelatnas berjalan mulus mesti perhatikan uang akomodasi cabor berjalan benar dan baik. Memang mereka tidak punya kewenangan untuk mengeluarkan anggaran, tetapi Satlak merupakan lembaga yang manaungi atlet elit di Indonesia. Jika tidak punya kewenangan mengatur uang, ya usahakan dong uang itu keluar. Jangan hanya lempar bola ke manajer cabornya," lanjutnya.
Dia juga mempertanyakan soal staf teknis dan High Performance Program Satlak Prima yang masih belum maksimal. Menurutnya, Satlak Prima juga harus bisa berkoordinasi dengan cabor dan tepat guna. Paling tidak tingkat orang-orang yang mereka gunakan kapabel.
"Menurut saya staf teknis ini useless. Ya tidak tahu cabor lain, tetapi di angkat besi tidak ada. Contohnya, mereka kirim streng and contioning hanya setaraf standar. Harusnya mereka kan bicara dengan kami. Dul utnuk streng and conditioning ada Greg Wilson, sekarang tidak ada," ungkap dia.
"Saya pertanyakan HPD. Apa sih pertimbangan yang membolehkan pakai HPD. Apakah dia profesor di bidang fisik, atau teknik. Tapi kan tidak ada. Apa degree-nya mereka. Memang punya sertifikat untuk HPD. Saya pikir jika tidak direstrukturisasi, saya yakin Asian Games akan sama dengan SEA Games 2017. Menurut saya, permasalahan bukan hanya di keuangan secara kualitatif bantuan program pun menurut saya mesti dibicarakan secara langsung dengan cabor, termasuk angkat besi," Alamsyah menegaskan.
"Nah, itu yang kami minta tolong lihat di sana, jangan lihat orang berpendapat, kemudian marah. Evaluasi hal-hal ini, saling intropeksi diri," dia mengimbau.
Senada, manajer tim Zulkarnaen Purba meminta agar Satlak Prima dievaluasi personel. Dia meminta agar pihak-pihak terkait harus duduk bersama untuk mengevaluasi semua.
"Satlak itu tidak bisa dibubarkan karena dia berdiri ada dasar hukumnya Peraturan Presiden nomor 15 tahun 2016. Restrukturisasi boleh, revitalisasi boleh, itu yang kami harapkan. Karena, yang di dalamnya itu belum tentu tidak bagus semua dan kami sarankan harus duduk bersama. Jadi jangan saling salah menyalahkan," kata Zulkarnaen.
Pendapat berbeda diungkapkan Kepala Bidang Pembinaan Prestasi Olahraga PRSI, Wisnu Wardhana. Menurutnya, Satlak Prima sudah berupaya maksimal hanya memang sistem proseduralnya yang harus segera diperbaiki.
"Sebenarnya fungsinya sudah benar yaitu untuk menjalankan pembinaan untuk level atlet atau high perfomance. Tapi, kendalanya bahwa pencairan dana untuk try out, peralatan, dan lainnya memang birokrasinya sangat rumit dan njlimet. Jadi dari sistem prosedural ini yang menurut saya harus diperbaiki," kata Wisnu, terpisah.
Pada rapat yang digelar Senin pekan lalu antara Menpora dengan Satlak Prima, KOI, KONI, dan sejumlah cabang olahraga telah bersepakat untuk mengurai segala kendala yang terjadi selama persiapan SEA Games kemarin. Pemerintah pun berjanji akan berupaya untuk berkoordinasi dengan pihak terkait untuk mengurai simpul-simpul kendala.
"Mudah-mudahan jelang Asian Games sistem bisa dipermudah, dipercepat, dan atlet bisa di-support suplemen, uji cobanya, dan kebutuhannya lainnya," dia berharap.
(mcy/fem)