Kejuraan Dunia berlangsung di Pattaya, Thailand, 18-27 September. Eko menjadi satu dari delapan lifter Indonesia yang bertanding di ajang, yang turut memperebutkan kuota Olimpiade Tokyo.
Dalam persiapannya, tim angkat besi Indonesia belum sepenuhnya baik secara kondisi. Eko masih dalam pemulihan cedera engkel yang dialaminya pada April lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Snatch saya masih kacau, jadi itu yang masih kurang. Kalau biasanya di angkatan snatch saya jagoannya, jarang sekali jatuh juga, cuma dari awal tahun sampai ke sini snatch hancur," kata Eko di Mess Kwini, Kwitang, Jakarta, kepada detikSport. "Jadi memang sampai sekarang belum stabil karena belum sembuh, tapi sudah membaik" dia menambahkan.
Peraih medali emas Asian Games 2018 ini mengatakan empat hari jelang pertandingan, dia masih mencari formula teknik yang tepat supaya lebih maksimal.
"Ya, paling mengakalinya dengan jangan terlalu banyak ambil angkatan yang terlalu tinggi. Artinya start awal angkatan snatch-nya dengan angkatan berikutnya dibuat tipis-tipis (jaraknya)," ujar dia menjelaskan.
"Tapi walau kalah di snatch, kalau bisa jangan terlalu jauh, supaya clean and jerknya untuk ngambil angka besar. Syukur bisa menang sekilo lagi seperti di Ashgabat, karena kami tak tahu kondisi lawan siap juga atau tidak," katanya.
"Saat ini treatment-nya baru sepekan. Biasanya cuma menghindari dan massage juga. Tapi kelamaan belum sembuh juga. Kemudian dari dokter disuntik plasma dan sudah membaik, serta harus diperban. Jadi ada sedikit yakin," Eko menambahkan.
Pada tes progres angkatan yang dilakukan oleh PB PABBSI, Eko masih berada di 310-315 kg. Dia berharap pada hari-H bisa tampil terbaik dengan angkatan total yang lebih tinggi dari Kejuaraan Dunia di Ashgabat, Turkmenistan, tahun lalu. Saat itu, Eko meraih medali emas usai membukukan angkatan total 317 kg. Rinciannya, 143 snatch dan 174 clean and jerk.
"Ya, percaya diri saja bisa masuk 317 kg, tinggal lihat di pertandingan seperti apa, semoga bisa lebih baik," Eko mengharapkan.
(mcy/rin)