Indonesia mencalonkan diri menjadi tuan rumah Olimpiade 2032 seiring dengan kesuksesannya sebagai tuan rumah Asian Games 2018. Presiden RI Joko Widodo, melalui Dubes RI di Bern, Muliaman D Hadadenin, menyerahkan surat pernyataan keinginan Indonesia menjadi tuan rumah, Februari 2019.
Meski keputusan pengajuan tuan rumah dilakukan 2024, Indonesia dituntut untuk menyiapkan seluruh kebutuhan Olimpiade, termasuk membuat masterplan-nya. Sejauh ini, Indonesia baru menggalang suara dari sejumlah negara dan China telah menyatakan dukungannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Apa yang dilakukan KOI sebenarnya sejalan dengan rencana kami. Tentu kami harus tindaklanjuti itu. Ibaratnya, jangan sampai 2024 ada space kosong (waktu terbuang percuma). Jadi kami sudah bagi-bagi tugas, terutama untuk jangka pendek dan jangka panjangnya seperti apa," kata Sekretaris Kemenpora, Gatot S. Dewa Broto, pada Senin (23/12/2019).
Tugas jangka pendek itu di antaranya membentuk gugus tugas dan master plan. Apalagi cukup banyak catatan dari Asian Games terkait venue dan organisasi tiket.
"Masterplan yang dimaksud pun bukan sekadar infrastruktur. Tapi, berkaitan kondisi riil ketika Indonesia menyelenggarakan Olimpiade. Itu sudah termasuk broadcasting, transportasi, akomodasi, dan event organizing-nya seperti apa," Gatot menjelaskan.
"Memang itu makan waktu. Tapi jangan berpikir 2024 tapi berpikir yang di depan mata. Kemudian mengindentifikasi persoalan-persoalan yang perlu diselesaikan dalam waktu dekat," dia menambahkan.
"Sebab, Tokyo akan menjadi batu loncatan kami menuju bidding public campaign di olimpiade. Kalau itu gagal akan sulit lagi nanti saat 2024-nya," ujarnya.
(mcy/fem)