Hendra Purnama tak ambil pusing penunjukkannya sebagai pengganti kekosongan Riau Ega Agatha Salsabila di pelatnas panahan. Dia berjuang menjadi yang terbaik.
Drama di pelatnas Perpani sempat jadi perbincangan lantaran Riau Ega dan Diananda, yang merupakan peraih tiket nomor perorangan recurve putra dan putri, tercoret dari pelatnas Olimpiade Tokyo.
Pemicunya karena pelatih Jawa Timur, Deni Trisyanto, tak lolos seleksi sebagai pelatih pelatnas Olimpiade. Selain Ega, dua atlet Jawa Timur putri Diananda Choirunisa dan Asiefa Nur Haenza juga tak masuk dalam pelatnas tahun ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perpani sempat berupaya untuk membujuk Riau Ega dkk, tapi tidak berhasil. Alhasil, induk olahraga panahan nasional itu memilih jalan untuk melakukan seleksi kembali.
Merujuk pernyataan manajer tim panahan nasional, Izzu Farhan Fajri, Hendra didapuk sebagai pengganti Ega.
Merespons pergantian itu, Hendra tak ingin menjadikannya sebagai beban. Peraih medali emas SEA Games 2019 Manila ini termovitasi untuk berjuang maksimal sebaik mungkin.
"Kalau saya sih menanggapinya optimistis. Saya berjuang yang terbaik saja. Saya pribadi lebih fokus untuk diri sendiri. Kalau ada drama (mungkin) dari Perpani, Pengda Jawa Timur, atau ke atletnya, saya kurang paham. Saya kurang mengetahui juga," kata Hendra kepada detikSport.
"Saya sendiri optimistis, jika misalnya saya dipercaya menuju ke Olimpiade, saya akan berlatih lebih keras untuk kesuksesan saya dan bangsa Indonesia," dia menegaskan.
Lebih lanjut, Hendra juga menegaskan, pendapat publik menjadi acuan motivasinya untuk lebih baik lagi dalam berlatih. "Kalau saya bagus alhamdullilah, kalau misalnya saya belum maksimal saya akan berlatih lagi supaya lebih bagus."
Hendra sendiri bukan atlet baru. Ia punya segudang pengalaman tampil di kejuaraan panahan level dunia baik saat dirinya masih remaja maupun senior.
Tercatat, pepanah kelahiran Bantul ini pernah mewakili Indonesia di Youth Olympic 2014. Kemudian dua tahun berikutnya di Olimpiade 2016 Rio de Janeiro. Di Rio, Hendra terhenti di babak 32 besar.
Setelah itu, ia bangkit dan menjadi pepanah terbaik se-Asia Tenggara setelah meraih emas di nomor perorangan recurve dan beregu putra di Manila, Filipina, tahun lalu. Tentu itu bukan modal sembarangan.
"Ya buat ke arah mental dan jam terbangnya jadi lebih bagus ya. Kalau di Olimpiade kemarin itu (2016) kan memang baru pertama kali buat saya. (Dengan modal itu) buat saya lebih yakin dan punya gambaran untuk di Jepang, seperti cuacanya bagaimana, taktik, dan strateginya," dia menjelaskan.
"Karena di panahan itu kita harus berjuang sendiri karena musuhnya ya kita juga. Mau musuhnya juara dunia atau siapa, kalau saya bisa nembak 10, Insyaallah pasti menang," kata Hendra Purnama lagi.