Bandung -
Kiprah Dadang Subur alias Dewa Kipas di dunia percaturan rupanya dijalani tak dengan cara instan. Dia mengklaim belajar dari Grand Master pertama Indonesia.
Pria, yang dituding berbuat curang karena akurasi langkah bidaknya yang tinggi saat melawan pecatur internasional Levy Rozman itu, rupanya memiliki pengalaman dan cara belajar bermain catur yang tak lazim.
Dadang pertama kali mengenal permainan catur ketika menginjak sekolah menengah pertama (SMP). Ia belajar bermain catur secara otodidak dari buku-buku teori catur. Ia pun kerap mempraktikkan ilmunya dengan meladeni orang dewasa yang mengajaknya bermain catur.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
 Dadang Subur yang kini banyak dikenal sebagai Dewa Kipas. Foto: Yudha Maulana/detikcom |
Setelah itu, ia pun mengikuti klub catur Ganesha ITB binaan Dr Kusno, Iis Aisyah, dan Abdurahman. Hingga akhirnya ia menyeberang ke klub catur Wibawa Mukti yang dibesut oleh pemerintah Kotamadya Bandung. Di sana, ia bahkan dipercaya menjadi wakil bendahara.
"Kalau ada pertandingan internal suka mengundang master-master, seperti Wawan Setiawan, Deni Sunjaya, Purnama, Roni Lukman dan lain-lain," ujar Dadang saat ditemui di rumahnya di Kelurahan Pungkur, Regol, Kota Bandung, Jumat (19/3/2021).
Sambil menimba ilmu di organisasi, Dadang juga mulai mengenal aplikasi dan video game catur.
"Baru dari situ ada engine Chess Master, belajar dari situ ada The Fritz dan Shredder. Belajar banyak dari situ," ujar Dadang.
Kecintaannya bermain catur, mempertemukannya dengan Grand Master Catur pertama di Indonesia, Herman Suradiradja.
"Saya juga pernah belajar juga oleh pak Herman Suradiraja, karena tetangga. Pak Herman itu pamannya Nia Daniati, beliau GM pertama di Indonesia," katanya.
"Pak Herman idola saya, juga Pak Utut Adianto, karena Pak Utut dan Pak Herman bisa melawan ratusan lawan secara simultan, pak Utut juga bisa main catur buta atau blind chess, kurang lebih begitu," tutur Dadang.
Lalu darimana Dadang belajar teknik catur dengan akurasi tinggi?
Anak Dadang Subur, Ali Akbar, mengatakan ayahnya kerap berlatih tanding dengan program atau bot di Shredder.
"Bapak tanding di Shredder di-undo puluhan kali sampai akhirnya hasilnya benar-benar mendapatkan hasil maksimal, langkah terbaik itulah yang bapak catat," kata Ali.
"Kalau ada orang yang bilang akurasi bapak seperti pakai komputer, itu memang yang tercatat langkah terbaiknya saja," ucap Ali.
 Dadang Subur punya julukan Dewa Kipas. Foto: detikcom/Yudha Maulana |
Detikcom pun melihat buku catatan milik Dadang saat berlatih tanding melawan program, ia mencatat dengan apik deretan langkah terbaik dan mempelajari langkah-langkah tersebut untuk digunakan di dalam pertandingan.
"Sampai akhirnya ketemu chess.com, itu Februari 2021 kemarin, bisa main online melawan orang-orang di seluruh dunia. Bapak senang bisa lawan orang lain, bukan lawan komputer saja," ujarnya.
Saat bermain di chess.com, Dadang tak mendadak dipertemukan dengan pemain-pemain profesional, karena ELO rating-nya di aplikasi tersebut masih rendah, sehingga ia dipertemukan dengan pemain-pemain amatiran terlebih dahulu.
"Karena mau enggak mau, mengulang dari level rendah dan lawannya kebetulan dari level rendah dulu, bapak bisa menang berkali-kali, sehari bisa main belasan sampai puluhan kali," ujarnya.
"Sampai akhirnya mencapai ELO 2.300 dan bertemu dengan GothamChess, dari situlah akun bapak terblokir," katanya.
Soal tudingan curang dengan menggunakan cheat engine dan sebagainya, menurut Ali hal itu tuduhan yang salah. Pasalnya, untuk memulai satu pertandingan saja, tak jarang Dadang meminta bantuan Ali. Durasi permainan pun di settingan default yakni 10 menit.
"Pas akun terblokir, bapak tanya kenapa tidak bisa main. Besoknya dapat email kalau akun itu sudah ditutup, Awalnya saya usahakan agar akun bisa dibuka lagi tapi pihak chess.com bilang kami ingin bicara langsung dengan pak Dadang. Saya bingung, walau Pak Dadang yang main, akun saya yang pegang dan Pak Dadang enggak ngerti Bahasa Inggris," tutur Ali.