Menpora Bertemu Rektor UI, Singgung Konsep NCAA di Olahraga Indonesia

Menpora Bertemu Rektor UI, Singgung Konsep NCAA di Olahraga Indonesia

Tim Detikcom - Sport
Kamis, 28 Okt 2021 04:45 WIB
Jason Kapono #24, Forward for the University of California, Los Angeles UCLA Bruins keeps his eyes on the basketball during the NCAA Pac-10 Conference college basketball game against the Washington State Cougars on 6th January 2001 at the Pauley Pavilion, Westwood, California, United States. The Bruins won the game 75 - 57.   (Photo by  Jonathan Ferrey/Getty Images)
Konsep NCAA bisakah dipakai di Indonesia? (Getty Images/Jonathan Ferrey)
Jakarta -

Regenerasi pebasket di Amerika Serikat selalu terjaga karena konsep NCAA di sana. Apakah ini bisa diterapkan di olahraga Indonesia?

Hal jadi salah satu perbincangan Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia Zainudin Amali saat menerima audiensi Rektor Universitas Indonesia Ari Kuncoro di ruang kerjanya, Wisma Kemenpora Lantai 10, Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (27/10).

Turut hadir hadir bersama rektor, Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan UI Abdul Haris dan Direktur Kerja Sama UI Toto Pranoto. Sementara itu, Menpora Amali didampingi Staf Ahli Bidang Budaya Sportivitas, Hamka Hendra Noer dan Kepala Biro Perencanaan dan Organisasi, Sri Wahyuni.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pertemuan ini membahas banyak termasuk penjajakan kerjasama Kemenpora dengan pihak UI baik di bidang kepemudaan maupun di bidang olahraga.

"Pagi ini saya kedatangan pak Rektor UI, perguruan tinggi kebanggaan kita semua. Dan kami mendiskusikan berbagai hal baik itu untuk bidang kepemudaan maupun bidang olahraga yang bisa dikerjasamakan dan bisa kita kembangkan untuk prestasi olahraga supaya lebih baik kedepan," ujar Amali dalam rilis kepada detikSport.

ADVERTISEMENT

Menurut Amali, dukungan perguruan tinggi sangat penting. Sebab, kalau perguruan tinggi sudah bergerak maka bisa dipastikan elemen masyarakat lainnya akan ikut.

Kemenpora Jumpa Rektor UI Ari KuncoroKemenpora Jumpa Rektor UI Ari Kuncoro Foto: dok.Kemenpora

Amali lantas mengapresiasi program UI yakni Kampus Merdeka. Merdeka Belajar terutama terkait penyeimbangan intelektualitas dan tingkat kebugaran. Di sisi lain, dicanangkan kurikulum khusus atlet, sehingga atlet yang beprestasi maka prestasinya akan dikonversi jadi prestasi akademik.

Diharapkan konsep ini bisa membuat orang tua menjadi yakin untuk mendukung anaknya fokus jadi atlet berprestasi, tanpa melupakan sisi akademis.

"Program-program yang sudah disiapkan sebagai implementasi dari Kampus Merdeka, Merdeka Belajar di UI apa yang disampaikan pak Rektor tadi tentu sangat bisa kita desain sebagai satu kerja sama antara Kemenpora dan UI," sambungnya

"Jadi saya sambut baik, kami menyambut baik gagasan ini, dan apalagi dimulai dari UI saya kira resonansinya berbeda dengan kalau kita mulai dari tempat lain. Kami terbuka apa yang dikerjasamakan bisa dikolaborasikan," katanya.

"Masyarakat yang punya keinginan bagi anak-anaknya untuk menjadi atlet dan olahragawan berprestasi tetapi tanpa ketinggalan dari sisi akademiknya. Nah ini oleh Rektor sudah dirancang, sehingga itu akan bisa dikerjakasamakan dengan Kemenpora," ujarnya.

Sementara itu, Ari Kuncoro mengakui kalau konsep Kampus Merdeka itu memang terinspirasi negara-negara maju di dunia olahraga yang selalu melibatkan perguruan tinggi untuk mencetak atlet berkualitas.

Salah satu yang dicontohkan adalah Liga Olahraga Mahasiswa Amerika Serikat (NCAA) yang mendunia, salah satunya NCAA Basketball. Banyak pebasket top NBA termasuk Michael Jordan yang menjalani tingkatan kuliah sebelum berkarier.

Menurutnya, para atlet di NCAA tersebut memiliki kurikulum sendiri yang sudah disesuaikan dengan ilmu keolahragaan. Selain basket, hampir semua olahraga di AS menerapkan metode serupa.

"Sebagai contoh, turnamen basket itu kalau di Amerika Serikat itu NCAA Basketball Collage. Jadi di sana dia kan menjalani kurikulum, tapi dia juga adalah atlet dan beasiswanya adalah sebagai atlet," ujarnya.

"Jadi misalnya dia, mempelajari sejarah, ya sejarah olahraga. Kalau statistik, dia mempelajari bagaimana masuk ke ring basket, berapa kali dari kiri, berapa dari kanan," lanjutnya.

Menurutnya, hal ini akan mengintegrasikan kehidupan orang yang ingin berkarier di bidang olahraga, sehingga bisa dipupuk sejak kecil sampai akhirnya siap pakai di tingkat universitas.

Universitas nantinya bakal jadi kawah candradimuka terakhir sebelum terjung ke dunia profesional. Lalu, modal ilmu di universitas dapat dipakai setelah pensiun sebagai atlet.

Sejatinya konsep NCAA ini pernah dipakai di basket nasional pada era 90-an dengan nama Kobatama (Kompetisi Basket Antarmahasiswa) atau yang tenar di era modern ini adalah Lifuma, yakni Liga Futsal Mahasiswa.

"Termasuk nanti ketika dia tidak lagi menjadi atlet, dia biasa menjadi analis, atau pelatih atau bahkan manajer sepakbola misalnya. Jadi semacam ada kesinambungan karier, ini adalah bagaimana karier olahraga dapat dikembangkan secara nasional. Saya rasa kami perguruan tinggi berniat berkontribusi untuk ini," pungkasnya.


Hide Ads