Event Tinju Bakal Digelar Rutin Demi Kesejahteraan Petinju

Event Tinju Bakal Digelar Rutin Demi Kesejahteraan Petinju

Muhammad Robbani - Sport
Jumat, 18 Mar 2022 06:15 WIB
Diskusi HSS & Masa Depan Tinju Indonesia di Holywings Pancoran, Jakarta Selatan, Kamis (17/3/2022).
Event tinju bakal rutin digelar. (Foto: Muhammad Robbani/detikcom)
Jakarta -

Event tinju 'Holywings Sports Show Boxing' bakal digelar secara rutin. Tujuan utamanya membangkitkan gairah tinju dan demi menyejahterakan petinju Indonesia.

Gelaran HSS ini sukses digelar dalam kesempatan pertamanya pada 27 Februari lalu. Saat itu berlangsung duel antara Tibo Monabesa melawan petinju Filipina, Jayson Vayson.

Tibo vs Jayson memperebutkan gelar WBC International Light Flyweight. Ada juga duel Hero Tito melawan James Mokoginta yang akhirnya memakan korban. Hero Tito meninggal dunia setelah sempat koma beberapa hari.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain itu, ada juga unsur entertainment yang disajikan, yakni duel antara selebritis Vicky Prasetyo melawan Aldi Taher.

"Event tinju yang kemarin diadakan itu mendapat respons luar biasa, kami sendiri tak menyangka. Kami dari Holywings akan serius mengadakan sport, khususnya tinju. Makanya kami mengundang badan tinju Indonesia supaya berkembang," kata Co-Founder Holywings, Ivan Tanjaya, dalam diskusi HSS & Masa Depan Tinju Indonesia di Holywings Pancoran, Jakarta Selatan, Kamis (17/3/2022).

ADVERTISEMENT

"Acara kemarin tayang di Net TV, mendapat respons luar biasa. Jauh di atas rata-rata penonton Net melalui antena tv, live di Youtube itu penontonnya 401 ribu penonton. Kami juga kerja sama dengan Tiktok, hasilnya ditonton 257 juta kali," ujarnya menambahkan.

Ivan Tanjaya pun menjalin komunikasi dengan para petinju. Dari sana ia mendapati fakta bahwa petinju Indonesia kurang mendapat perhatian, utamanya soal honor bertanding.

Ia pun menyiapkan konsep event tinju berbayar. Dengan besarnya animo masyarakat dari pengalaman sebelumnya, event tinju berpotensi mendapatkan bayaran besar.

Selain berharap pemasukan dari penonton digital, Ivan Tanjaya juga yakin bisa menggaet sponsor. Dengan begitu pendapatan besar bisa didapatkan untuk membangun industri tinju.

"Kami menyiapkan dengan sistem pay-per-view, sedang disiapkan. Mudah-mudahan setelah lebaran akan digelar lagi, mungkin Bulan Juni. Kalau bisa kami akan menggelar sebulan sekali," tutur Ivan Sanjaya.

"Kami akan coba, hasilnya sebagian akan kami bagi ke petinju. Jadi (petinju) bisa dapat minimal Rp 50 juta-100 juta," ucapnya.

[Halaman Selanjutnya: Saran dan Masukan untuk Tinju Indonesia]

Saran dan Masukan untuk Tinju Indonesia

Pengamat tinju nasional M Nigara juga memberikan pendapat soal niatan menggairahkan tinju Indonesia. Ia menyatakan dukungannya, dengan catatan perencanaan harus digelar secara matang.

Ia tak mau ada kejadian petinju menjadi korban lagi setelah bertanding. Pria yang juga wartawan olahraga senior itu juga menyarankan penyederhanaan asosiasi wasit tinju Indonesia yang jumlahnya lebih dari tiga.

"Ada petinju meninggal, siapa yang bertanggung jawab? Kami akhirnya diskusi. Catatan saya, ini resiko pekerjaan. Orang main tenis saja meninggal, apalagi ini gebuk-gebukan. Tapi meminimalisir itu penting. Petinju sampai kapanpun tak akan mundur," tutur Niagara.

"Saya sebagai wartawan melakukan kritik, tapi kritik itu harus memahami dan punya modal dulu supaya kritiknya tak mengambang. Tapi kritik tak boleh berhenti," ucapnya.

"Kalau pakai pay-per-view, yang gila tinju pasti mau kalau cuma bayar Rp 5 ribu. Jika terwujud ini luar biasa," katanya lagi.

Promotor tinju Armin Tan punya saran agar kejadian nahas tak terulang lagi. Salah satunya mewajibkan petinju untuk menjalani sejumlah tes kesehatan sebelum bertanding.

Jika kesulitan masalah dana, ia menyarankan menjalin komunikasi dengan pemerintah. Ia mencontohkan Filipina yang begitu perhatian dengan kemajuan tinju di sana.

"Yang bertanding wajib MRI, tes HIV, hepatitis, terutama Kejuaraan Nasional. Masalahnya bayaran di Indonesia kecil, sementara MRI saja sudah Rp 4-5 juta. Sedangkan bayaran cuma Rp 3-5 juta, bagaimana jadinya?," tutur Armin Tan.

"Filipina berkembang pesat, kita bisa pelajari. Negara semua yang membiayai tes itu. Tugas komisi yang harus mengupayakan itu," ucapnya.

Diskusi HSS & Masa Depan Tinju Indonesia di Holywings Pancoran, Jakarta Selatan, Kamis (17/3/2022).Diskusi HSS & Masa Depan Tinju Indonesia di Holywings Pancoran, Jakarta Selatan. (Foto: Muhammad Robbani/detikcom)

Pemilik saham Holywings, Hotman Paris Hutapea, mendukung penuh niatan HSS digelar secara rutin. Gairah tinju Indonesia dinilainya bisa meningkat dengan dukungan jaringan Holywings.

"Waktu event tinju pertama di sini, semua antusias. Padahal ke ring saja tak pernah, tapi itu karena tak pernah dikasih kesempatan. Ini kesempatan terbesar, kita punya 35 outlet targetnya mau membangun 100 outlet. HSS akan menjadi alat paling cepat memajukan tinju Indonesia," ucap Paris.


Hide Ads