Tim Futsal Putra, Sutjiati Narendra, dan Muthia Nur Cahya
Huda mencontohkan, reaksi netizen saat mengetahui tim futsal putra dicoret dari kontingen SEA Games karena dinilai tidak berpotensi mencetak medali. Padahal di sisi lain tim futsal putra Indonesia kerap mencetak prestasi membanggakan. Terakhir mereka mampu meraih posisi runner up dalam Piala AFF 2022 di Thailand.
"Akhirnya atas desakan yang begitu kuat dari publik, Kemenpora dan Federasi Futsal Indonesia menganulir keputusan pencoretan dan memberangkatkan timnas putra futsal ke SEA Games Vietnam," ujarnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Belum sepenuhnya mereda kasus futsal, muncul surat terbuka yang disampaikan atlet senam potensial Sutjiati Narendra yang gagal berangkat ke Vietnam. Muthia Nur Cahya, pesenam muda peraih emas PON Papua asal Makassar, juga bernasib sama.
"Sutjiati Narendra dan Muthia Nur Cahya adalah atlet-atlet potensial sehingga wajar jika publik mempertanyakan standar apa yang dipakai oleh Tim Review PPON untuk menentukan satu atlet bisa berangkat satu lain tidak," kata Huda.
Huda pun menyarankan supaya polemik ini tak terus menjadi spekulasi liar, tim review diharapkan bisa membuka data secara transparan kepada publik.
"Keputusan pemangkasan jumlah kontingen Indonesia dalam SEA Games Vietnam ini memicu banyak spekulasi liar. Baiknya Tim Review PPON membuka data mereka yang menjadi dasar kenapa satu atlet diberangkatkan yang lain tidak, kenapa satu cabang harus berangkat cabang yang lain tidak," saran dia.
Inkonsistensi dalam Tanggapi Pencoretan Atlet Terkait Anggaran
Ia juga sekaligus mengkritisi ketidakkonsistenan antara tim review PPON maupun Kemenpora dalam menanggapi pencoretan atlet, terutama soal anggaran.
Sebagai contoh, saat Ketua Tim Review PPON Moch Asmawi sempat menyebut keterbatasan anggaran sehingga hanya atlet berpotensi mendali yang diberangkatkan ke SEA Games Vietnam. Di sisi lain Menpora Zainuddin Amali berdalih paradigma prestasi olah raga Indonesia harus berubah dari mengejar prestasi di SEA Games atau Asian Games menjadi fokus ke Olimpiade.
"Jadi ini mana yang benar adanya keterbatasan anggaran atau karena mengejar prestadi di Olimpiade sehingga ada pemangkasan kontingen Indonesia di Sea Games Vietnam," tanyanya.
Politikus PKB ini menambahkan dirinya sepakat dengan konsep Desain Besar Olah Raga Nasional (DOBN) yang mencoba memfokuskan pembinaan ke beberapa cabang olahraga berpotensi medali olimpiade. Tetapi harusnya konsep tersebut segera dioperasionalkan dengan pembangunan pusat-pusat pelatihan, pencarian bibit atlet, dan mempersiapkan berbagai event sebagai sasaran antara.
"Tetapi dari banyaknya konsep DOBN ini yang saat ini menonjol justru pembentukan Tim Review PPON yang seolah sebagai algojo untuk menentukan siapa yang berangkat dan tidak berangkat ke berbagai event olah raga internasional, termasuk Sea Games Vietnam," pungkasnya.
(mcy/krs)