Masukkan kata pencarian minimal 3 karakter
Searching.. Please Wait
    Match Analysis

    DFB Pokal: Bayern 2-0 Dortmund

    Fleksibilitas dan Kebugaran Bayern Membenamkan Dortmund

    - detikSport
    AFP/Christof Stache AFP/Christof Stache
    Jakarta -

    Pep Guardiola memenangi trofi keempatnya bersama Bayern Munich. Ya, walau menerima banyak kritikan karena kekalahannya dari Real Madrid pada babak semi final Liga Champions, semalam pelatih asal Spanyol itu sukses memenangkan satu lagi piala bersama Die Roten. Mengalahkan Borussia Dortmund 2-0, ia memasukkan piala DFB Pokal ke dalam daftar gelar juaranya musim ini, selain juara Bundesliga, Piala Super UEFA, dan juara dunia antar klub.

    Pada laga di Stadion Olympic di kota Berlin, Pep sendiri menunjukkan kemampuannya dalam meracik taktik. Semalam, ia menurunkan formasi tak biasa 3-4-3 dengan menempatkan Arjen Robben di depan sebagai ujung tombak.

    Pilihan pola ini bukan tanpa alasan. Ia ingin memperkuat lini tengah mereka untuk menahan serangan balik cepat ala Dortmund. Ya, Pep tampaknya tak ingin mengulangi kesalahan pada 12 April lalu. Kala itu Bayern kalah 0-3 dari Dortmund di depan publiknya sendiri lantaran tak mampu menahan serangan balik cepat anak asuh Juergen Klopp.

    Kondisi ini berbeda dengan Borussia Dortmund. Klopp tetap memainkan pola idealnya, yaitu 4-2-3-1. Ia hanya melakukan pergantian di duet poros ganda. Kali ini, Nuri Sahin berduet dengan Milos Jojic lantaran Sven Bender belum pulih dari cedera. Marco Reus yang sebenarnya belum sepenuhnya sembuh juga "dipaksakan" untuk bermain.



    Grafik formasi awal kedua kesebelasan

    Pola dan Gaya Bermain yang Sama

    Tak banyak yang berubah dari pertandingan semalam. Dortmund tetap memilih untuk fokus bertahan dengan mengandalkan pressing-pressing ketat dan sesekali menyerang lewat serangan balik cepat. Sementara itu Bayern tetap tampil menyerang dan menguasai penguasaan bola.

    Trio lini depan Bayern, yaitu Thomas Mueller-Arjen Robben-Mario Goetze, semalam bermain begitu cair. Namun, mereka tetap mengalami kesulitan untuk menembus rapatnya barisan pertahanan Dortmund yang digalang Sokratis Papastathopoulos dan Matt Hummels. Para pemain tengah Bayern selalu mendapat intimidasi saat sedang memainkan bola di lapangan tengah.

    Hal inilah yang kemudian menjadikan Bayern terlihat lebih mengandalkan umpan terobosan bola lambung untuk merangsak ke sepertiga lapangan akhir lawan.

    Selain itu, Arjen Robben yang diplot sebagai striker juga bukan tanpa masalah. Ruang geraknya selalu ditutup oleh Sokratis dan Hummels. Duet center back ini tak pernah memberi Robben ruang untuk melakukan tembakan ataupun menggiring bola ke kotak penalti, dua kekuatan utama Robben sebagai pemain.



    Robben yang Ruangnya Selalu Ditutup oleh Sokratis dan Hummels

    Dari grafik di atas terlihat bahwa ruang gerak Robben benar-benar ditutup oleh duet bek tengah Dortmund. Saat Robben membawa bola, Sokratis dan Hummels pun tetap disiplin menjaga posnya dan tak mau terpancing untuk berlari ke samping mengikuti pergerakan Robben.

    Fleksibiltas Bayern

    Kunci kemenangan Bayern semalam terletak pada fleksibilitas pola permainan mereka. Penempatan Javi Martinez sebagai center back tengah bukannya tanpa alasan. Pun demikian dengan penempatan Pierre-Emile Hojbjerg di sayap kanan dan Rafinha di sayap kiri.
     
    Saat menyerang, Bayern bermain dengan pola 3-4-3. Pep sengaja menempatkan tiga center back Dante-Martinez-Boateng sebagai sebuah antisipasi serangan Dortmund. Maklum, pada 12 April lalu, mereka dipermalukan di depan publiknya sendiri lantaran duet center back mereka, Dante-Martinez, yang tak mampu mengantisipasi kecepatan pemain depan anak asuh Klopp.

    Sementara saat bertahan, mereka menggunakan pola 4-2-3-1. Javi Martinez diinstruksikan untuk sedikit maju, berdiri sejajar dengan Philipp Lahm, dan berperan sebagai poros ganda. Pada saat bersamaan, Rafinha dan Hojbjerg dituntut untuk sedikit turun dan berperan sebagai fullback.



    Grafik Formasi Bayern Saat Bertahan

    Taktik ini sedikit mendapatkan kendala ketika Philipp Lahm, yang mengalami cedera pada menit 31, harus ditarik keluar dan digantikan Frank Ribery. Praktis, pada sisa babak pertama, Toni Kroos-lah yang bertugas sebagai penjemput bola. Sementara itu, Ribery mengambil peran yang tak biasa: bertugas sebagai pembagi bola.

    Meredam Serangan Balik Dortmund dengan Pelanggaran

    Seperti biasanya, Dortmund selalu mengandalkan serangan balik. Namun, tampaknya pilihan taktik Klopp itu tak berjalan semulus biasanya. Selain bisa diantisipasi Pep dengan memasang tiga bek, taktik itu tak berjalan karena banyaknya pelanggaran yang dilancarkan pemain Bayern.

    Partai final memang cenderung berjalan keras. Namun, Robben dkk seolah menjadikannya sebagai taktik untuk menghambat counter-attack yang dibangun Marco Reus, Robert Lewandowski, ataupun Henrikh Mkhitaryan.

    Ya, saat kehilangan bola, pemain-pemain Bayern tak segan melakukan pelanggaran. Bahkan mereka pun menerima lima kartu kuning. Hal ini dimaksudkan Bayern untuk mengambil jeda sebentar dan menata kembali barisan pertahanan mereka saat mendapat serangan balik. Memang, taktik ini sebenarnya sangat berisiko. Namun semalam terbukti ampuh. Bayern berhasil menjaga gawangnya dari kebobolan selama 90 menit, dan hingga babak perpanjangan waktu.

    Unggul dalam Kebugaran

    Sepanjang 90 menit, Dortmund selalu melakukan pressing ketat terhadap pemain-pemain Bayern. Tak pelak, hal ini mempengaruhi kebugaran anak didik Klopp. Turunnya stamina Reus dkk inilah yang kemudian dimanfaatkan dengan baik oleh para pemain Bayern.

    Pada masa perpanjangan waktu, Pep menginstruksikan anak asuhnya untuk bermain lebih sabar. Mereka sedikit membiarkan Nuri Sahin dkk. berlama-lama memegang bola, sambil sesekali mengintimidasi pemain-pemain Dortmund. Tujuannya adalah untuk menunggu buyarnya konsentrasi dan koordinasi pemain Dortmund setelah stamina mereka terkuras.

    Taktik ini pun berbuah hasil. Pada menit ke-107, Boateng yang naik untuk mengganggu konsentrasi pemian Dortmund berhasil mencuri bola dari Hummells lalu mengirimkannya ke mulut gawang. Robben yang tanpa penjagaan pun dengan mudah berhasil menceploskan bola ke ke gawang Roman Weidenffeller.

    Pun begitu dengan gol yang dicetak Thomas Muller. Terlalu bernafsu untuk menyamakan kedudukan, pemain-pemain Dortmund sedikit melupakan pertahanan mereka. Muller yang memang terkenal cerdik memanfaatkan ruang itupun dengan mudah meceploskan bola setelah bergerak tanpa mendapat pengawalan dari barisan belakang Dortmund.

    Kesimpulan

    Terlepas dari gol Matt Hummels yang dianulir, Bayern memang layak memenangkan pertandingan final ini. Fleksibiltas pola permainan yang diperagakan The Bavarians terbukti berhasil meredam Dortmund yang bermain dengan pola yang itu-itu saja. Hal ini tentunya tak terlepas dari kecerdikan sang juru taktik Bayern, Pep Guardiola.

    Jurgen Klopp terlambat dalam mengantisipasi cairnya permainan Bayern Bayern. Klopp begitu kaku semalam dan tak memiliki banyak variasi serangan. Ketika counter-attack yang menjadi andalan mereka terhambat oleh banyaknya pelanggaran yang dilakukan para pemain Bayern, Dortmund tak serta merta merubah taktik.

    Pada partai final kali ini, kebugaran fisik berbicara lebih. Terlebih Dortmund yang memaksakan Marco Reus untuk tetap bermain meski belum fit 100%. Terbukti, setelah terus menerus melakukan pressing ketat pada 90 menit waktu normal, pemain-pemain Dortmund seakan kehilangan konsentrasi saat memasuki perpanjangan waktu. Suatu hal yang kemudian dimanfaatkan dengan baik oleh The Bavarians.

    ====

    *dianalisis oleh @panditfootball. Profil lihat di sini


    (roz/roz)
    Kontak Informasi Detikcom
    Redaksi: redaksi[at]detik.com
    Media Partner: promosi[at]detik.com
    Iklan: sales[at]detik.com
    More About the Game