Liga Champions: Madrid 5-1 Basel
Madrid Tunjukkan Bahwa Menyerang adalah Cara Bertahan yang Terbaik

Galacticos asuhan Carlo Ancelotti datang ke pertandingan kandang ini dengan beban yang sudah sangat besar. Kekalahan dari Real Sociedad dan dua kekalahan lagi dari rival sekota mereka, Atletico de Madrid, memastikan bahwa Real Madrid mendapatkan start terburuk mereka sejak sepuluh tahun terakhir ini.
Kemenangan dengan skor meyakinkan 5-1 atas juara Swiss, FC Basel, menjadi sebuah pelipur lara bagi mereka. Hasil ini juga sekaligus bisa menjadi pertanda kebangkitan Ancelotti dan pasukannya.
Gol bunuh diri dari Marek Suchy mengawali mimpi buruk Basel yang diasuh oleh Paulo Sousa. Masing-masing dari Gareth Bale, Cristiano Ronaldo, dan James Rodriguez menambah gol bagi El Real, sebelum kemudian Derlis Gonzalez berhasil memanfaatkan rapuhnya lini tengah dan pertahanan Madrid untuk memperkecil ketertinggalan.
Pada babak ke dua, Basel bisa lebih menguasai pertandingan. Namun, mereka tidak mampu menambah gol, melainkan harus kebobolan di 10 menit terakhir sebelum pertandingan selesai melalui gol dari Karim Benzema.
Pertandingan ini masih menunjukkan masalah Real Madrid yang masih sama dengan pertandingan-pertandingan mereka sebelumnya, yaitu pertahanan yang buruk. Ini akan menyisakan pekerjaan rumah yang panjang bagi Ancelotti.
Susunan pemain Real Madrid dan FC Basel (sumber: whoscored.com)
Tanpa memerlukan istirahat, Ancelotti menurunkan hampir skuat terbaik yang mereka miliki. Ronaldo yang baru sembuh dari cedera lutut langsung diturunkan. Sementara Toni Kroos masih diandalkan untuk menjadi gelandang tengah sentral.
Kebobolan banyak gol tidak membuat Iker Casillas dibangkucadangkan, ia tetap dipercaya sebagai penjaga gawang sekaligus kapten tim.
Sami Khedira yang sempat diragukan karena belum benar-benar pulih dari cedera, secara mengejutkan duduk di bangku cadangan meskipun ia akhirnya tidak bermain.
Sementara Basel menurunkan formasi tiga bek dengan mengandalkan eks pemain Madrid, Walter Samuel, di jantung pertahanan. Gelandang utama mereka, Marcelo Diaz, harus absen karena gelandang Chile ini mendapatkan larangan bermain setelah kartu merah yang ia dapatkan saat pertandingan terakhirnya di Liga Europa musim lalu.
Real Madrid Bermain Seperti Tanpa Pemain Tengah
Tidak ada keraguan jika kita membicarakan kualitas penyerangan dari Madrid. 17 buah tendangan berhasil mereka luncurkan, dengan 9 di antaranya tepat sasaran. Tidak heran mereka bisa mencetak 5 gol semalam.
Grafik tembakan ke gawang Real Madrid dan Basel (sumber: FFT Stats Zone)
Dengan pemain-pemain seperti Ronaldo, Bale, dan Benzema di depan, juga Kroos, Rodriguez, dan Luka Modric di tengah, mereka benar-benar mempraktikkan sepakbola menyerang sebagai senjata andalan mereka.
Formasi 4-3-3 mereka pun sampai lebih tepat jika diterjemahkan menjadi 4-0-6, atau kadang 4-1-5, dengan Kroos yang “dikorbankan” bermain dengan peran gelandang bertahan.
Distribusi posisi pemain Real Madrid dan Basel di atas lapangan (sumber: whoscored.com)
Grafik di atas menunjukkan jelas bahwa Kroos (nomor delapan) ditinggalkan sebagai gelandang bertahan, sebuah posisi yang asing baginya. Sementara kedua bek sayap senantiasa naik untuk membantu penyerangan, meninggalkan Sergio Ramos (kemudian Raphael Varane di babak ke dua) dan Pepe di belakang.
Jika di depan mereka adalah monster, tidak demikian di belakang. Ramos, Marcelo, dan Pepe masih terlihat tidak padu. Sedangkan Nacho Fernandez bisa sedikit lega dengan permainannya setelah ia mencetak gol deflected yang akhirnya menjadi sebuah gol bunuh diri.
Transisi Menyerang-Bertahan yang Buruk dari Real Madrid
Madrid membutuhkan lebih dari satu dekade untuk memecahkan formula rahasia mereka memenangkan La Decima. Kehidupan memang berjalan cepat di Bernabeu, dan pemain-pemain mereka pun bergerak dengan sangat cepat, di dalam maupun di luar lapangan.
Dua pemain kunci mereka musim lalu kali ini sudah tidak bermain dibawah perintah Ancelotti. Kepergian Angel Di Maria ke Manchester United meninggalkan sebuah lubang di lini tengah Madrid. Sebuah lubang yang kemudian bertambah luas ketika Xabi Alonso juga pergi.
Di Maria adalah lem yang merekatkan formasi 4-3-3 hybrid andalan Ancelotti. Pemain Argentina ini berhasil membuat penyerangan Madrid sangat bervariasi sambil terus-menerus melakukan track-back jika Madrid sedang diserang.
Ia bersama Xabi mejadi pelindung bagi empat bek di belakang sambil menjadi penyeimbang transisi antara menyerang ke bertahan dan juga sebaliknya. Real Madrid musim lalu adalah tim yang seimbang.
Grafik bertahan dari seluruh gelandang Real Madrid (sumber: FFT Stats Zone)
Kepergian mereka digantikan oleh kedatangan bintang Kolombia, James Rodriguez, dan gelandang bertalenta asal Jerman, Toni Kroos. Kedua pemain yang sebenarnya lebih bertipikal menyerang daripada bertahan. Bahkan Rodriguez sendiri secara khusus adalah pemain depan yang dipaksa bermain sebagai gelandang.
Satu-satunya pemain Madrid yang tersisa yang berpotensi menyeimbangkan tim adalah Khedira yang semalam duduk di bangku cadangan. Dari grafik bertahan para gelandang Real Madrid di atas, kita bisa melihat betapa minimnya peran dalam kontribusi bertahan dari Rodriguez, Kroos, Modric, dan juga Asier Illarramendi di babak ke dua.
Proses terjadinya gol Basel (Derlis Gonzalez di menit ke-38)
Ketidakmumpunian mereka dalam melakukan track-back juga sangat tercermin pada gol Gonzalez. Pada sebuah proses serangan balik, baik Rodriguez, Kroos, maupun Modric berada di setengah lapangan lawan.
Hanya empat bek yang berada di setengah lapangan sendiri dan praktis meninggalkan Pepe dan Marcelo berduel dua lawan dua dengan Streller (yang tak terjaga) dan Gonzalez si pencetak gol.
Real Madrid memang masih belum bisa move on dari Di Maria dan Xabi.
Membuat James Rodriguez Menjadi Angel Di Maria yang Baru
Ancelotti berusaha untuk mengakomodasi Rodriguez tanpa terlalu jauh melenceng dari formula suksesnya musim lalu. Akhirnya ia memasang pemain Kolombia ini sebagai salah satu dari tiga gelandang pada formasi 4-3-3.
Ia mencoba untuk mereplikasikan permainan Di Maria di sektor gelandang kiri. Tetapi itu tidak bekerja dengan baik, setidaknya dalam pertandingan sebelum melawan Basel semalam.
Posisi awal Rodriguez terlalu jauh dari gawang untuk mengeksploitasi keunggulan utamanya, yaitu mencetak gol. Kemampuan yang berbuah Sepatu Emas di Piala Dunia lalu.
Ia terlalu fokus menyerang dan mengawali posisi menyerangnya pun dari depan, tidak dari posisi yang dalam seperti Di Maria. Ia juga senantiasa lambat untuk turun melakukan cover terhadap pemain belakang.
Grafik permainan (sumber: FFT Stats Zone) dan heat map (sumber: Squawka) James Rodriguez
Namun, entah apa yang merasuki dirinya semalam. James sudah cukup bisa mereplikasikan permainan Di Maria tersebut. Pergerakannya memang belumlah sempurna di belakang, tetapi usahanya patut kita berikan apresiasi.
Satu gol dan satu (hampir) assist pada gol bunuh diri Suchy membuat permainannya semalam adalah permainan terbaiknya sejauh ini bersama Madrid. Tetapi mungkin kita tidak bisa terlalu mempercayai James sebagai Di Maria yang baru, mengingat Basel semalam memang terlalu sering bermain di belakang dan tidak berusaha menguasai lapangan tengah.
Ini mungkin akan berbeda jika Madrid menghadapi Liverpool nanti di grup yang sama.
Perubahan Basel di Babak ke Dua
Ketimpangan memang terjadi di babak pertama dengan skor 4-1 menjadi saksi bisu. Namun, sebenarnya Madrid hanya benar-benar menguasai pertandingan selama 30 menit saja, saat enam sampai delapan pemain Los Blancos memenuhi sepertiga lapangan Basel.
Meskipun kalah telak, kredit tetap patut diberikan kepada manajer Basel, Paulo Sousa. Ia menolak untuk menyerah di babak ke dua.
Ia bahkan menambah seorang penyerang tambahan saat pertandingan masih menyisakan setengah jam. Hal ini mampu mengubah cara bermain Basel, umpan-umpan di attacking third mereka pun semakin banyak di babak ke dua ini, yaitu 29 operan (dengan 25 di antaranya tepat sasaran) berbanding 53 (40).
Perbandingan grafik penyerangan Basel pada babak pertama dan ke dua (sumber: FFT Stats Zone)
Sedangkan Madrid sebaliknya, jumlah opran pada attacking third mereka lebih banyak terjadi pada babak pertama dibandingkan pada babak ke dua.
Meskipun kebobolan banyak, pertahanan Basel bekerja ekstra dalam menghalau penyerangan membabi buta Madrid. Hal ini didukung dengan penggunanaan formasi tiga bek yang juga memberikan opsi menjadi lima bek (seperti ditunjukkan pada grafik distribusi pemain di awal artikel ini) pada saat bertahan.
Basel kelihatan jelas mengandalkan serangan balik cepat. Alih-alih menguasai lini tengah, yang sebenarnya bisa saja mereka lakukan mengingat pemain-pemain Madrid yang terlalu banyak berkumpul di depan.
Grafik bertahan Basel dan grafik permainan Luca Zuffi (sumber: FFT Stats Zone)
Bintang Basel pada malam tadi adalah Luca Zuffi yang berhasil menciptakan 5 buah peluang, satu di antaranya adalah assist pada gol Gonzalez.
Kesimpulan: Carlo Ancelotti Harus Mencari Alternatif
Memecahkan dilema pada peran gelandang Madrid tidaklah mudah. Perubahan menjadi 4-2-3-1 mungkin bisa Ancelotti lakukan mengingat kacaunya transisi antara menyerang dan bertahan Madrid.
Pola ini akan membuat James Rodriguez berperan pada posisi favoritnya, yaitu di belakang striker. Lalu dua dari Modric, Kroos, Illarramendi, atau Khedira bisa bekerja sebagai gelandang yang lebih dalam di lapangan tengah, yang secara teori akan melindungi empat bek di belakang mereka.
Pada beberapa kesempatan, pertandingan ini seperti sebuah mikrokosmos dari apa yang kita harapkan akan ditunjukkan oleh tim dengan status “juara bertahan yang bertabur bintang”.
Real Madrid fantastis di depan, namun kacau di belakang. Sebuah kombinasi yang bisa mengakibatkan banyaknya gol yang bersarang di kedua gawang. Sebuah tontonan yang menarik bagi penonton netral, namun sebuah ujian bagi kesehatan jantung untuk para Madridista. Beruntung malam tadi Real Madrid menunjukkan kepada kita bahwa menyerang adalah cara bertahan yang terbaik... setidaknya saat melawan Basel.
====
*dianalisis oleh @panditfootball. Profil lihat di sini