Pratinjau 2015/2016
Ujian Konsistensi untuk Chelsea

Setiap kali datang musim panas, kesibukan utama sepakbola Eropa adalah bursa transfer pemain. Di Liga Inggris, ada satu kesebelasan yang terlihat masih ongkang-ongkang kaki: Chelsea.
Ini memang mengherankan. Sebab, di musim pertama ketika Mourinho memimpin Chelsea, Roman Abramovich menggelontorkan dana yang besar untuk membeli banyak pemain. Ini sangat kontras dengan yang terjadi pada awal musim ini.
Padahal Chelsea merupakan juara bertahan Liga Primer. Jika filosofi “don’t change the winning team” memang diserapi benar oleh Mourinho, maka boleh jadi ia sudah puas dengan skuatnya saat ini yang hampir sama dengan musim lalu, yaitu skuatnya sang juara.
Pada kenyataannya, ini ternyata tidak mengherankan. Mungkin tim lain melakukan perombakan dan penambalan skuat agar mereka bisa mendekati atau melampaui Chelsea sebagai juara bertahan. Apakah yang dilakukan Mourinho ini tepat?
“Mereka [tim lain lain] telah membeli banyak pemain terbaik dari negara ini [Inggris]. Mereka telah membeli banyak pemain terbaik dari Eropa. Jadi, skuat mereka pastinya akan sangat kuat,” lanjut Mourinho.
“Jadi, ketika orang-orang mengatakan kepada saya berkali-kali pada saat pertama kali Mr. [Roman] Abramovich datang ke Chelsea, bahwa Chelsea membeli gelar juara; Saat ini, mereka semua yang sedang berusaha membeli gelar juara.
“Sekarang tinggal bagaimana kami saja untuk menjadi kuat dan melawan mereka, kemudian berusaha menjadi juara lagi, bahkan tanpa investasi besar,” tutup manajer asal Portugal tersebut.
Benarkah Chelsea sudah memiliki formula skuat sang juara?
Chelsea tidak membosankan, mereka hanya konsisten
“Boring, boring Chelsea” berkumandang kencang dari para suporter Arsenal menjelang akhir musim yang lalu. Memang banyak yang menganggap Chelsea bermain sangat membosankan, tapi kami tidak akan membahas lagi pernyataan tersebut yang bisa memicu lebih banyak perdebatan.
Seolah tidak peduli, pada suporter The Blues malah mengumandangkan chant yang hampir sama ketika kesebelasan mereka berhasil mengangkat trofi Liga Primer di Stamford Bridge pada akhir Mei: “Boring, boring champions.”
Gelar juara ini adalah gelar pertama mereka dalam lima tahun terakhir, dan gelar pertama Mourinho di musim ke duanya pada Chelsea jilid dua, atau gelar ketiganya di Chelsea secara keseluruhan (sebelumnya: Chelsea jilid satu 2004-2007).
Seperti dikatakan Mourinho, di bursa transfer kali ini Chelsea praktis hanya menambah dua pemain baru, yaitu Falcao (dipinjam dari AS Monaco) dan Asmir Begovic (Stoke City). Sedangkan Nathan (Atletico Paranaense) dan Danilo Pantic (FK Partizan) memang juga didatangkan oleh Chelsea, namun mereka berdua langsung dipinjamkan ke Vitesse Arnhem.
Perubahan kecil ini dapat berarti bahwa Chelsea ingin tetap mempertahankan dominasinya di Inggris (musim lalu juara Liga Primer dan Piala Liga), sambil meningkatkan peruntungan nasib mereka di Eropa. Seperti yang kita tahu, musim lalu mereka disingkirkan oleh Paris Saint-Germain di Liga Champions UEFA.
Di Liga Primer musim lalu, sebelum berhasil menentukan gelar juara melawan Crystal Palace, Mourinho hanya menggunakan total 20 pemain selain penjaga gawang. Ini adalah jumlah pemain yang paling sedikit yang dipakai oleh tim manapun di Liga Primer.
Hal di atas menunjukkan kepada kita bahwa Mourinho sangat percaya kepada tim utamanya, sekaligus juga (secara tidak langsung) mengakui bahwa kualitas pemain-pemain di skuatnya kurang mendalam.
Cara Chelsea menjaga konsistensi
Untuk memahami kualitas skuat Chelsea, kita bisa memulainya dari Cesc Fabregas dan Nemanja Matic sebagai landasan di lini tengah. Kehebatan mereka berdua sangat bisa diandalkan, namun ketergantungan Mourinho kepada keduanya seringkali membuat "Si Biru" kerepotan jika salah satu di antara mereka tidak bisa bermain.
Sebenarnya mereka memiliki Ramires, John Obi Mikel, dan Ruben Loftus-Cheek yang bisa bermain menggantikan mereka. Namun, Chelsea sepertinya tidak terlalu meyakinkan tanpa Fabregas dan Matic, sampai-sampai Mourinho sempat memainkan Kurt Zouma, seorang bek tengah, sebagai gelandang.
Sebuah jawaban untuk Mourinho tentunya adalah masalah waktu. Tidak ada yang meragukan kualitas para pemain tengah Chelsea yang sudah disebutkan di atas, tak terkecuali juga Loftus-Cheek. Pemain kelahiran Lewisham dengan nomor punggung 36 ini memiliki kualitas yang sangat menjanjikan bagi seorang pemuda berusia 19 tahun. Tingginya yang mencapai 1,91 meter membuatnya sangat cocok sebagai gelandang bertahan. Pada 10 Mei lalu Loftus-Cheek membuat sesuatu yang mengesankan: tampil melawan Liverpool sebagai starter.
Pada pertandingan tersebut ia mencetak angka 100% dalam kesuksesan operan. Namun, sebelum ia terbang terlalu tinggi, Mourinho sempat mengkritiknya pada pra-musim di Sydney: “Jika ia tidak tahu apa artinya untuk bermain bagi Chelsea, itu adalah satu langkah mundur.”
Sejak itu Loftus-Cheek benar-benar bersungguh-sungguh untuk berkembang, musim depan adalah saatnya untuk bersinar bersama Chelsea.
Jika kita beralih dari lini tengah, Mourinho sudah menjaga konsistensi Chelsea dengan perekrutan seadanya. “Kami mengganti Cech dengan Begovic, kami mengganti Didier dengan Falcao, dan kami mengganti para pemain muda dengan para pemain muda yang baru."
Jika dituliskan dalam sebuah perkiraan formasi, maka atas nama konsistensi dan keseimbangan, kita akan melihat skuat Chelsea di musim 2015/16 adalah sebagai berikut:
[Perkiraan formasi Chelsea 2015/16. Keterangan: * pemain home grown; ** pemain di bawah umur 21 tahun]
Menurut rekap WhoScored, dalam 38 pertandingan, atau artinya setiap pertandingannya, Chelsea selalu memakai formasi 4-5-1 atau 4-2-3-1 seperti gambar di atas.
Jika mengintip formasi di atas, kita pasti sudah tahu apa yang kurang dari skuat Chelsea tersebut, yang membuat kita paham bahwa skuat mereka kurang dalam. Hampir dalam setiap posisi, Mourinho selalu memiliki setidaknya dua pilihan, tim utama dan pelapisnya. Kecuali posisi bek kiri, Chelsea memiliki stok dua pemain dan bahkan lebih. Sayangnya, keputusan mereka untuk menjual Filipe Luis kembali ke Atletico Madrid malah membuat PR lainnya bagi Mourinho.
Kabar yang santer terdengar, Chelsea sedang mendekati Abdul Baba Rahman dari FC Augsburg untuk diplot sebagai bek kiri cadangan. Tapi sejujurnya, mempertahankan Luis adalah pilihan yang lebih baik daripada menggantinya dengan Rahman.
[Perbandingan beberapa statistik Abdul Baba Rahman, Filipe Luis, Cesar Azpilicueta, Branislav Ivanovic, dan Todd Kane di musim lalu. Sumber: Squawka]
Begitupun dengan bek kanan, hanya Todd Kane yang dianggap bisa melapis wakil kapten Ivanovic. Padahal, jika saja Tomas Kalas tidak dipinjamkan ke Middlesbrough, ia bisa menjadi pelapis yang lebih baik, karena Kalas adalah pemain yang berpengalaman bersama timnas Republik Ceko.
Permasalahan Chelsea dengan pemain home grown
Satu masalah lainnya bagi Mourinho, yang menjadi alasan kenapa musim lalu ia hanya memainkan total 22 pemain sebelum dipastikan menjadi juara (karena di beberapa matchday terakhir, Mourinho menurunkan beberapa pemain mudanya), adalah aturan home grown.
FA mewajibkan setiap kesebelasan Inggris mendaftarkan 25 pemainnya setiap musim, kecuali pemain yang masih di bawah 21 tahun tidak perlu didaftarkan, dengan ketentuan 8 di antaranya adalah home grown atau pemain tersebut sudah tiga tahun berturut-turut bermain di Inggris dan Wales.
Musim lalu, menurut situs Premier League, hanya tiga pemain Chelsea saja yang berstatus home grown, mereka adalah kapten John Terry, Gary Cahill, dan Fabregas.
Sebenarnya aturan ini bisa diakali dengan tidak mendaftarkan jumlah sisa pemain home grown yang tidak ada dengan mengosongkannya. Alhasil, musim lalu Chelsea hanya mendaftarkan 20 pemainnya.
Itulah juga yang katanya menjadi alasan Mourinho menyingkirkan pemain-pemain seperti Romelu Lukaku (Everton), Demba Ba (Besiktas), Samuel Eto'o (Everton), David Luiz (Paris Saint-Germain), Andre Schuerrle (VfL Wolfsburg), sampai Fernando Torres (AC Milan).
Beberapa pemain lainnya juga tak ragu untuk dipinjamkan seperti Marco van Ginkel (AC Milan), Marko Marin (ACF Fiorentina dan kemudian RSC Anderlecht), Kenneth Omeruo (Middlesbrough), Gael Kakuta (Rayo Vallecano), Lucas Piazon (Vitesse dan kemudian Eintracht Frankfurt), Bertrand Traore (Vitesse), Thorgan Hazard (Borussia Moenchengladbach), Wallace (Vitesse), Kalas (FC Koeln dan kemudian Middlesbrough), sampai Mohamed Salah (Fiorentina).
Hal ini dilakukan Mourinho karena ia tidak memiliki pemain home grown yang bisa didaftarkan, sementara mereka semua (yang bukan merupakan pemain home grown) akan menjadi beban tim dan juga tidak bisa bermain jika tak terdaftar, tak bisa diturunkan, tapi masih harus tetap membayar gaji.
Jika melihat skuat mereka musim ini, sepertinya hal di atas akan mereka ulangi kembali, yaitu meminjamkan (dan bahkan menjual) beberapa pemain non-home grown mereka seperti saat ini saja (30 Juli 2015) mereka sudah meminjamkan 15 pemain mereka, termasuk di antara mereka adalah pemain bagus seperti Andreas Bodtker Christensen, Christian Atsu, dan Patrick Bamford; dan menjual 7 pemain mereka ke kesebelasan lain.
Dari 28 pemain yang ada pada grafik perkiraan formasi di halaman ke-3 (nama Salah tidak kami masukkan karena ia selalu dikabarkan akan pergi), 6 di antaranya adalah pemain di bawah umur 21 tahun (nama dengan tanda dua bintang - **), jadi tak perlu didaftarkan. Maka kita akan mendapati 22 pemain Chelsea yang 6 di antaranya adalah pemain home grown (nama dengan tanda satu bintang - *).
Daftar ini membuat kita tahu bahwa masih ada slot 3 pemain lagi untuk Chelsea daftarkan, dengan syarat 2 di antaranya harus home grown, atau jika tidak, Chelsea hanya bisa mendaftarkan satu pemain lagi saja yang bukan home grown. Nama yang banyak beredar tentunya adalah Rahman yang ingin diplot mengisi posisi bek kiri pelapis. Dengan kedatangan Rahman, berarti skuat Chelsea akan menjadi komplit.
Sayangnya, mereka mungkin tidak akan menghadapi masalah remeh ini jika saja “bisnis aneh” Chelsea selama ini yang gemar meminjamkan pemain mudanya ke luar Inggris (terutama ke Vitesse) tidak mereka lakukan.
Meminjamkan pemain muda ke luar Inggris sepertinya akan menambah jam terbang mereka, tapi sejujurnya malah akan menggugurkan status home grown mereka. Christensen dan Kalas misalnya, mereka berdua sudah tidak lagi merupakan pemain home grown.
Sebaliknya, pemain-pemain home grown yang sudah mereka miliki sebaiknya bisa mereka maksimalkan, bukan malah menjual mereka atau meminjamkan mereka ke luar Inggris. Saat ini, pemain seperti Jamal Blackman, Todd Kane, Zouma, Nathan Ake, Loftus-Cheek, Nathaniel Chalobah,Victor Moses, Bertrand Traore, dan Dominic Solanke seharusnya tetap dipertahankan.
Bayangkan jika Chelsea masih memiliki Ryan Bertrand (Southampton), mereka tak perlu repot mencari bek kiri pelapis, dan bahkan Bertrand adalah pemain home grown. Beberapa pemain home grown lainn yang disayangkan pindah juga antara lain adalah Josh McEachran (gelandang serba bisa Brentford), Van Aanholt (bek kanan Sunderland), Ross Turnbull (kiper Leeds United), Jeffrey Bruma (bek tengah PSV Eindhoven), Michael Mancienne (pemain belakang serba bisa Nottingham Forest), sampai Fabio Borini dan Daniel Sturridge.
Masalah pemain home grown Chelsea memang tidak sepelik Manchester City yang hanya memiliki empat pemain home grown, namun alangkah leganya jika Mourinho tidak perlu kesulitan mencari alternatif hanya untuk menyiasati peraturan ini.
Beberapa hal yang masih kurang dari Chelsea
Kembali ke istilah “don't change a winning team” yang juga sejalan dengan “if it ain't broke, don't fix it” (khusus untuk Terry dan Drogba, ditambah Lampard) yang sepertinya dianut oleh Mourinho, Chelsea masih lah merupakan kesebelasan yang sempurna.
Mereka adalah juara bertahan dan sudah bermain sangat meyakinkan musim lalu dengan menang 26 kali, hanya kalah 3 kali, mencetak 73 gol (paling banyak ke dua di Liga Primer), kebobolan 32 gol (paling sedikit), mencetak 14,8 tendangan ke gawang per pertandingan (urutan ke empat), rata-rata penguasaan bola 55,6% (ke-6), dan kesuksesan operan 83,2% (ke-4).
Dari angka-angka di atas, menyebut Chelsea membosankan adalah pernyataan yang tidak tahu diri. Alih-alih, kita bisa menyebut Chelsea sebagai kesebelasan yang paling konsisten.
Selain Fabregas dan Matic, satu pemain Chelsea yang paling bisa diandalkan musim lalu adalah Eden Hazard. Sepertinya hal ini tidak akan berubah di musim yang baru nanti. Berdasarkan rekap FourFourTwo melalui Stats Zone, tidak ada pemain yang mencetak dribel sukses dan mencetak peluang dari permainan terbuka lebih banyak daripada Hazard musim lalu. Aksi gemilang sayap Belgia ini sampai-sampai membuat lawannya dikartu kuning 23 kali saat ingin menghadangnya.
“Dia adalah pemain utama, pemain yang bisa membuat satu tim menjadi lebih baik,” kata Fabregas. Tidak heran Hazard menjadi pemain terbaik Liga Primer kemarin (PFA Player of the Season).
Namun, lagi-lagi ketergantungan Chelsea kepada Hazard harus mulai dikurangi. Pemain bernomor punggung 7 ini memang selalu bermain dalam 38 pertandingan Chelsea di liga, tapi bagaimana jika musim nanti ia cedera atau tidak bisa bermain?
[Perbandingan beberapa statistik Eden Hazard, Willian, Oscar, Ramires, Juan Cuadrado, Victor Moses, dan Mohamed Salah di musim lalu. Sumber: Squawka]
Willian, Oscar, Ramires, dan Moses, ditambah mungkin Salah dan Marin, pastinya sudah harus siap jika hal tersebut terjadi. Ditambah juga Juan Cuadrado yang harus bisa menunjukkan permainan terbaiknya seperti yang ia tunjukkan di sangara Kolombia. Jika tidak, bukan tidak mungkin Mourinho akan membeli pemain sayap baru nantinya, Pedro dari FC Barcelona misalnya.
Tapi, sekarang Mourinho hanya memiliki ruang gerak yang terbatas untuk merekrut pemain. Akhirnya kita menyadarinya bahwa permasalahan Chelsea dengan pemain home grown adalah biang keladi dari sepinya jual-beli pemain Chelsea menjelang musim yang baru ini.
“Saya pikir setiap orang tertarik dengan [Paul] Pogba. Tapi adahal-hal yang tidak bisa orang lakukan. Saya suka Menara Eiffel tapi saya tidak bisa memiliki Menara Eiffel di halaman kebun saya. Bahkan Menara Eiffel yang di Las Vegas,” kata Mourinho membantah bahwa Chelsea akan membeli Pogba.
Nyatanya, lini tengah Chelsea sudah sangat kuat tanpa kehadiran Pogba sekalipun. Meskipun Pogba adalah pemain home grown (didikan Manchester United), Mourinho tetap membantah. Pemain lain yang dihubungkan dengan Chelsea malah bukan Pogba, tapi Rahman dan John Stones (Everton).
Memang dari grafik di awal tulisan ini, rasanya hanya posisi bek kiri dan bek kanan yang menjadi sorotan kedalaman skuat Chelsea. Dengan mendatangkan Rahman dan Stones, skuat Chelsea akan menjadi komplit, apalagi Stones adalah pemain home grown.
Stones adalah bek tengah yang juga bisa bermain sebagai bek kanan. Mourinho yang mengincar Stones ini dianggap sebagai “kebutuhan” alih-alih “keinginan”, mengingat Terry sekarang sudah berusia 34 tahun, sudah menginjak akhir puncak karirnya.
Dengan sudah empat kali membela sangara Inggris, Stones sepertinya disiapkan sebagai pewaris Terry oleh Mourinho, sama seperti Thibaut Courtois yang sudah menjadi pewaris Cech.
Sebuah mahar senilai 30 juta poundsterling dikabarkan bisa meluluhkan Everton yang sampai saat ini belum mau melepas Stones. Mourinho sendiri berkomentar: “Kami memiliki tiga [bek tengah] ditambah Ivanovic, jadi empat. Kami memiliki dua di antara mereka yang sudah berusia di atas 30 tahun [Terry dan Cahill]. Kami ingin memiliki dua yang berusia di bawah 25 tahun, yang akan memberikan kami setidaknya 10 tahun [garansi memiliki bek tengah berkualitas]. Tapi seperti yang Anda tahu, ini bukan sesuatu yang mendesak.”
“Saya pikir 10 atau lima tahun yang lalu, suporter Chelsea mengatakan: ‘Saya tidak bisa melihat Chelsea juara tanpa Frank Lampard.’ Dan sekarang Chelsea berhasil juara tanpa satu dari tiga pemain terbaik kami dalam 10 tahun terakhir. Tidak ada [pemain] yang tak tergantikan. Kalau sulit untuk digantikan, ya. Untuk menggantikan mereka satu per satu itu sangat sulit, sangat sulit. Untuk menggantikan mereka dengan bertahap, terstruktur, dinamis, dan dengan pilihan-pilihan yang baik, itu baru mungkin,” seperti yang Mourinho sampaikan di The Guardian.
[Perbandingan beberapa statistik John Stones, John Terry, Gary Cahill, Kurt Zouma, dan Nathan Ake di musim lalu. Sumber: Squawka]
Jadi, ada benarnya untuk saat ini sebenarnya mungkin hanya Rahman atau bek kiri lainnya, bukan Stones, yang Mourinho butuhkan. Akan terlalu terburu-buru membeli Stones sekarang, mereka masih memiliki Ake dan Zouma, serta Omeruo (dipinjamkan ke Kasımpasa Spor Kulubu), Christensen (Gladbach), dan Kalas (Boro). Bahkan dua nama terakhir baru mendapatkan perpanjangan kontrak, hanya sayang saja keduanya sudah gugur status home grown-nya.
Lagipula, jendela transfer musim panas 2015 ini sepertinya bukan menjadi jendela transfer ideal bagi beberapa pemain untuk pindah, terutama untuk Stones yang ingin terus memikat manajer Inggris, Roy Hodgson, agar dipanggil ke sangara Inggris untuk Euro 2016 di Perancis yang tinggal kurang dari setahun lagi ini.
Jika kita melihat hasil pramusim, Chelsea kalah 4-2 dari New York Red Bulls, imbang 1-1 melawan PSG (menang 6-5 lewat adu penalti), dan imbang 2-2 melawan Barcelona (menang 4-2 lewat adu penalti). Selanjutnya pada 2 Agustus nanti Chelsea akan menghadapi Arsenal di Community Shield, ini adalah ujian pertama yang sesungguhnya bagi Mourinho di musim barunya ini.
Setelah itu, Chelsea masih akan memainkan pertandingan pra-musim menghadapi Fiorentina di London (5 Agustus), sebelum akhirnya mereka menjalani pekan pertama Liga Primer menghadapi Swansea City di Stamford Bridge pada 8 Agustus nanti.
Ujian berikutnya bagi Chelsea datang pada pekan ke dua Liga Primer ketika mereka langsung harus bertandang ke Etihad Stadium, kandang dari City. Sepertinya kesulitan demi kesulitan akan menghampiri Chelsea, tapi Mourinho berkata bahwa ia sudah siap.
Jadi, tanpa mengubah banyak hal, apakah Chelsea bisa kembali menjadi juara Liga Primer? Rasanya, sih, bisa, mengingat musim yang baru ini akan menjadi ujian bagi konsistensi Chelsea. Kalaupun perhitungan Mourinho salah, jendela transfer musim dingin Januari 2016 nanti pasti akan menjadi penebusan baginya.
=====
* Penulis anggota redaksi @PanditFootball dengan akun twitter: @DexGlenniza