Piala AFF: Vietnam 2-2 Indonesia
Meski Terus Ditekan Vietnam, Indonesia Akhirnya Lolos ke Final Piala AFF

Walau sempat unggul terlebih dahulu dengan skor 1-0 lewat gol Stefano Lilipaly, secara mengejutkan Vietnam sukses membalas dua gol sehingga pertandingan berlanjut ke babak perpanjangan waktu. Pada babak perpanjangan waktu inilah, Indonesia sukses mengunci tiket ke babak semifinal lewat gol Manahati Lestusen.
Hasil imbang ini sudah cukup mengantarkan Indonesia ke babak final setelah pada leg pertama yang digelar di Stadion Pakansari, Cibinong, Indonesia meraih kemenangan dengan skor 2-1.
[Baca Juga: Indonesia ke Final Usai Lewati Duel Sengit Lawan Vietnam]
![]() |
Ada beberapa faktor yang membuat Indonesia akhirnya mampu menahan imbang tuan rumah Vietnam dan lolos ke babak final Piala AFF 2016.
Garis Pertahanan Rendah Indonesia Sulitkan Vietnam
Dalam pertandingan ini, Indonesia memainkan formasi dasar 4-2-3-1 dengan menempatkan Manahati Lestusen dan Bayu Pradana sebagai double pivot. Duet bek tengah Hansamu Yama dan Fachrudin Aryanto menjadi pilihan Alfred Riedl dalam pertandingan semifinal leg kedua ini.
Dengan formasi dasar seperti itu, menanggalkan formasi dasar 4-4-2, Riedl tampak berusaha untuk memperkuat lini pertahanan Indonesia, memanfaatkan keunggulan yang sudah didapat pada leg pertama. Fokusnya Riedl pada pertahanan pun terlihat dari garis pertahanan Indonesia yang begitu rendah dalam pertandingan melawan Vietnam.
Terkadang ada lima sampai enam pemain yang mengisi area sepertiga lapangan akhir dan juga kotak penalti. Manahati pun kerap turun dan membantu lini pertahanan, membentuk formasi lima bek bersama pada defender timnas, meski sebenarnya Manahati pun kerap maju membantu penyerangan, bahkan sempat mencetak peluang.
Padatnya lini pertahanan Indonesia inilah yang membuat serangan Vietnam tersendat. Serangan Vietnam yang mengandalkan kecepatan para pemainnya dan kerap dilakukan lewat sayap (karena sektor tengah Indonesia yang begitu penuh) menjadi lebih mudah untuk diredam. Le Cong Vinh bahkan beberapa kali harus keluar kotak penalti untuk mencari bola.
Kenapa Indonesia Begitu Sulit untuk Menyerang?
Pada pertandingan melawan Vietnam ini, Indonesia begitu sulit untuk menciptakan serangan. Selain karena Indonesia memang fokus pada lini pertahanan, ada aspek lain yang membuat mereka kesulitan dalam membangun serangan: pressing agresif para pemain Vietnam serta koneksi antar lini Indonesia yang buruk.
Sejak para pemain Indonesia menguasai bola di daerah pertahanan sendiri, para pemain Vietnam sudah melakukan tekanan yang agresif. Tak jarang satu sampai dua pemain langsung menghampiri pemain-pemain Indonesia yang sedang menguasai bola. Para defender Indonesia pun pada akhirnya hanya melakukan sapuan-sapuan yang tidak efektif.
Ini yang membuat para pemain Vietnam lebih banyak menguasai bola dan menciptakan peluang daripada Indonesia. Dalam pertandingan ini, tercatat 'Golden Star' melakukan tembakan sebanyak 27 kali. Sedangkan Indonesia hanya melakukan tujuh tembakan saja selama total 120 menit pertandingan.
Koordinasi antar lini Indonesia yang buruk pun menjadi sebab kenapa Indonesia begitu sulit dalam membangun serangan. Jarak yang begitu lebar antara satu pemain dengan pemain yang lain membuat pemain Indonesia kerap malah melakukan sapuan tidak efektif, sehingga bola pun menjadi lebih mudah dihalau oleh para pemain Vietnam.
![]() |
Jarak antar lini yang lebar juga membuat beberapa pemain lebih banyak bergerak secara individu untuk membongkar lini pertahanan Vietnam. Dukungan-dukungan yang datang untuk pemain yang sedang ditekan ataupun dijaga kerap terlambat datang sehingga serangan Indonesia lebih mudah dihalau oleh para pemain Vietnam, ditambah lagi Vietnam memang menerapkan pressing agresif.
![]() |
Koordinasi antar lini yang buruk juga menjadi sebab Indonesia kebobolan dua gol. Dalam proses terjadinya gol kedua, ada jarak yang bisa dimanfaatkan oleh pemain Vietnam, Vu Minh Tuan, untuk masuk menerobos dan kemudian mencetak gol. Begitu juga pada gol pertama sehingga pemain Vietnam, Vu Van Thanh, dapat melepaskan tembakan secara bebas.
Pressing agresif dan koordinasi antar lini yang buruk inilah yang membuat serangan-serangan Indonesia mudah untuk dihentikan oleh para pemain Vietnam.
Serangan Balik Menjadi Senjata Indonesia Dalam Mencetak Gol
Lalu bagaimana caranya Indonesia mampu mencetak dua gol ke gawang Vietnam? Serangan balik adalah senjatanya.
Pressing agresif yang dilakukan oleh Vietnam membuat Vietnam kerap menerapkan garis pertahanan yang tinggi. Dengan menempatkan Boaz yang memiliki kecepatan dan Liliplay yang memiliki kemampuan mengalirkan bola yang baik, disokong oleh sayap cepat seperti Andik dan Pora, serangan balik Indonesia menjadi begitu mematikan.
Kejadian gol pertama, dan juga penalti yang dicetak oleh Manahati Lestusen, semuanya berawal dari proses serangan balik cepat. Dalam proses gol pertama, Boaz dapat memanfaatkan kecepatannya melewati pertahanan Vietnam, sebelum melepaskan umpan yang membuat pemain bertahan Vietnam melakukan blunder dan sukses dimanfaatkan oleh Lilipaly.
Begitu juga dengan kejadian gol kedua ketika babak perpanjangan waktu. Serangan balik Indonesia memanfaatkan kecepatan Ferdinand Sinaga yang sukses mengelabui lini pertahanan Vietnam membuat kiper Tran Nguyen Minh harus melanggar Ferdinand di dalam kotak penalti.
Serangan balik ini menjadi senjata yang ampuh dalam pertandingan ini bagi Indonesia untuk menciptakan peluang dan mencetak gol.
Kesimpulan
Indonesia sukses melaju ke babak final, tapi bukan berarti Indonesia tanpa cacat. Koordinasi antar lini, dan ketenangan ketika menghadapi tekanan yang agresif adalah pekerjaan rumah yang harus segera diselesaikan oleh Alfred Riedl sebelum laga final nanti. Jarak antar lini yang renggang akan membuat pemain lawan bisa dengan mudah melakukan umpan terobosan ke depan.
Selain itu, masalah stamina, yang membuat jarak antar lini kerap menjadi renggang dan para pemain Indonesia kerepotan menghadapi pressing agresif yang dilancarkan oleh para pemain Vietnam yang memiliki stamina prima sepanjang pertandingan, juga menjadi hal yang harus diperhatikan. Stamina akan menjadi salah satu aspek penting yang menentukan kuat atau tidaknya pemain mengarungi pertandingan selama 90 menit.
(din/krs)