Masukkan kata pencarian minimal 3 karakter
Searching.. Please Wait
    Detik Insider

    Bursa Transfer dan 'Raksasa-Raksasa' yang Goyah

    Rifqi Ardita Widianto - detikSport
    Jakarta -

    Ada fenomena menarik di awal musim 2015/2016 ini. Sejumlah tim besar Eropa memulai langkahnya dengan goyah. Adakah kaitannya dengan kebijakan mereka di bursa transfer musim panas ini?

    Bursa transfer secara sederhana bisa diartikan sebagai periode di mana klub-klub memperkuat diri. Jalannya bisa dengan membeli atau meminjam pemain dari klub lain, merekrut pemain yang terbebas dari kontrak, atau menukarkan pemain yang dimiliki dengan pemain klub lain.

    Tiap klub tentu punya kebijakannya sendiri-sendiri, tergantung kebutuhan. Ada yang sekadar melengkapi skuat yang sudah dianggap mapan, ada pula yang mengambil langkah agresif. Untuk mereka yang masuk ke bursa transfer dengan agresif, biasanya butuh peningkatan kualitas yang signifikan atau juga menambal lubang besar yang ditinggalkan pemain-pemain sebelumnya.

    Chelsea misalnya. Juara bertahan Premier League ini dinilai punya skuat yang amat mapan dan masih sangat mampu bersaing untuk perebutan gelar juara musim ini. Maka tak mengherankan jika The Blues masih menempati urutan teratas kandidat juara.

    Secara komposisi, skuat Chelsea sudah lengkap dari depan sampai belakang. Barangkali dengan alasan ini pula sang manajer, Jose Mourinho, melakukan pendekatan yang cenderung santai di bursa transfer. Hal tersebut bisa dilihat dari pemain-pemain yang pertama datang, yakni Radamel Falcao dan Asmir Begovic. Keduanya bukan diproyeksikan sebagai pemain utama, melainkan pelapis untuk Diego Costa dan Thibaut Courtois.

    Dua pemain itu direkrut di rentang dua pekan pertama bursa transfer yakni bulan Juli, dan tak ada pemain lain yang datang di bulan yang sama. Hasil dari kebijakan santai a la Mourinho ini? Timnya gagal menang di dua pekan pembuka dengan berimbang 2-2 melawan Swansea City dan kalah telak 0-3 dari Manchester City. Sebegitu besarkah pengaruh bursa transfer?

    Secara langsung barangkali tidak. Tapi bursa transfer bisa memberikan efek lain di sisi psikologi pemain yang ada di klub. Pembelian besar tentu punya dampak moral yang positif, karena dengan begitu para pemain akan melihat adanya rasa lapar dari klub untuk kembali bersaing di level atas. Dengan mendatangkan pemain top, ada yang keseriusan dari klub untuk tetap menjaga jarak dengan klub-klub lain di belakang.

    Memang ada ungkapan 'Don't change the winning team'. Tapi untuk di Premier League, ungkapan itu bisa dikatakan tak berarti karena tiap musimnya tim-tim lawan selalu memperkuat diri dengan serius. Ada sebab kenapa sejak musim 2008/2009 tak ada tim Inggris yang menjuarai Premier League secara beruntun. Bahkan Manchester City sudah menunjukkan pada musim lalu, tanpa penguatan tim yang serius karena halangan Financial Fair Play, mereka gagal mempertahankan gelar juara.

    Setelah dua hasil mengecewakan itu, Chelsea langsung merekrut dua pemain, yakni Abdul Rahman Baba dan Pedro Rodriguez. Keduanya pun menandai langkah yang lebih serius dari Chelsea di bursa transfer. Transfer Baba menelan biaya tak kurang dari 14 juta poundsterling, sedang Pedro sekitar 22 juta pounds. Bandingkan dengan dua rekrutan sebelumnya, di mana Falcao didatangkan dengan status pinjaman sedang Begovic cuma 8 juta pounds.

    Kedatangan pemain baru yang lebih mentereng setidaknya membawa hasil positif untuk Chelsea. Pedro yang langsung turun di laga melawan West Bromwich Albion mencetak satu gol dan berperan besar dalam terciptanya gol kedua timnya. Chelsea menang 3-2 di laga itu. Tekanan pun sedikit mengendur, walaupun tidak untuk waktu lama karena Chelsea kembali menelan kekalahan kala menjamu Crystal Palace dengan skor 1-2.

    Suka atau tidak, ungkapan 'Don't change the winning team' sudah gugur dengan sendirinya di titik ini. Chelsea barangkali akan berusaha keras mendatangkan pemain baru lagi di sisa waktu bursa transfer. Bek Everton John Stones jadi salah satu yang gencar dikaitkan, karena pemain ini dinilai sosok yang tepat menggantikan John Terry yang semakin lambat dan kesulitan bermain dengan pola garis pertahanan tinggi.

    Di sisi lain, Manchester City melenggang mulus ke puncak klasemen dengan hasil sempurna di empat laga pertama. Mereka mencetak 10 gol dan belum kemasukan sekalipun. Bagaimana langkah mereka di bursa transfer?

    City bergerak relatif cepat untuk mendapatkan buruan pertama, yakni Raheem Sterling. Transfernya dari Liverpool sudah terkonfirmasi per 14 Juli, yang artinya hanya dua pekan setelah bursa transfer dibuka. Nilainya tak tanggung-tanggung, kabarnya secara total mencapai sekitar 49 juta poundsterling. Lalu tiga hari berselang, perekrutan Fabian Delph diresmikan dan kali ini nilainya cuma 8 juta pounds.

    Kedatangan Sterling tampaknya menjadi sebuah dorongan gairah yang besar untuk skuat The Citizens. Apalagi di masa pramusim, dia mampu mencetak tiga gol. Pada akhirnya tak cuma harga mahal yang melekat padanya, yang mampu memberikan efek positif untuk tim besutan Manuel Pellegrini. Tapi juga ada keyakinan bahwa pemain 20 tahun itu bisa memberikan kontribusi langsung. Sejauh ini, Sterling sudah menyumbangkan satu gol dan satu assist dari empat penampilan di liga.

    Selepas Sterling dan Delph, tak lagi pembelian dari City di bulan Juli. Tapi itu bukan berarti sebuah tanda mereka berhenti bergerak mencari pemain. Pada 20 Agustus lalu, Nicolas Otamendi didatangkan untuk memperkokoh lini belakang dengan nilai tak kurang dari 28 juta pounds. Pembelian Kevin de Bruyne pada prosesnya kian menunjukkan betapa serius dan melimpahnya dana transfer City. Pemain 24 tahun itu diboyong dengan nilai yang disebut-sebut bisa mencapai 58 juta pounds dan menjadi pembelian termahal City.

    City tak cuma meningkatkan kualitas timnya di bursa transfer musim panas ini, namun juga mampu menunjukkan arogansi sebuah tim besar. Mereka menumbuhkan aura positif di skuat dengan kedatangan nama-nama besar, sekaligus meningkatkan level kompetisi internal. Di saat bersamaan, mereka juga menyuntikkan inferioritas pada para rival.

    Tiga tim lain yang patut dicermati adalah Manchester United, Liverpool, dan Arsenal. MU dan Liverpool sendiri bisa dibilang melalui musim panas dengan cukup identik. Mereka sama-sama bergerak cepat di bursa transfer, mendatangkan banyak pemain baru, dan memetik nyaris serupa di empat pekan pertama liga.



    MU mendatangkan lima pemain baru dengan total nilai sekitar 77 juta pounds, sedangkan Liverpool memboyong tujuh nama anyar dengan nilai total hampir 78 juta pounds. Dua tim ini sama-sama menuntaskan transfer-transfer tersebut sebelum bulan Juli berakhir. Makin menarik karena lajunya pun mirip-mirip.

    Dari empat pekan yang sudah berjalan, baik MU maupun Liverpool sudah mencatatkan dua kemenangan, satu hasil imbang, dan satu kekalahan. Mulanya mereka start dengan dua kemenangan, lalu ditahan imbang, dan terakhir menelan kekalahan. Kalaupun saat ini posisi MU lebih baik dengan menempati posisi lima, itu semata karena selisih gol saja.

    Satu hal yang sedikit banyak memengaruhi laju keduanya adalah perubahan besar di dalam tim. Sama-sama banyak belanja, MU dan Liverpool mengalami perubahan di inti tim. Kedatangan Bastian Schweinsteiger dan Morgan Schneiderlin membuat MU punya 'mesin' baru di tengah dan jelas butuh beradaptasi. Sementara problem di lini serang dengan tumpulnya Wayne Rooney plus tak adanya pilihan lain menambah pelik situasi. Memphis Depay yang diharap-harapkan memberi dampak langsung ternyata butuh waktu untuk unjuk gigi.

    Situasi serupa dialami Liverpool. Sepeninggal Steven Gerrard, Liverpool punya dynamic duo baru di tengah yakni Jordan Henderson dan James Milner. Milner baru datang di musim panas ini dan perlu waktu membangun koneksi dengan rekan barunya. Sementara datangnya Christian Benteke dan Roberto Firmino di lini depan membuat The Reds perlu mengasah kembali skema dan pergerakan saat menyerang.

    Kembali ke London. Soal hasil, Arsenal tak berbeda dengan MU dan Liverpool. Mereka baru menang dua kali, imbang satu kali, dan kalah satu kali. Tapi dibandingkan kedua rivalnya tersebut, The Gunners adem ayem di bursa transfer. Dari bursa transfer dibuka sampai hampir ditutup, baru satu pemain profil tinggi yang didatangkan. Tak lain adalah Petr Cech.

    Dalam hal ini, Arsenal tampak serupa dengan Chelsea dalam melakukan pendekatan di bursa transfer. Namun mereka masih 'cukup beruntung' bisa memetik hasil lebih baik, meski ya.. sangat belum meyakinkan. Tim asuhan Arsene Wenger itu baru mencetak tiga gol dan kebobolan dengan jumlah yang sama. Bahkan akhir pekan lalu susah payah menaklukkan Newcastle United yang bermain dengan 10 orang dengan skor 1-0, lewat gol bunuh diri bek lawan.

    Si Nyonya Besar Tertatih

    Di Italia, ada fenomena serupa. Juventus, juara empat musim terakhir Serie A dan finalis Liga Champions musim lalu, melewati dua pekan pertama dengan kekalahan. Bagaimana bisa?

    Satu faktor utama adalah perubahan drastis dalam skuatnya. Mereka baru saja ditinggalkan sejumlah pilar seperti Andrea Pirlo, Arturo Vidal, Carlos Tevez, dan juga Fernando Llorente. Tiga nama yang disebutkan pertama barangkali yang paling berpengaruh.

    Pirlo dan Vidal adalah bagian penting dari mesin permainan Juve bersama Paul Pogba. Maka ketika dua pemain ini hilang tiba-tiba dan digantikan pemain baru, 'Si Nyonya Besar' kesulitan menjalani start dengan berlari. Situasi makin diperburuk ketika Sami Khedira yang didatangkan sebagai penambal lubang mengalami cedera, diikuti Claudio Marchisio. Trio Pogba, Marchisio, dan Khedira inilah yang sebelumnya diperkirakan akan menjadi penerus trio sebelumnya.



    Juve sendiri memang mengalami perubahan drastis. Mereka mendatangkan total tujuh pemain baru. Di depan, ada Mario Mandzukic, Paulo Dybala, dan Simone Zaza yang masuk. Di tengah, selain Khedira ada juga nama Juan Cuadrado yang belakangan bergabung. Sedang di belakang, Alex Sandro dan Norberto Neto jadi tenaga baru. Jika Chelsea terseok-seok karena terlalu santai di bursa transfer, maka Juve dalam hal ini tertatih-tatih karena mengalami terlalu banyak perubahan.

    Sementara itu, rival terdekat Juve dalam dua musim terakhir yakni AS Roma melaju dengan lebih baik. Sempat memulai dengan goyah saat ditahan imbang Hellas Verona, mereka bangkit dan jadi tim yang memberikan kekalahan kedua untuk Juve di musim ini. Roma sebagaimana Juve, juga melakukan perekrutan besar dengan memboyong tujuh wajah baru.

    Tapi sementara Juve merombak lini tengah, Roma justru banyak mengubah sektor depan dan belakang. Tiga penyerang baru didatangkan yakni Iago Falque, Edin Dzeko, dan Mohamed Salah. Di belakang, nama Wojciech Szczesny, Antonio Ruediger, Norbert Gyomber, dan Lucas Digne didatangkan untuk meningkatkan kualitas dan kedalaman. Sama-sama melakukan perekrutan besar-besaran, Roma sedikit tertolong karena tak terlalu banyak mengutak atik inti permainannya di tengah, yang dihuni Miralem Pjanic, Radja Nainggolan, dan Daniele De Rossi.



    Di Serie A, Napoli menjadi satu tim besar yang mengalami kesulitan sama besar dengan Juve. Dua pekan dilalui tanpa kemenangan, dengan satu kekalahan dan satu hasil imbang. Ini tak terlepas dari dimulainya era baru bersama Maurizio Sarri. Mereka juga tak melakukan pembelian yang benar-benar berarti. Pemain termahal sejauh ini adalah Allan, yang direkrut dari Udinese dengan nilai 8 juta pounds.

    Situasi hampir serupa berlangsung di AC Milan, yang mengawali era baru dengan Sinisa Mihajlovic. Kedatangan Mihajlovic didukung dengan pembelian besar. Setidaknya empat pemain anyar yang jadi sorotan, antara lain Andrea Bertolacci, Carlos Bacca, Luiz Adriano, dan Alessio Romagnoli. Transfer keempatnya menelan dana sekitar 63 juta euro atau kurang lebih 46 juta pounds.

    Rossoneri membuka musim dengan kekalahan dari Fiorentina, lalu bangkit dengan kemenangan atas Empoli. Dengan segala perubahan yang terjadi di tubuh tim, Milan butuh waktu untuk menemukan setelan yang pas. Di sisi lain kota Milan, Inter Milan justru sedang menikmati start bagus.

    Inter musim ini mendatangkan tujuh pemain yang jadi sorotan utama. Mereka adalah Geoffrey Kondogbia, Joao Miranda, Jeison Murillo, Martin Montoya, Stevan Jovetic, Ivan Perisic, dan terakhir Adem Ljajic. Meski memboyong cukup banyak wajah baru, Nerazzurri memetik keuntungan dengan tidak adanya banyak perubahan di inti permainan. Meski kehilangan Mateo Kovacic, namun sosok-sosok seperti Fredy Guarin, Marcelo Brozovic, dan Gary Medel yang merupakan pemain lama masih jadi unsur penting di tengah.

    Barcelona dan Atletico Stabil, Madrid Masih Beradaptasi

    Barcelona, sekalipun tak banyak mengalami perubahan dalam skuatnya, masih mampu mencatatkan start sempurna di dua pekan pertama. Meski mendapatkan Arda Turan dan Aleix Vidal di musim panas ini, namun mereka bisa dibilang tak mendapatkan pemain anyar karena keduanya baru bisa tampil pada Januari mendatang.

    Namun satu hal pasti bahwa kualitas skuat Blaugrana masih di atas rata-rata tim-tim Liga Spanyol. Hanya saja mereka sejauh ini belum mampu tampil cukup trengginas, menengok dua kemenangan tipis 1-0 atas Athletic Bilbao dan Malaga.

    Selain Barca, Atletico Madrid juga mampu mencatatkan start sempurna. Mereka bahkan lebih meyakinkan dari anak-anak Catalan karena usai menang 1-0 atas Las Palmas di pekan pembuka, menghantam Sevilla dengan skor telak 3-0. Di bursa transfer, Los Cholconeros terbilang agresif dengan mendatangkan tujuh nama yang menarik. Antara lain Jackson Martinez, Stefan Savic, Yannick Ferreira-Carrasco, Luciano Vietto, Bernard Mensah, Matias Kranevitter, dan memulangkah Filipe Luis.

    Kendati mendatangkan tujuh pemain baru, namun Atletico mengambil langkah apik karena tak banyak mengutak-atik pusat permainan tim. Koke dipertahankan, ditemani Tiago Mendes, Gabi Fernandez, dan Oliver Torres di lini tengah. Semuanya adalah wajah lama. Sementara kedatangan Martinez, Ferreira Carrasco, dan Luciano Vietto akan meningkatkan kualitas lini serang yang saat ini dihuni Antoine Griezmann dan Fernando Torres.

    Sementara itu Real Madrid menjalani start canggung saat ditahan imbang Sporting Gijon tanpa gol. Tapi mereka kemudian bangkit dengan menghantam Real Betis lima gol tanpa balas. Start canggung ini tak terlepas dari kedatangan pelatih baru, Rafael Benitez. Sebagaimana tim-tim yang punya arsitek anyar, butuh waktu untuk menemukan ramuan yang tepat.

    Di bursa transfer, Los Blancos sendiri boleh dikatakan tak terlalu agresif. Enam pemain yang mereka rekrut rata-rata merupakan pemain muda. Selain Kiko Casilla (28 tahun), rekrutan lainnya yakni Casemiro, Kovacic, Lucas Vazquez, Denis Cheryshev, dan Danilo merupakan pemain di bawah 25 tahun. Seluruh rekrutan baru ini tampak diproyeksikan sebagai pelapis, setidaknya terlihat dari fakta bahwa dalam dua laga terakhir, hanya Danilo yang sudah bermain sebagai starter. Itupun hanya di satu pertandingan. Benitez masih mengandalkan muka-muka lama untuk skuat utamanya.

    Tak Ada Kejutan di Bundesliga

    Di Bundesliga tak ada kejutan berarti. Bayern Munich memulai musim dengan sempurna, memenangi tiga laga pertama. Mereka mencetak 10 gol dan baru kebobolan satu. Die Roten sendiri tak banyak mengubah tim. Mereka hanya menajamkan skuat yang sudah ada dengan merekrut Douglas Costa, Vidal, Joshua Kimmich, dan Kingsley Coman.

    Satu-satunya hal yang cukup mengejutkan adalah kebangkitan Borussia Dortmund di bawah pelatih baru, Thomas Tuchel. Setelah musim lalu finis di posisi tujuh, mereka mengawali musim dengan amat cemerlang dengan menyapu bersih tiga pertandingan awal. Mereka bahkan mengungguli Bayern karena punya catatan gol lebih baik. Sudah 11 gol dicetak Die Borussen dan baru satu kali kemasukan.

    Kunci kebangkitan Dortmund barangkali adalah keberhasilan mempertahankan pemain-pemain kunci seperti Marco Reus, Pierre-Emerick Aubameyang, Mats Hummels, Shinji Kagawa, dan Henrikh Mkhitaryan. Nama-nama tersebut sempat dispekulasikan setelah hasil mengecewakan musim kemarin. Oleh sebab itu, Tuchel tak perlu melakukan perombakan besar. Sejauh ini ada empat pemain menarik yang mereka boyong, yakni Gonzalo Castro, Julian Weigl, Roman Burki, dan Adnan Januzaj. Selain Januzaj yang datang dengan status pinjaman, tiga pemain lain cuma menelan biaya skitar 17 juta euro.

    Di luar Bayern dan Dortmund, Wolfsburg diyakini jadi satu tim yang bakal mampu berbicara banyak musim ini. Meski baru kehilangan De Bruyne dan Perisic, tapi mereka juga mendapatkan pemain-pemain yang berkualitas seperti Max Kruse, Dante, dan Julian Draxler.

    ***

    Sejauh ini, Chelsea dan Juventus jadi dua tim top Eropa yang memulai musim dengan kepayahan. Padahal keduanya merupakan juara di liga masing-masing. Keduanya punya kemampuan finansial kuat, namun Chelsea dan Juve punya pendekatan berbeda dan menariknya sama-sama belum menunjukkan hasil bagus sejauh musim ini berjalan.

    Tim-tim seperi MU, Liverpool, Arsenal, Milan, Napoli, dan Madrid punya tantangannya masing-masing. Sebagian mengalami perubahan di kursi pelatih, yang artinya seperti membangun basis baru dengan suntikan pemain-pemain anyar. Sedang sebagian lainnya dihadapkan pada perubahan drastis di komposisi skuat utama, juga karena pergerakan yang terlalu santai di bursa transfer yang dalam hal ini terjadi pada Arsenal.

    Terlepas dari itu, bursa transfer, utamanya di musim panas, selalu memberikan dinamika lain terhadap sepakbola, menjadi bumbu penting di awal musim. Bagi para penggemar, di periode ini ada harapan-harapan yang digantungkan. Nama-nama besar dinanti, lalu berganti ke soal kontribusi. Ada yang puas, ada pula yang cemas. Tapi bukankah itu yang menyenangkan dari sepakbola?

    ====

    * Penulis adalah wartawan @detiksport. Pemilik akun twitter: @EkiArdito

    (raw/a2s)
    Kontak Informasi Detikcom
    Redaksi: redaksi[at]detik.com
    Media Partner: promosi[at]detik.com
    Iklan: sales[at]detik.com
    More About the Game