Semoga Kali Ini Mourinho Baik-baik Saja
Foto: Reuters/Lee Smith
Mourinho adalah sosok kontroversial, semuanya sepakat. Saking kontroversialnya, seringkali orang malah lebih sering (atau senang) mengingat soal tindak-tanduknya ketimbang kesuksesannya.
Misalnya, besar kemungkinan publik lebih tahu soal perlakuannya ke Eva Carneiro dan Jon Fearn, olok-oloknya soal sepakbola abad 19 ke Sam Allardyce, ledekan-ledakannya ke Arsene Wenger, atau soal ulahnya mencolok mata alharhum Tito Vilanova, ketimbang jumlah gelar mayor yang sudah diraih.
Atau catatan lainnya seperti tingginya persentase kemenangan Mourinho (65,5%) dan soal rangkaian catatan tak terkalahannya di laga kandang. Patut diketahui, Mourinho pernah melewati 150 pertandingan kandang tanpa sekalipun kalah, yang dirangkai dari Februari 2002 sampai April 2011 alias sepanjang sembilan tahun (!).
Di luar karakternya yang unik itu, Mourinho tak bisa ditampik adalah salah satu manajer tersukses. Ini adalah salah satu alasan kenapa Manchester United merekrutnya sebagai manajer di musim ini. Tak lain dan tak bukan karena Mourinho adalah jaminan juara.
Dia juara di Portugal, Inggris, Italia, dan Spanyol. Memang Mourinho tak akan memberikan solusi jangka panjang, tapi bagi MU hal itu tak penting sekarang ini. 'Setan Merah' sekarang cuma ingin mengakhiri puasa gelar yang sudah berjalan tiga musim.
**
Kenapa Mourinho kontroversial itu jelas tak bisa dipisahkan dari kesuksesannya. Keduanya adalah dua sisi mata uang. Tak bisa dipisahkan.
Lewat raihan-raihannya Mourinho membeli hak untuk ceplas-ceplos. Ketika dia menyebut Wenger spesialis kegagalan, ya kalau dilihat dari sudut pandangnya memang benar demikian. Lha wong Mourinho memang lebih sukses dari Wenger dari ukuran raihan.
Foto: Shaun Botterill/Getty Images |
Buat penggemar Arsenal, komentar itu jelas bikin panas hati dan telinga. Diolok-olok, susah pula membalasnya. Apalagi kalau diingat-ingat bahwa nyaris tak pernah Wenger menang atas Mourinho. Dari 15 pertemuan, Wenger cuma sekali menang. Itu juga di ajang sekelas Community Shield. Sisanya? Delapan kali kalah.
Tapi mungkin penggemar Arsenal tak akan banyak protes, andai pada satu titik manajemen klub tiba-tiba memecat Wenger dan menggantinya dengan Mourinho. Sekali lagi, andai.
Besar kemungkinan mereka akan lupa, atau setidaknya mengesampingkan komentar menyakitkan waktu itu. Karena pada titik itu timnya punya potensi besar mengakhiri penantian gelar Premier League bersama Mourinho.
Tapi setidaknya itu tak akan terjadi dalam waktu dekat karena Mourinho saat ini ada di MU. Penggemar MU boleh jadi saat ini berbinar-binar dan penuh semangat menyambut musim anyar. Karena Mourinho punya riwayat yang amat cemerlang, khususnya di Premier League. Belum lagi dengan kedatangan nama-nama seperti Zlatan Ibrahimovic, Eric Bailly, Henrikh Mkhitaryan, dan juga Paul Pogba.
Mereka akan lupa -- atau memilih lupa-- bahwa musim lalu Mourinho babak belur di Chelsea.
**
Sesungguhnya apa yang terjadi pada Mourinho di Chelsea musim lalu seharusnya dilihat sebagai hal yang menyedihkan. Tak cuma untuk mereka yang menggemarinya, tapi juga yang berada di sisi seberang.
Bagaimana dia dari manajer juara menjadi manajer yang berusaha keras menjauhkan timnya dari zona degradasi itu menyedihkan. 16 pekan dilaluinya dengan hanya memetik empat kemenangan sementara menelan sembilan kekalahan.
Menyedihkan karena Mourinho mulai kehilangan hak-haknya untuk berkomentar pedas, untuk menggelitik lawan-lawannya, untuk bersikap sinis, dan sebagainya seperti yang biasa dia lakukan. Mourinho menjadi sunyi. Dia yang biasa memojokkan berubah menjadi seseorang yang terpojokkan.
Yang terlontarkan kemudian justru luapan-luapan rasa frustrasi, sampai pada satu titik mengklaim dikhianati para pemainnya. Dan komentarnya itu mengonfirmasi bahwa memang ada perpecahan yang terjadi di Chelsea dalam perjalanannya. Sampai kemudian dia dipecat.
Mourinho pisah jalan dengan klub mungkin sudah biasa. Dia tak pernah lebih dari tiga musim di satu klub. Tapi perpisahannya dengan Chelsea musim kemarin adalah hal yang tak biasa. Karena Mourinho pergi dalam keadaan memalukan. Belum pernah sebelumnya Mourinho terlihat seburuk itu.
Ada yang hilang dari Premier League saat dia tak ada.
**
Foto: REUTERS/Toby Melville |
Sungguh, Mourinho seharusnya selalu dibiarkan menjadi Mourinho seperti biasanya. Jangan sampai hak-haknya untuk berseloroh, berceplas-ceplos tercerabut. Bukan soal suka atau tidak suka, tapi Mourinho adalah entitas yang memberikan warna tersendiri.
Apalagi musim ini ada banyak manajer top. Pep Guardiola di Manchester City, Antonio Conte di Chelsea, Juergen Klopp di Liverpool, Mauricio Pochettino di Tottenham Hotspur, Claudio Ranieri yang mengejutkan bersama Leicester City musim lalu, dan tentu saja Wenger yang selalu jadi lawan perang komentar Mourinho.
Musim ini berpotensi menjadi Premier League paling menarik sepanjang sejarahnya. Jelas akan lebih menarik dengan sentilan-sentilan antar manajer, di tengah pertarungan taktik. Dan tak ada yang lebih baik dari Mourinho dalam hal itu.
Oleh karena itu, mari berharap Mourinho baik-baik saja di MU musim ini. Kalau tak kuasa dan tak sanggup mendoakan MU yang terbaik, setidaknya doakan mereka berada di papan atas bersama para rival besar lainnya.
Jangan biarkan Mourinho terseok-seok lagi, lalu dipecat di tengah musim ini. Jangan sampai dia trauma dan sinismenya tiba-tiba mati. Semata-mata agar Mourinho bisa menjadi dirinya sendiri, semata-mata agar Premier League lebih ramai lagi.
====
* Penulis adalah wartawan detikSport, beredar di dunia maya dengan akun @EkiArdito.
(raw/a2s)



Foto: Shaun Botterill/Getty Images
Foto: REUTERS/Toby Melville









