Magis Maroko dan Peran Para 'Singa Atlas' yang Lahir di Luar Negeri

Kejutan Maroko di Piala Dunia 2022 tak hadir tiba-tiba. Mereka bikin tim yang solid lewat kombinasi pemain foreign-born, akademi kelas dunia, dan liga yang profesional.
Bak kisah dongeng, Maroko menggebrak di Piala Dunia 2022. Kisahnya masih terus berlanjut usai mampu menembus semifinal. Mereka menjadi negara benua Afrika pertama yang menorehkan catatan tersebut.
Singa Atlas memastikan langkah ke semifinal usai mengalahkan Portugal di perempatfinal. Mereka menang 1-0 di Al Thumama Stadium, Sabtu (10/12/2022) malam WIB. Gol tunggal kemenangan Maroko diciptakan oleh Youssef En-Neysiri di menit ke-42.
Selecao das Quinas jadi negara besar sepakbola terbaru yang jadi korban daya magis Maroko. Sebelumnya di 16 besar, Maroko menyingkirkan Spanyol lewat adu penalti.
Maroko juga memaksa Belgia angkat koper di fase grup. Mereka sukses ke fase gugur sebagai juara Grup F didampingi oleh Kroasia.
![]() |
Kejutan Maroko tak datang tiba-tiba. Keberhasilan membentuk tim yang solid di Piala Dunia 2022 adalah buah dari proses panjang yang dilakukan Federasi Sepakbola Maroko (RMFF).
Seperti pepatah 'Roma tak dibangun dalam semalam'. Hal ini terjadi untuk Maroko.
Tangguhnya skuad Maroko di Qatar lahir berkat tiga hal yaitu pemain yang lahir di luar negeri, akademi level dunia yang dibangun pemerintah, serta Liga Maroko yang profesional.
Pemain Foreign-Born Tulang Punggung Maroko
Magis Maroko di Qatar tak lepas berkat para pemain yang lahir di luar negeri (foreign-born). 14 dari 26 pemain Maroko di Piala Dunia 2022 lahir di luar negeri Afrika Utara ini.
Sebut saja Yassine Bounou (lahir di Kanada), Romain Saiss (Perancis), Achraf Hakimi (Spanyol), Noussair Mazraoui, Hakim Ziyech Belanda), dan Sofyan Amrabat (ketiganya lahir di Belanda)
Federasi Sepakbola Maroko (RMFF) memang menyebar pencari bakat di Eropa untuk menemukan para pemain foreign-born yang mau membela tanah leluhurnya. Mereka tahu potensi besar akan hal ini. Pasalnya menurut Reuters, orang Maroko adalah salah satu populasi migran terbesar di Eropa, diperkirakan sekitar lima juta orang memiliki hubungan dekat dengan negara tersebut.
Salah satu pencari bakat yang ditugasi RMFF adalah mantan pemain timnas Maroko Noureddine Moukrim. Moukrim sembilan tahun menjadi pencari bakat Maroko di Belgia.
Ia mengatakan bahwa tak ada paksaan untuk para pemain foreign-born agar memilih Maroko. Para pemain foreign-born ini benar-benar sepenuh hati bermain untuk Singa Atlas.
Para pemain foreign-born ini dihubungi untuk membela Maroko kala usia mereka masih muda. Hakimi, Mazroui, dan Amrabat membela Maroko sejak level junior. Sementara, Ziyech dan Saiss debut di timnas senior kala berusia 22 tahun.
"Para pemain awalnya kita didekati untuk menarik minat mereka bermain untuk Maroko. Kami tidak pernah memaksakan sesuatu, ini adalah pembicaraan yang jujur dengan pemain dan keluarganya," Moukrim dikutip dari Reuters .
Getol mencari bakat di luar negeri tak membuat RMFF melupakan bakat-bakat dari dalam negeri. Maroko punya akademi sepakbola kelas dunia. Mereka juga menggulirkan liga yang terbaik di Benua Afrika.
Maroko Serius Kembangkan Bakat dalam Negeri
RMFF mendapat dukungan penuh dari Raja Mohammed VI untuk membangun akademi sepakbola kelas dunia. Dibangunanlah Mohammed VI Akademi di pinggiran Ibu Kota Maroko, Rabat, yang rampung pada 2009.
Akademi ini memiliki fasilitas kelas wahid. Kompleks akademi ini punya delapan lapangan standar FIFA. Satu lapangan di antaranya berada di dalam ruangan dengan pengatur suhu. Akademi ini juga ditunjang fasilitas medis yang baik termasuk dokter gigi. Mohammed VI Akademi juga terdapat asrama dan sekolah.
![]() |
Menurut Marocco.com, Mohammed VI Akademi menampung 60 siswa dari usia 12 sampai 18 tahun yang menuntut ilmu di sana. Visi dari akademi ini tak hanya untuk menghadirkan pemain yang berkualitas tapi juga lulusan yang berpendidikan.
It's now been 10 years since the first class of Académie Mohammed VI graduated. The national academy project, inaugurated by the King, has produced the likes of Youssef En-Nesyri, Azeddine Ounahi and Nayef Aguerd - all crucial for #MAR this tournament. pic.twitter.com/SaFV3oopxp
— Maghrib Foot (@MaghribFoot) December 10, 2022
Timnas Maroko sudah menuai hasilnya dari 13 tahun berdirinya Mohammed VI Akademi. Empat pemain jebolan Mohammed VI Akademi ada di skuad Piala Dunia 2022.
En-Neysiri penentu lolosnya Maroko ke semifinal Piala Dunia 2022 lulusan Mohammed VI Akademi. Tiga pemain lainnya adalah Nayef Aguerd, Azzedine Ounahi, serta Ahmed Redda Tagnouti.
![]() |
Mohammed IV Akademi bukan satu-satunya sumber hadirnya pemain berbakat yang lahir dari Maroko. RMFF sadar untuk menghasilkan pemain yang berkualitas perlu kompetisi yang berkualitas.
Dua tahun setelah berdirinya Mohammed IV Akademi, RMFF turut mengubah kompetisi sepakbola di Maroko menjadi lebih profesional. Pada tahun 2011, mulai digulirkan Botola Pro.
Liga kasta tertinggi Maroko terus berkembang. Hasilnya, klub Maroko bisa mengakhiri puasa gelar di ajang Liga Champions Afrika selama 18 tahun. Setelah Raja CA di tahun 1999, Wydad akhirnya jadi klub Maroko yang kembali juara di ajang ini pada tahun 2017.
Pada tahun 2022, Wydad mengulangi prestasi mereka menjadi yang terbaik di ajang Liga Champions Afrika. Botola Pro kini juga menjadi liga dengan nilai koefisien tertinggi di Afrika.
Penggawa Wydad yang juara Liga Champions Afrika 2022 turut punya andil atas kejutan Maroko di Piala Dunia 2022. Yahya Jabrane, Yahia Attiat-Allah, dan Ashraf Dari merupakan para pemain Wydad yang juara Afrika di skuad Singa Atlas saat ini.
Satu lagi adalah sosok yang teramat penting atas keberhasilan Maroko di Qatar adalah Walid Regragui. Walid merupakan pelatih yang membawa Wydad juara Liga Champions Afrika 2022. Kini, ia yang membesut Maroko mengejutkan di Qatar.
Walid Regragui sang Peramu 'Milkshake'
Tiga program RMFF di atas bikin Maroko punya stok pemain cukup baik. Kualitas pemain yang lahir di luar negeri dan produk lokal Maroko juga tak jauh berbeda.
Hal tersebut tercermin di saat mengalahkan Portugal. Tanpa Mazraoui di sektor kiri, mereka masih ada Allah. Saiss yang cedera di tengah laga juga bisa digantikan dengan baik oleh Dari. Mereka tampil solid menahan gempuran Portugal.
![]() |
Namun memadukan para pemain Maroko yang lahir di luar negeri dengan talenta lokal ternyata bukan hal yang mudah. Tugas ini mampu dilakukan Walid Regragui dengan baik.
Perbedaan budaya dan bahasa serta gaya sepakbola jadi penyebab. Apalagi juga ada tekanan terkait "local pride" dari beberapa pihak di Maroko.
"Sebelum Piala Dunia ini kami memiliki banyak masalah tentang orang-orang yang lahir di Eropa dan orang-orang yang tidak lahir di Maroko dan banyak wartawan berkata, 'Mengapa kita tidak bermain dengan orang-orang yang lahir di Maroko?' ujar Regragui.
Regragui mengaku menyatukan skuad Maroko seperti membuat milkshake. Regragui padahal baru menukangi Maroko usai ditunjuk pada September lalu menggantikan Vahid Halilhodzic. Namun latar belakang dan pengalaman pelatih 47 tahun ini tampaknya jadi kunci menyatukan Singa Atlas.
"Anda memiliki gaya sepakbola yang berbeda. Anda memiliki beberapa pemain ... lahir di Italia, Spanyol, Prancis, Belanda, dan Belgia. Setiap negara memiliki budaya sepak bola, dan Anda membuat milkshake dengan itu," ungkapnya.
![]() |
Regragui lahir di Prancis tapi memilih membela Timnas Maroko kala bermain. Kariernya sebagian besar dihabiskannya di Prancis. Hanya satu klub Maroko yang pernah dibelanya yaitu Moghreb Tetouan menjelang gantung sepatu.
Sementara saat menjadi pelatih, Regragui justru banyak menghabiskan kariernya di Botolo Pro. Ia pernah lima musim menukangi FUS Rabat selain Wydad AC. Ia pernah merasakan menjadi pemain foreign-born dan banyak menukangi pemain lokal kelahiran Maroko.
Regragui dan Maroko kini siap melanjutkan dongeng di babak semifinal. Mereka bakal menantang sang juara bertahan Prancis untuk memperebutkan tiket ke final.