Cruyff dalam Benak Jan Olsson, Pemain yang Pernah Dikadalinya

Ada ujar-ujar yang mengatakan bahwa sedemikian melegendanya Cruyff sampai-sampai mereka menamai sebuah gerakan dengan namanya. Memang, Cruyff sendirilah yang mempopulerkan gerakan tersebut.
Alkisah, pada Piala Dunia 1974, pada sebuah Selasa di pertengahan bulan Juni, Belanda dan Swedia bertemu pada babak grup di Westfalenstadion, di kota Dortmund. Belanda menang 2-0 pada pertandingan pertama grup melawan Uruguay, sementara Swedia bermain imbang 0-0 dengan Bulgaria.
Cruyff, sebagai bintang Belanda, mengeluarkan sebuah gerakan, yang mungkin sama ikoniknya dengan dribel Diego Maradona yang melewati separuh lapangan untuk mengadali timnas Inggris. Namanya The Cruyff Turn.
Gerakannya memang tampak sederhana. Mula-mula, Cruyff, yang berada di pinggiran luar kotak penalti, berlagak hendak melepaskan umpan silang dengan kaki kanannya. Namun, dengan cepat ia membelokkan bola dengan bagian dalam kaki kanannya, meninggalkan si bek yang mengawalnya terkecoh --dan sedikit hampir terpeleset--, lalu berlari menusuk ke dalam kotak penalti.
Si bek yang dikadali tadi itu adalah Jan Olsson. Ia berusia 32 tahun ketika itu. Sudah lebih dari empat dekade berlalu sejak kejadian di Westfalen tersebut, namun Olsson tentu saja masih mengingatnya dengan jelas.
Kini, kedigdayaan Cruyff atas Olsson terekam dengan jelas lewat video-video di ranah dunia mata. Dilihat jutaan kali dan Olsson selamanya dikenang sebagai korban dari "Cruyff Turn". Bahkan halaman Wikipedia-nya pun menuliskan demikian.
"Dia akan selalu dikenang lewat sebuah laga di Piala Dunia 1974 ketika Swedia berhadapan dengan Belanda, di mana ia menjadi korban dari percobaan pertama Johan Cruyff Turn."
Tidak ada torehan trofi pada halaman Olsson tersebut. Selain kejadian di mana ia dikadali oleh Cruyff, catatan penting lainnya pada halaman Wikipedia sepanjang empat alinea itu hanyalah fakta bahwa Olsson pernah 17 kali memperkuat timnas Swedia.
Namun, Olsson sama sekali tidak kecewa. Baginya, Cruyff yang kelas dunia itu telah memberikannya sejumput momen membahagiakan untuk menyisakannya dalam jejak sejarah.
"Bahkan kalau melihatnya sekarang, saya masih suka tertawa. Dia adalah idola saya," ujar Olsson.
"Johan Cruyff memberikan saya momen paling membanggakan dalam karier saya. Dia memberikan saya sekeping sejarah untuk diri saya sendiri, memberikan makna kepada orang seperti saya."
"Hari di mana dia membuat 20.000 fans Belanda menertawai saya adalah memori yang selamanya akan saya simpan."
"Saya sudah melihat siaran dari pertandingan di Piala Dunia 1974 itu berulang kali. Saya menyaksikannya bersama teman-teman, keluarga saya, dan tiap kali mereka menyaksikannya, mereka tertawa. Dan saya tertawa juga."
"Saya tidak punya kesempatan untuk mendapatkan bola dari kakinya. Ketika itu, dia adalah pemain terbaik di dunia, begitu cepat, begitu pintar. Apa yang bisa saya lakukan untuk menghentikannya?"
"Sepanjang karier saya, saya sudah bermain melawan pemain-pemain hebat, tapi dialah yang terhebat. Dia berada di level yang berbeda," kata Olsson.
Cruyff meninggal dunia pekan lalu karena penyakit kanker paru-paru yang diidapnya. Ucapan belasungkawa pun mengalir dari berbagai penjuru, tidak ketinggalan pula dari Olsson.
"Buat saya, bisa mengenalnya adalah sesuatu yang spesial. Dia adalah idola saya. Dia selamanya akan ada di hati saya."
(roz/krs)