Masukkan kata pencarian minimal 3 karakter
Searching.. Please Wait
    Football Story

    Hidup dan Kontroversi Mino Raiola

    Rossi Finza Noor - detikSport
    Foto: AFP/Josep Lago Foto: AFP/Josep Lago
    Jakarta - Mino Raiola. Namanya sering dikutip seiring ramainya pemberitaan transfer Paul Pogba ke Manchester United. Pertanyaannya sekarang: Siapakah Raiola?

    Well, untuk menjawabnya dengan sederhana, Raiola adalah agen Pogba. Dialah yang mengurusi segala tetek-bengek urusan kontrak dan transfer Pogba. Wajar kalau namanya jadi sering dikutip, sebab, sebagai perwakilan Pogba, dialah yang berhadapan langsung dengan media.

    Namun, mengenal Raiola sebagai hanya sebagai agen saja rasanya kurang. Raiola punya kepribadian cukup kuat yang membuatnya bisa bikin berang klub mana pun, tapi di sisi lain bisa memberikan deal terbaik untuk kliennya. Raiola mirip dengan beberapa agen super lainnya semisal Jorge Mendes ataupun Pini Zahavi, yang tidak cuma cerdas, tapi juga licin.

    Zahavi, misalnya. Ia tidak hanya sekadar mewakili pemain, tetapi juga membantu beberapa pengusaha kaya untuk membeli klub. Keberhasilan Roman Abramovich mengakuisisi Chelsea juga tak lepas dari peran Zahavi. Sementara, Mendes, seperti dijabarkan oleh klien terbesarnya, Cristiano Ronaldo, adalah "Ronaldo-nya agen sepakbola".

    [Baca Juga: Pini Zahavi: Dari Agen Bermasalah Menjadi Pemilik Klub]

    [Baca Juga: Bursa Transfer Musim Panas: Jorge Mendes Menang Besar (Lagi)]

    Dalam buku otobiografi Zlatan Ibrahimovic, "I Am Zlatan", striker asal Swedia itu mendeskripsikan Raiola dengan tiga kata: "Agenku, temanku, dan penasihatku." Ibrahimovic, selain Pogba, adalah salah satu klien terbesar Raiola. Tapi, melihat bagaimana Ibrahimovic menceritakan Raiola di buku tersebut, rasanya terlalu kecil menyebut Raiola-Ibrahimovic sebagai agen-klien belaka.

    Dengan karakter keras dan tidak mau diatur, Ibrahimovic adalah sosok yang sulit untuk percaya kepada orang lain. Hanya sedikit orang yang benar-benar mendapatkan respeknya --Fabio Capello, Jose Mourinho, Maxwell, dan Fabio Cannavaro adalah sedikit di antaranya. Dan Raiola juga termasuk ke dalamnya.

    Ada alasan khusus mengapa Ibrahimovic begitu respek kepada Raiola. Salah satu alasannya adalah kepribadian Raiola yang cukup kuat itu. Raiola bisa sama keras kepalanya dengan Ibrahimovic, tetapi Ibrahimovic paham mengapa Raiola bersikap keras. Raiola bukanlah sekadar agen yang mau menuruti apa saja permintaan pemain yang diwakilinya. Lebih dari itu, Raiola juga bertindak sebagai penggembleng.

    Gazzetta.it

    Ketika Ibrahimovic bosan dengan agen lamanya, Anders Carlsson, yang disebutnya hanya bertindak sebagai pengatur dan seorang "lampu merah", ia sadar dirinya butuh perwakilan yang tepat. Kala itu, Ibrahimovic masih bermain untuk Ajax Amsterdam dan, seperti kebanyakan pemain Ajax lainnya --setidaknya dalam klaim Ibrahimovic--, ingin cepat-cepat meninggalkan Ajax.

    Di tengah kebingungan itu, Ibrahimovic menelepon Thijs Slegers, seorang jurnalis yang pernah mewawancarainya untuk Voetbal International. Slegers punya dua opsi untuk Ibrahimovic: firma agen yang mewakili David Beckham dan... siapa lagi kalau bukan Raiola.

    "Mereka (firma agen yang mewakili Beckham) seharusnya, sih, bagus. Dan ada satu orang lainnya. Tapi..." ucap Slegers via telepon waktu itu.

    "Tapi, apa?" sergah Ibrahimovic.

    "Dia mafioso."

    "Mafioso kelihatannya bagus," jawab Ibrahimovic lagi.

    "Aku sudah menduga kau akan menjawab begitu."

    "Bagus, pertemukan aku dengannya!"

    Dan begitulah, pertemuan Ibrahimovic dan Raiola bermula.

    Anak Pemilik Restoran dan Drop Out dari Sekolah Hukum

    Carmine 'Mino' Raiola lahir di Salerno, Italia, pada 1967. Setahun setelah dia lahir, keluarganya pindah ke Belanda dan ia tumbuh besar di sana. Hingga saat ini, Raiola mengantongi kewarganegaraan Belanda. Ayahnya memiliki restoran Italia yang kemudian berkembang menjadi dua lusin franchise di berbagai tempat.

    Lahir dan besar di Belanda membuat Raiola lebih lihai dalam berbahasa Belanda dibandingkan sang ayah. Oleh karenanya, ia diberi tugas untuk bernegosiasi dengan para pembeli dan bertindak sebagai penasihat ayahnya --sebuah kemampuan yang di kemudian hari akan benar-benar berguna untuknya.

    Raiola pernah mengenyam pendidikan di sekolah hukum, tetapi hanya bertahan dua tahun tanpa pernah menyelesaikannya. Ia juga pernah menjadi sporting director untuk HFC Harlem ketika usianya baru 19 tahun. Namun, seperti halnya pendidikannya di sekolah hukum, Raiola juga tidak tahan. Ia meletakkan jabatannya karena merasa para petinggi klub lainnya terlalu konservatif.

    Gazzetta.it

    Dengan bakat membangkang dan kelihaian bernegosiasi itulah Raiola kemudian bekerja sebagai agen sepakbola. Ia bergabung dengan Sport-Promotion, sebuah agensi yang berbasis di Belanda, dan ikut memuluskan kepindahan beberapa pemain Belanda ke Italia, salah satunya adalah transfer Dennis Bergkamp ke Inter Milan pada 1993.

    Namun, Raiola juga tidak bekerja lama untuk Sport-Promotion. Ia kemudian keluar dan bekerja sendirian. Pada 1996, ia memuluskan transfer Pavel Nedved dari Sparta Praha ke Lazio. Nedved ketika itu belum punya nama, tapi performa apiknya di Piala Eropa 1996 melambungkan dirinya. Transfer Nedved ke Lazio juga melambungkan nama Raiola.

    Ketika akhirnya bertemu dengan Ibrahimovic di Amsterdam, Raiola sudah memiliki beberapa klien, salah satunya adalah sahabat Ibrahimovic, Maxwell.

    Sesungguhnya, jauh sebelum Ibrahimovic meminta Slegers mengatur pertemuan dengan Raiola, Raiola sudah lebih dulu berusaha menggapai Ibrahimovic. Hanya saja, caranya tidak disukai Ibrahimovic. Raiola berusaha mendekati Ibrahimovic via penghubung --siapa lagi kalau bukan Maxwell.

    "Jika kau langsung bertemu dengan mereka (para pemain, red), kau tidak akan mendapatkan keunggulan. Kau berdiri di depan mereka dengan sebuah kekurangan," demikian kata Maxwell, mengungkapkan alasan Raiola tidak mau menemui Ibrahimovic langsung.

    Tentu saja, Ibrahimovic, yang juga sama tinggi hatinya, tidak suka dengan alasan Raiola. Ia lantas mengatakan kepada Maxwell agar Raiola langsung datang menemuinya. "Kalau tidak begitu, aku tidak tertarik," ucap Ibrahimovic.

    Jawaban Raiola? "Bilang pada orang bernama Zlatan ini, persetan dengannya!"

    Pertemuan di Hotel yang Mengubah Ibrahimovic

    Tak dinyana, ucapan Raiola tersebut justru membuat Ibrahimovic tertarik. Belum pernah ada orang yang bertindak seenak jidat kepadanya. Kendati pun kesal, Ibrahimovic mengaku tertarik untuk mengenal Raiola.

    Pertemuan pun dilakukan, di sebuah hotel bernama Okura di Amsterdam. Okura adalah hotel mewah yang terletak tepat di sebelah kanal. Ibrahimovic pun merasa, ini adalah kesempatan terbaik untuk "unjuk gigi". Ia pun berusaha pamer di hadapan Raiola dengan mengenakan jaket kulit, arloji emasnya, serta mengendarai Porsche yang diparkir langsung tepat di depan hotel.

    Tertarikkah Raiola? Tidak. Dia justru datang ke pertemuan itu dengan penampilan biasa-biasa saja: Kaos Nike dan jeans. Satu-satunya yang menarik mata Ibrahimovic hanyalah perutnya yang tambun. "Dia mirip orang-orang dari (serial TV) The Sopranos," kata Ibrahimovic.

    Alih-alih membuat Raiola terkesan, justru Ibrahimovic-lah yang dihajar habis dalam pertemuan itu. Tanpa basa-basi, Raiola mengeluarkan empat lembar halaman berisi statistik striker-striker top: Christian Vieri: 27 laga, 24 gol; Filippo Inzaghi: 25 laga, 20 gol; David Trezeguet: 24 laga, 20 gol; dan Zlatan Ibrahimovic: 25 laga, 5 gol.

    "Kau pikir aku bisa menjualmu dengan statistik seperti ini?" sembur Raiola.

    Getty Images/Jamie McDonald

    Ibrahimovic terhenyak. Raiola lantas menyindir pakaian dan mobil Ibrahimovic. Yang terjadi berikutnya adalah sederetan kalimat bernada ceramah plus dorongan motivasi. Menurut Raiola, jika Ibrahimovic hanya mengincar kekayaan dan uang, pada akhirnya dia tidak akan mendapatkan apa-apa. Tapi, jika ingin menjadi salah satu pemain terbaik, pada akhirnya dia akan mendapatkan kekayaan dan uang juga.

    Ibrahimovic mengasah dirinya setelah itu. Pada dua musim terakhirnya bersama Ajax, Ibrahimovic total mencetak 36 gol dari 73 laga. Jauh lebih baik daripada musim perdananya, di mana ia hanya mencetak 9 gol dari 33 laga. Tepat pada hari terakhir bursa transfer musim panas tahun 2004, Raiola berhasil memuluskan langkah Ibrahimovic ke Juventus. Sesuatu yang membuat para petinggi Ajax sebal dan memutuskan untuk tidak berurusan lagi dengan Raiola.

    Tentu, bukan Ibrahimovic --dan Raiola-- namanya jika datang dengan biasa-biasa saja. Ketika Ibrahimovic tiba di Italia dan pers mempertanyakan apakah bomber anyar Bianconeri itu siap dengan persaingan Serie A, Raiola menjawab dengan tidak kalah arogannya: "Apakah Italia siap untuk Zlatan?"

    Agen Super yang Bikin Banyak Orang Sebal

    Per tahun 2015, Daily Mail menyebut bahwa Raiola sudah terlibat dalam urusan transfer pemain dengan total nilai 400 juta poundsterling. Tentu, bukan transfer-transfer besar saja yang membuat nama Raiola tenar. Transfer Paul Pogba dari Manchester United ke Juventus pada 2012 juga ikut membuat namanya tenar.

    Bukan hanya petinggi Ajax saja yang sebal dengan Raiola, tetapi juga manajer United ketika itu, Sir Alex Ferguson. Pria asal Skotlandia itu mengaku ingin mempertahankan Pogba, tetapi ia menuding Raiola sudah mengubah jalan pikiran Pogba dan memengaruhinya untuk hengkang.

    "Ada dua agen sepakbola yang tidak saya sukai. Salah satunya adalah Mino Raiola, agen-nya Paul Pogba. Saya langsung tidak mempercayainya saat pertama kali bertemu dengannya. Dia menjadi agen-nya Zlatan Ibrahimovic ketika ia bermain untuk Ajax, lalu mewakili Pogba ketika ia baru berusia 18 tahun."

    "Paul punya kontrak tiga tahun dengan kami, dengan opsi perpanjangan satu tahun. Kami sangat ingin mempertahankannya. Tapi, Raiola tiba-tiba saja muncul, dan pertemuan pertama kami kacau-balau," tulis Ferguson dalam otobiografinya, "Leading".

    Getty Images/Valerio Penniccino

    Pogba tidak memperpanjang kontraknya dengan United dan memilih hengkang ke Juventus. United hanya mendapatkan kompensasi sebesar 800.000 pounds. Alasan Pogba ketika itu, ia merasa tidak mendapatkan tempat di tim utama United. Ketika suatu hari Ferguson memainkan Park Ji-Sung dan Rafael da Silva sebagai duet gelandang tengah --padahal ketika itu ada dirinya di dalam tim-- Pogba akhirnya memutuskan untuk pergi.

    "Saya menempatkan keinginan Pogba sebagai prioritas. Ferguson adalah manajer hebat, tapi terkadang manajer hebat juga bisa salah," ucap Raiola menanggapi kritik keras Ferguson.

    Kini, Pogba dikabarkan tengah berada dalam jalan kembali ke United. Dari yang tadinya pergi dengan kompensasi tidak sampai sejuta pounds untuk United, kini The Red Devils diharuskan membayar hampir 100 juta pounds untuk membelinya kembali. Raiola pun disebut mendapatkan persenan yang tidak sedikit jika transfer itu berhasil, yakni sebesar 18,4 juta pounds.

    Luar biasa.

    (roz/krs)
    Kontak Informasi Detikcom
    Redaksi: redaksi[at]detik.com
    Media Partner: promosi[at]detik.com
    Iklan: sales[at]detik.com
    More About the Game