Vietnam: Gairah Sepakbola di Negara Agraris

Saat akan mendarat di bandara internasional Noi Bai, Hanoi, ada dua pemandangan akan gampang ditemui. Hamparan sawah dan masih luas dan stadion sepakbola.
Dalam pantauan detikSport dari udara, sedikitnya ada tiga stadion dengan kapasitas sedang, kira-kira seperti Gelora Bangkalan, yang merupakan kandang dari Madura United. Selain itu, lahan pertanian yang luas juga masih banyak di sekitar bandara.
Dengan sawah-sawah yang begitu banyak itu, maka tak heran kalau Vietnam menjadi salah satu pengekspor beras terbesar di dunia. Indonesia termasuk dalam daftar pembeli beras Vietnam.
![]() |
Kembali membahas sepakbola, minat tinggi gampang terlihat di Hanoi. Lapangan-lapangan sepakbola mudah ditemui, di sekitar My Dinh National Stadium juga banyak ditemui pelajar-pelajar yang asyik melakukan jugling bola di sekitar stadion. Suasananya mirip dengan ring luar Stadion Gelora Bung Karno, yang digunakan sebagai sarana jogging di saat sore hari.
Sementara itu, liga sepakbola mereka, V.League 1 juga mempunyai rata-rata penonton di stadion yang cukup tinggi. Sebanyak 10 ribu orang menyaksikan pertandingan laga-laga kasta tertinggi dalam kompetisi antarklub Vietnam.
Untuk musim ini, klub asal Hanoi, Ha Noi T&T merupakan juaranya. Trofi itu merupakan raihan ketiga mereka di sepanjang sejarah Liga Vietnam.
Begitu populernya sepakbola di Vietnam juga amat terasa di ajang Suzuki AFF Cup tahun ini. Orang-orang di bandara juga sudah membahas ajang dua tahunan negara-negara di kawasan Asia Tenggara ini, utamanya laga antara Vietnam melawan Indonesia yang akan dihelat di My Dinh National Stadium, Rabu (7/12/2016) malam hari ini.
Salah satu petugas imigrasi yang memeriksa dokumen detikSport langsung menebak kedatangan para warga negara Indonesia ke Hanoi untuk menonton laga leg 2 semifinal AFF Suzuki Cup antara Indonesia melawan Vietnam.
"Pasti datang buat menyaksikan AFF Suzuki Cup 'kan? Saya juga akan menonton besok," ujarnya sembari melakukan pemerikasaan dokumen.
Sama halnya dengan sopir taksi yang saya tumpang dari bandara menuju hotel, Dao Tanh Quang. Pria keturunan Malaysia itu juga langsung mengajak membahas mengenai sepakbola.
Hal ini semacam ini yang tak ditemui saat fase grup kala Indonesia melakoni laga-laga di Filipina. Memang, di sana sepakbola kalah populer dibandingkan basket.
Pembicaraan mengenai kans Vietnam untuk lolos dan sulitnya untuk mencari tiket menjadi topik bahasan di sepanjang perjalanan.
"Indonesia memang menang 2-1 di laga leg pertama. Tapi, saya yakin Vietnam akan menang 1-0 hingga mampu membuat Indonesia pulang dengan wajah murung," katanya yakin.
![]() |
"Kalian sudah punya tiket? Kalau belum, jangan berharap bisa mendapatkan tiket pertandingan. Di sini susah sekali mendapatkan tiket, harganya sangat mahal. Mungkin saya tidak akan datang langsung ke stadion. Saya akan melihat dari televisi saja," imbuh Tanh Quang.
Apa yang dikatakan oleh Tanh Quang itu memang benar. Tiket laga Vietnam melawan Indonesia memang sudah ludes terjual. Penjualan di Vietnam tak ada yang melalui sistem online. Para pemburu tiket harus datang langsung ke loket di stadion.
Banyaknya pemburu tiket itu dimanfaatkan oleh para calo, yang mudah ditemui di sekitar stadion. Tapi, siap-siap saja membeli dengan harga selangit kalau ingin mendapatkan tiket dari calo yang sebagian besar perempuan paruh baya itu.
Tiket paling seharga 150 ribu dong atau setara Rp 88 ribu. Dijual dengan harga pembuka 10 kali lipatnya! (cas/din)