Jakarta - <p>Sejarah panjang menjadikan PUMA sebagai salah satu yang terkemuka di dunia. Ditempa oleh waktu, 'Si Kucing Besar' pun bertekad jadi yang tercepat dan terdepan.<br /><br />PUMA punya peran besar dalam evolusi sepatu olahraga di dunia. Cikal bakalnya lahir pada tahun 1924 dengan nama Gebrueder Dassler Schuhfabrik atau dalam bahasa Indonesia: Pabrik Sepatu Dassler Bersaudara. Pabrik ini memang didirikan oleh kakak beradik bernama Rudolf Dassler dan Adi Dassler.<br /><br />Pada prosesnya dua bersaudara ini berselisih dan menempuh jalannya masing-masing, meski masih sama-sama bermarkas di Herzogenaurach, Bavaria. Rudolf mulanya mendirikan pabriknya sendiri dengan nama Ruda, singkatan dari Rudolf Dassler. Namun dia lantas mengubah nama perusahaannya jadi PUMA Schuhfabrik Rudolf Dassler pada tahun 1948. Sedangkan Adi mendirikan Adidas.<br /><br />Sejak saat itu keduanya bertarung sengit. Saling mengembangkan sepatu dengan teknologi termutakhir dan unggul. Saat itu yang jadi ajang kompetisinya lebih banyak di sepakbola. Sampai-sampai kota Herzogenaurach pun punya dua tim yeng mengusung rivalitas sama: 1 FC Herzogenaurach didukung PUMA, sedangkan ASV Herzogenaurach didukung Adidas.<br /><br />Keduanya saling sikut tahun demi tahun, saling mengklaim sebagai yang terdepan dengan teknologi hasil pengembangan masing-masing. Perang teknologi pertama adalah soal sepatu sepak bola dengan pul yang bisa diganti-ganti, mengadaptasi cara kerja sekrup dan ulirnya. Saking legendarisnya persaingan dua perusahaan ini, sampai-sampai diibaratkan keduanya seperti Jerman barat dan timur yang dipisahkan tembok berlin.<br /><br />Kembali bicara soal PUMA, perusahaan ini tak pernah setengah-setengah menancapkan kukunya di dunia olahraga. Di sepakbola, mereka punya rekam jejak kerja sama dengan sosok-sosok legenda macam Pele, Eusebio, Johann Cruyff, Kenny Dalglish, Diego Maradona, sampai Lothar Matthaeus.<br /><br />Pada prosesnya, Puma lantas melebarkan sayap ke berbagai bidang olahraga dan menelurkan bermacam-macam unit bisnis. Masih berupaya mempertahankan kultur bekerja dengan yang terbaik, mereka bekerja sama dengan Usain Bolt, Rihanna, serta Ferrari dan Mercedes di Formula 1.<br /><br /><img src="https://akcdn.detik.net.id/albums/detikbandung/bolt-puma.jpg" alt="" width="460" height="319" /><br /><br />Saat ini ada enam unit bisnis yang dijalankan, Team Sports, Running-Training-Fit (RTF), Motor Sports, Lifestyle, Kids, dan Fundamental. Enam unit bisnis ini bertarung ketat, tak lagi cuma dengan Adidas, namun juga dengan berbagai perusahaan lain seperti Nike, New Balance, atau Under Armour yang seluruhnya datang dari Amerika Serikat.<br /><br /><img src="https://akcdn.detik.net.id/albums/detikbandung/puma-ferrari.jpg" alt="" width="446" height="290" /><br /><br />Di tengah persaingan yang diakui semakin sengit, mereka bertekad terus berada di baris depan. Sejak 2014 lalu, kampanye Forever Faster dijalankan, dijadikan filosofi untuk melaju lebih cepat dari para rival dan jadi yang terdepan. Berbekal filosofi itu, pengembangan produk terus dilakukan demi menyematkan teknologi-teknologi terbaik.<br /><br /><img style="float: left; margin: 7px;" src="https://akcdn.detik.net.id/albums/detikbandung/puma6.jpg" alt="" width="156" height="224" />Di kantor PUMA Singapura, Kamis (7/5/2015) lalu, koleksi sepatu teranyar untuk tahun 2015 diperkenalkan kepada kalangan terbatas, termasuk <strong>detikSport </strong>yang diundang bersama sejumlah media lain dari Indonesia di acara bertajuk 'Press Preview AW2015'. Koleksi itu yang nantinya akan jadi senjata bertarung dengan kompetitor sepanjang tahun ini, termasuk di Indonesia.<br /><br />Untuk di Indonesia, PUMA mengincar fokus besar di segmen Running-Training-Fitness (RTF). Selain memang segmen ini jadi bagian besar kampanye Forever Faster, di tanah air sendiri olahraga lari dan kesadaran menjaga kebugaran tengah tumbuh pesat. Khusus di lari, berbagai ajang digelar hampir di tiap kota besar, beragam jenis pula. Mulai dari maraton, color run, night run, sampai ajang lari di area atau alam terbuka seperti pegunungan dan hutan.<br /><br />Tak menutup kemungkinan perusahaan yang 'bersaudara' dengan Gucci, Balenciaga, dan Volcom itu bakal menggelar sendiri ajang lari di Indonesia. Tapi mereka merasa langkah terpenting adalah membangun basis yang kuat terlebih dahulu, dengan merangkul para profesional dan komunitas.<br /><br />"Soal persaingan sekarang memang ketat banget ya. Bagi kita yang terpenting adalah untuk terus memperkuat asosiasi kompetensi yang PUMA mliki ke masyarakat," ujar Fajar Nugraha, Executive Marketing for PUMA Indonesia.<br /><br />Soal ajang lari, Singapura dan Malaysia sudah merasakan sentuhan langsung PUMA yang menggelar <em>night run </em>sejak 2014 lalu.<br /><br />Di Indonesia, Fajar mengatakan fokus saat ini adalah untuk dapat membangun kolaborasi yang kuat dengan pihak-pihak dengan visi sejalan, juga pengembangan di level <em>grassroots </em>dan komunitas. Di sepakbola, dukungan terhadap Sabnani Park di Serpong jadi bukti nyata keterlibatan langsung mereka. Sabnani Park sendiri merupakan lapangan mini untuk pesepakbola usia dini dengan kualitas yang mumpuni.<br /><br />Bisa dibilang, PUMA perlahan-lahan melangkah dengan mantap di Indonesia untuk kemudian mewujudkan filosofi <em>Forever Faster </em>secara nyata. Dan bukan tak mungkin dalam tahun-tahun mendatang, Puma datang dalam wujud Arsenal, Borussia Dortmund, Usain Bolt, Rihanna, ataupun wujud lainnya.<br /><br /><img src="https://akcdn.detik.net.id/albums/detikbandung/BVB-puma.jpg" alt="" width="460" height="211" /><br /><br /><iframe src="https://www.youtube.com/embed/y30BRJt5XBo?list=PLQqeBCtRiHivb_bPW8Jwx85p38w8tpQzJ" frameborder="0" width="560" height="315"></iframe><br /><br /></p> (raw/a2s)