Liga Champions: PSG 1-1 Valencia
Mengeksploitasi Strategi Valencia yang Monoton
Paris Saint Germain (PSG) berhasil melaju ke perempat final Liga Champions untuk pertama kalinya dalam 18 tahun sejak tahun 1995. Lewat hasil imbang 1-1 di kandang sendiri, mereka berhasil menyingkirkan Valencia dengan kemenangan agregat 3-2.
Pada pertandingan semalam (6/3), PSG tidak dapat diperkuat oleh dua bintangnya, yaitu Zlatan Ibrahimovic dan Marco Veratti. Padahal mereka berdualah yang jadi tulang punggung Ancelotti saat meraih kemenangan di kandang Valencia.
Walau sempat tertinggal di awal babak kedua melalui gol Jonas, PSG kemudian mampu menyamakan kedudukan melalui kaki Ezequiel Lavezzi. Pemain asal Argentina ini jugalah, bersama dengan Javier Pastore, yang mencetak gol ke gawang Valencia tiga minggu lalu.
Formasi yang Sama
Kedua tim bermain dengan pola yang sama persis seperti pertemuan pertama. PSG bermain dengan 4-2-3-1 sementara PSG mengandalkan pola dengan 4-2-2-2. Namun, terjadi banyak perubahan nama di susunan tim utama yang diturunkan kedua klub.
Hal ini terutama terjadi di kubu tim tamu. Ernesto Valverde mengganti seluruh pemain belakangnya dengan Baraggan, Ruiz, Mathieu, dan Cissokho. Selain itu ia juga mencadangkan Ever Banega yang bermain sangat buruk pada leg pertama. Ia kemudian memasang Tino Costa ke posisi milik Banega.
Tapi ramuan baru Valverde belumlah menjadi titik terang bagi Valencia. Meski tampil tanpa Marco Verratti, PSG masih tampil sangat baik dalam meredam lini tengah Valencia. Blaise Matuidi jadi aktor tunggal yang sanggup merebut penguasaan bola sekaligus memotong aliran bola Valencia melalui lapangan tengah. Ia juga sekaligus berperan menutupi kekurangan Thiago Motta yang kalah berduel pada malam itu.
(Grafik Intercept dan Tackle Blaise Matuidi. Kredit: Pandit Fotball Indonesia)
Kembali Melalui Sisi Lapangan
Tertahannya aliran bola melalui area tengah lapangan memaksa Valencia untuk "kembali" bermain melalui kedua sisi lapangan. Kerja sama Jonas dan Cissokho dari sisi kiri sedikit demi sedikit membuat pertahanan PSG kerepotan dalam mengantisipasi umpan-umpan silang. Hal ini memaksa Christophe Jallet, bek kanan PSG, enggan untuk ikut naik menyerang saat PSG melakukan serangan balik.
Tapi usaha itu tetap tidak membuahkan hasil bagi Valencia. Tino Costa pun masih mati kutu menghadapi Matuidi. Alhasil, dua dari tiga pemain yang berdiri di belakang Soldado, yaitu Tino Costada dan Feghouli, juga harus banyak mengarahkan bola ke sisi lapangan dan melepaskan umpan silang.
Tidak adanya aliran bola dari tengah, mengakibatkan Soldado sering turun untuk menjemput bola. Terkadang ia bergerak melalui sisi kiri lalu kemudian menusuk ke sisi tengah.
Penghubung Lini Tengah dan Depan
Tidak adanya Ibrahimovic sangat terasa dalam permainan PSG. Tidak ada pemain lain yang mampu menggantikan perannya mengontrol dan mengalirkan bola di daerah sepertiga lawan.
Hal ini kentara terlihat ketika PSG melalukan serangan balik. Pada leg pertama, Ibra selalu mengulur waktu di daerah pertahanan lawan sehingga memberi lini kedua PSG memiliki waktu yang cukup untuk bergerak ke dalam kotak penalti.
Lavezzi, yang menjadi duet Ibrahimovic dalam serangan, sebenarnya biasa berperan sebagai second striker dan "turun" untuk menerima bola di daerah-daerah yang lebih dalam. Namun, dengan ketidakhadiran Ibrahimovic, Ancelotti kemudian memplot Lavezzi sebagai ujung tombak serangan.
Sayangnya hal ini tidak berjalan sempurna. PSG pun kehilangan sosok penghubung antara lini tengah dan depan. Walau bermain baik, Matuidi tidak memilik kemampuan sebagai penghubung seperti yang dilakukan Verratti. Tidak adanya pemain penghubung ini membuat lini tengah PSG terlalu sering mengirimkan umpan-umpan panjang dalam mengalirkan bola, dengan Lavezzi sebagai pemain yang dituju.
Banega Memperkuat Aliran Bola
Masuknya Banega membuat Tino Costa kembali ke posisi semula sebagai pemain tengah. Banega lalu dituntut membuat perubahan di lini tengah dengan pasing-pasing akurat ke arah Soldado. Hal ini dikarenakan untuk kedua kalinya PSG membuat Soldado mati kutu.
Kontribusi Banega membuat aliran bola Valencia sedikit membaik. Setidaknya, kehadiran Banega membuat peran Feghouli sedikit lebih menonjol di sisi kanan karena sebelumnya Feghouli lebih sering kalah berduel melawan Maxwell. Banega juga terlihat berani dalam mengeluarkan aksi individu. Tercatat ada dua pelanggaran di daerah tengah lapangan yang dilakukan pemain PSG untuk menghentikan aksi individu Banega.
Walau Banega banyak bergerak di sisi kanan, saat menguasai bola Banega lebih sering menggiringnya ke sisi kiri untuk diteruskan kepada Jonas dan Cissokho. Kekuatan Valencia sendiri memang berada pada Jonas. Pemain tersebut memiliki kecepatan yang baik untuk menyisir sisi lateral lapangan.
Tiga Gol Melalui Serangan Balik
Gol Jonas di menit ke-55 sedikit memberi harapan bagi Valencia. Tapi perubahan besar-besaran di lini belakang tidak juga berhasil dalam menghadang serangan balik PSG. Gameiro yang masuk menggantikan Thiago Motta, sukses melakukan aksi solo sehingga 3 pemain belakang Valencia tertarik keluar dan menimbulkan ruang besar. Lavezzi yang berdiri tanpa kawalan kemudian leluasa menceploskan bola ke gawang Vicente Guaita.
Proses gol melalui serangan balik ini tidak jauh berbeda seperti yang terjadi di pertandingan pertama. Valencia selalu dominan dalam permainan, namun akhirnya, harus kalah melalui 2 gol yang bermula dari serangan balik.
Kesimpulan
Walau telah mengubah susunan pemainnya, Ernesto Valverde sepertinya tidak belajar dari kesalahan di pertemuan pertama. Valverde tidak dapat menemukan cara untuk memanjakan Soldado di dalam kotak penalti dan juga tidak mengantisipasi serangan balik PSG. Dua hal ini lah yang jadi kelemahan utama Valencia dalam menghadapi PSG.
Sementara itu Ancelotti sukses untuk kedua kalinya menumpuk pemain di area tengah lapangan dan mematikan pergerakan motor-motor Valencia. Tidak hadirnya Veratti dan Ibrahimovic di lapangan pun dapat tertutupi dengan baik. Pekerjaan rumah besar menanti Carlo Ancelotti di perempat final nanti. Ia harus mencari cara mengantisipasi absennya Ibrahimovic yang harus absen dalam satu kali pertandingan lagi karena hukuman kartu merahnya.
==
* Penulis: Randy Prasatya. Akun twitter: @randyprasatya








