Liga Inggris: Arsenal 0-0 Everton
Ketika Meriam Arsenal 'Disumbat' Everton

Setelah melakoni kemenangan beruntun dalam empat pertandingan terakhirnya, Arsenal ditahan imbang Everton di kandangnya sendiri. Dalam pertandingan yang berjalan seimbang, kedua tim kesulitan untuk membuat peluang dan tidak berhasil mencetak satu gol pun selama 90 menit.
Dengan hasil ini, persaingan merebut tiket jatah Liga Champion pun akan berlangsung semakin ketat. Arsenal sementara ini berada di posisi tiga klasemen sementara dengan 60 poin (33 kali main), sementara Chelsea dan Tottenham Hotspur sama-sama mengantongi 58 poin (Chelsea 31 kali main, Spurs 32 kali main).
Sementara itu, bagi Everton sendiri hasil memperpanjang rekor belum pernah menangnya tim asuhan David Moyes tersebut dari Arsenal semenjak Maret 2007. Bahkan, Everton juga belum pernah memetik kemenangan di kandang baru Arsenal, Stadion Emirates. Kemenangan terakhir The Royal Blues melawan The Gunners di London Utara terjadi hampir 16 tahun lalu, yaitu pada tahun 1997.
Walau demikian, Everton sendiri bisa menarik hasil positif dari raihan imbang ini. Dengan dana untuk membangun skuad yang minim, Everton membuktikan bahwa 11 pemain di tim utamanya sebenarnya bisa mengimbangi tim manapun.
Hal ini terlihat dalam pertandingan semalam. Trio Marouane Fellanini-Darron Gibson-Ross Barkley di lini tengah mampu mengimbangi penampilan Mikel Arteta-Aaron Ramsey-Jack Wilshere. Bahkan dengan kecepatan dan kekuatan fisik, ketiganya mampu merebut penguasaan bola dari Arsenal, terutama di babak pertama.
Bahkan karena tidak mendapat ruang untuk berkreasi di lini tengah, acap kali Ramsey dan Wilshere terpaksa bergerak ke arah sayap lapangan untuk memberikan umpan pada Giroud.
Penampilan dominan lini tengah ini juga didukung oleh sayap kiri Everton yang acap kali membantu serangan. Victor Anichebe yang dipasang sebagai ujung tombak sendiri sering bergerak ke area kiri-atas lapangan (dekat dengan garis lebar lapangan), sementara Steven Pienaar akan melakukan tusukan ke dalam kotak penalti. Pergerakan keduanya didukung oleh Leighton Baines yang setia menyusuri garis pinggir lapangan untuk mengirimkan crossing ke kotak penalti. Baines sendiri berhasil mencetak 6 kali umpan silang, terbanyak di antara pemain Everton lainnya.
Tak Beri Ruang Untuk Arsenal
Salah satu faktor yang bisa dicatat dari penampilan Everton semalam adalah kemampuan defensive action para pemainnya terutama di area pertahanan sendiri. Begitu Arsenal mendapatkan bola dan merangsek naik untuk menyerang, maka baik trio lini tengah maupun kedua center-back akan cepat menutup pergerakan atau merebut bola.
Terlebih lagi para pemain Everton bisa dikatakan sangat cepat dalam bergerak balik ke posnya masing-masing, sehingga serangan balik Arsenal sangat mudah dipatahkan.
*grafik tackle Everton. Sumber: Squawka.com
*grafik intercept Everton
*grafik clearance Everton
Dari grafik di atas juga terlihat bagaimana defensive action Everton mayoritas dilakukan di area pertahanan sendiri. Bahkan semua clearance yang dibuat oleh pemain Everton juga terjadi di setengah lapangan sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa lini depan Everton sendiri tidak melakukan pressing dan Arsenal dibiarkan bebas membawa bola selama belum memasuki area sepertiga lapangan akhir.
Strategi ini sendiri sangat pas untuk menghadang Arsenal. Dengan kecenderungan Arsenal yang seakan wajib untuk mempenetrasi kotak penalti sebelum melakukan attempts, maka dengan menghadang persis di depan kotak penalti Arsenal akan kehilangan ketajamannya. Tanpa adanya pressing dari lini depan, Everton sendiri meminimalisir risiko adanya ruang yang bisa dieksploitasi oleh lini tengah Arsenal, saat pressing gagal dilakukan.
Kemampuan bertahan Everton ini, lagi-lagi, menunjukkan cermatnya Moyes dalam menyesuaikan taktik dengan kelemahan dan kelebihan lawan. Misalnya saja lawan Manchester City. Saat itu Moyes menerapkan taktik bertahan yang benar-benar berbeda, yaitu dengan melakukan pressing mulai dari lini depan, sehingga Manchester City acap kali tertahan di area pertahanannya sendiri.
Bahwa pemain-pemain Everton fasih melakukan dua gaya bertahan yang berbeda ini jadi testamen bagi kemampuan Moyes dalam meracik timnya.
Dengan Arsenal yang memang jarang sekali melakukan tendangan dari luar kotak penalti, dan lini pertahanan Everton yang terorganisir, maka tak heran Arsenal jarang mendapatkan peluang emas. Tercatat selama 90 menit hanya sekali Arsenal benar-benar mengancam gawang yang dikawal Tim Horward. Ini terjadi saat tap-in Olivier Giroud berhasil diblok oleh Seamus Coleman.
*grafik attempts Arsenal (merah)-Everton (biru)
Kembalinya Fellaini di Lini Tengah
Dari trio Fellanini-Gibson-Barkley, pada pertandingan ini Moyes lebih memilih Barkley untuk sebagai pengatur serangan di belakang Anichebe. Praktis Fellaini pun kembali ke posisinya di musim lalu, yaitu di jantung lini tengah.
Dengan kecepatan, kekuatan fisik, dan kemampuan bertahan yang mumpuni, Fellaini pun mampu menjalankan tugas ini dengan baik. Berhadapan langsung dengan duet Arteta–Ramsey, pemain ini mampu memberikan pressing pada duet Arteta-Ramsey sehingga acap kali Ramsey harus bergerak ke sayap kanan lapangan.
Selain itu, Fellaini pun fasih membagi tugas dengan Gibson yang memang ditugaskan Moyes sebagai playmaker di lini tengah. Dalam menyerang, Fellaini akan melakukan drive untuk membantu Barkley, sementara Gibson akan mengatur pola serangan dengan umpan-umpan panjangnya. Dengan kemampuan turnover-nya, Fellaini juga acap kali membuat masa transisi Everton, dari bertahan menjadi menyerang, berlangsung cepat.
Dalam pertandingan semalam, Fellaini juga jadi pemain Everton dengan defensive action tertinggi. Total 7 tekel, 6 clearance dengan kepala, dan 4 intercept ia lakukan di lini tengah Everton.
Masalah di Lini Depan
Padu dalam bertahan, sayangnya tidak diimbangi dengan kemampuan menyerang yang mumpuni. Anichebe yang memang sering bergerak melebar, acap kali tidak mampu membaca pergerakan Pienaar atau Kevin Mirallas (yang sering menusuk masuk), sehingga jarang mendapatkan kesempatan emas.
Namun di sisi lain, keputusan Moyes untuk menempatkan Barkley sebagai pengatur serangan membuahkan hasil baik. Pemain ini berhasil mencatatkan 4 kali attempts, 2 key passes, dan 1 kali through-ball. Bahkan salah satu drive yang dilakukan Barkley berujung pada umpan terobosannya untuk Anichebe di menit ke-40. Namun sebelum Anichebe mampu melakukan tendangan, Wojciech Szczesny sudah terlebih dahulu mengantisipasi umpan tersebut.
Masalah di lini depan juga menghinggapi Arsenal. Dengan Theo Walcott dan Wilshere yang bermain di bawah kemampuan terbaiknya (keduanya ditarik hampir bersamaan di menit 69), maka otomatis tugas untuk menciptakan peluang jatuh pada pundak Santi Cazorla seorang.
Satu hal yang menarik untuk diamati adalah keengganan Wenger untuk menempatkan Lukas Podolski sebagai ujung tombak. Saat dimasukkan untuk menggantikan Walcott, Podolski sendiri lebih sering beroperasi di sayap kiri alih-alih masuk ke dalam kotak penalti. Akibatnya saat Giroud menemui kebuntuan, atau tidak efektif dalam memanfaatkan peluang, Arsenal tidak memiliki pemain yang bisa diandalkan untuk mencetak gol lagi.
====
*akun Twitter penulis: @vetriciawizach dari @panditfootball
* Sumber grafik: www.squawka.com