Masukkan kata pencarian minimal 3 karakter
Searching.. Please Wait
    Match Analysis

    <I>Preview</I> Final Coppa Italia

    Kunci untuk Lazio: Jangan Biarkan Juventus Banyak Kuasai Bola

    - detikSport
    Jakarta - <p>Agak mudah menebak apa saja yang kini melintas di benak para awak Juventus terkait final Coppa Italia dinihari nanti (21/5). Pertama, sangat jelas mereka menginginkan kepastian meraih gelar ke-10 Coppa Italia. Kedua, kepastian gelar Coppa Italia praktis akan membuat mimpi mereka untuk meraih <em>treble winner </em>tetap terjaga.<br /><br />Setidaknya, meraih gelar ke-10 trofi Coppa Italia sudah mereka idam-idamkan selama 20 tahun. Jika berhasil Juventus juga akan menjadi kesebelasan pertama yang mendapatkan penghormatan meraih Silver Star sebagai akumulasi dari raihan gelar Coppa Italia sebanyak 10 kali.<br /><br />Tapi untuk meraih itu tentu tidaklah mudah. Mereka harus bermain di Stadio Olimpico Roma yang memang menjadi markas Lazio, kompetitor mereka di final. Melawan Lazio pun akan menjadi final keempat Juventus di Coppa Italia dalam kurun waktu 20 tahun terakhir, setelah di tiga laga final sebelumnya selalu gagal.<br /><br /><strong>Pemain Inti atau Pemain Lapis?</strong><br /><br />Menarik untuk mencoba menebak-nebak apakah Juventus akan menurunkan pemain intinya atau pemain pelapisnya. Jika melihat tren selama di Coppa Italia musim ini, &ldquo;Si Nyonya Tua&rdquo; memang lebih gemar memberikan porsi untuk para pemain yang kurang mendapatkan kesempatan di pertandingan bergengsi lainnya, seperti Serie A dan Liga Champions, untuk bermain di Coppa Italia.<br /><br />Tapi ini laga final. Menjadi juara Coppa Italia musim ini tentu akan melengkapi sejarah baru sebagai tim pertama yang memenangi Coppa sebanyak dua digit. Juventus tentu saja tidak ingin kembali gagal dan memupuskan mimpi AS Roma yang juga ingin menjadi tim pertama yang meraih <em>Silver Star.</em> [Keduanya sama-sama sudah meraih Sembilan trofi Coppa Italia.]<br /><br />Dengan alasan-alasan tersebut, rasanya kecil kemungkinan Juventus untuk menurunkan pemain pelapis. Apalagi Claudio Marchisio dan Alvaro Morata sudah dipastikan absen. Tentu menjadi risiko yang begitu besar jika masih juga mengandalkan para pemain pelapis.<br /><br /><strong>Pembunuh yang Telah Diistirahatkan</strong><br /><br />Carlos Tevez, Arturo Vidal, Giorgio Chiellini, Gianluigi Buffon dan Andrea Pirlo merupakan lima pemain inti Juventus yang tidak disertakan dalam perjalanan ke Milan dalam laga<em> Derby d'Italia </em>menghadapi Inter Milan. Indikasi itu memperkuat kemungkinan mereka akan tampil sejak menit pertama.<br /><br />Untuk Tevez, ia selalu menjadi alat bunuh Juventus bagi lawan-lawannya. Pemain Argentina ini memiliki musim yang luar biasa dan dia jelas akan menjadi prioritas utama yang harus diwaspadai pertahanan Lazio.<br /><br /><img src="https://akcdn.detik.net.id/albums/about-the-game/carlostevez1.jpg" alt="" width="460" height="306" /><br /><br />Begitu pun dengan Pirlo dan Vidal yang menjadi motor lini tengah Juve selama empat musim belakangan ini. Dengan istirahatnya mereka kala menghadapi Inter, seharusnya mereka akan menjadi lebih siap, lebih fit, dan lebih maksimal untuk memenangkan pertarungan dengan lini tengah Lazio yang belakangan juga sedang menemukan grafik meningkat dan stabil.<br /><br /><strong>Memancing Lazio Membuat Garis Pertahanan Tinggi</strong><br /><br />Selama diasuh Massimiliano Allegri, lini depan Juventus cenderung diminta lebih aktif bergerak, tak terkecuali bergerak agak turun ke tengah. Sangat jarang melihat lini depan Juventus ada yang ajeg berperan di dalam kotak penalti, misalnya sebagai pemantul.<br /><br />Inilah yang membedakan Juve di era Antonio Conte dan Allegri. Hal itu juga yang membuat Morata bisa dengan mudah bersaing dengan Fernando Llorente untuk memperebutkan lini depan. Bahkan Morata akhirnya menjadi pilihan utama Allegri ketimbang Llorente. <br /><br />Dengan seringnya pemain depan Juventus ikut turun sampai garis tengah lapangan tentu saja akan membuat lawan-lawan mereka terkesan membuat garis pertahanan yang tinggi. Cara itu juga membuat Tevez yang memiliki kecepatan dan olah bola yang baik selalu menjadi momok yang menakutkan bagi pemain bertahan lawan.<br /><br />Hanya saja Morata akan absen di laga ini karena terkena hukuman kartu merah langsung di laga semifinal. Llorente atau Matri perlahan mulai mampu menunjukan level permainan seperti yang diinginkan Allegri. Itu terlihat saat melawan Inter yang berakhir dengan kedudulan 1-2 untuk Juventus. Kedua pemain terlihat cukup baik sebagai penyerang yang mampu mengolah bola, bergerak ke berbagai area untuk membuka ruang dan tidak lagi berperan sebagai pemantul seperti di era Conte.<br /><br /><strong><em>Pressing </em>Tinggi Lazio Agar Juventus Kehilangan Penguasaan Bola</strong><br /><br />Salah satu yang perlu diwaspadai Lazio adalah kontrol serangan <em>Bianconeri </em>yang dimulai dari lini belakang. Tidak bisa dipungkiri, Juve mengandalkan serangan dimulai dari lini belakang yang kemudian dilanjutkan ke Pirlo. Kekuatan dan kemampuan lini belakang dan tengah inilah yang membuat mereka bisa mengalirkan bola ke sektor mana pun, terutama di dua area sayap yang diisi Patrice Evra atau Stephan Lichsteiner yang sering naik membantu serangan.<br /><br />Mengincar kemenangan di Coppa memang menjadi bagian dari proyek merengkuh treble winner musim ini. Untuk merealisasikan ambisi itu, diperkirakan Allegri akan gencar menginstruksikan kesebelasannya menyerang. Maka formasi 4-3-1-2 bakal menjadi pilihan sejak menit pertama.<br /><br />Formasi awal Juventus tersebut kerap mengandalkan serangan dari poros tengah dengan kecenderungan Pirlo sebagai pengatur ritme pertandingan dan membagikan bola kepada Paul Pogba atau Vidal. Strategi seperti itu bukan barang asing bagi Lazio.<br /><br /><img src="https://akcdn.detik.net.id/albums/about-the-game/pirlo-vidal.jpg" alt="" width="460" height="294" /><br /><br />Stefano Mauri dkk., bisa memberikan pressing tinggi kepada area tengah Juventus. Mengingat pola bertahan Lazio cenderung lebih menarik para pemainnya bergerak lebih rapat ke tengah, termasuk para pemain yang beroperasi di lini sayap, maka semestinya bukan hal sulit bagi Lazio jika ingin menggunakan <em>pressing</em> tinggi sebagai salah satu antidot yang hendak dipraktikkan menghadapi Juventus di laga ini.<br /><br />Sementara itu poros serangan lini tengah Juve yang dipercayakan kepada Pirlo bakal merasakan duel yang seru menghadapi Marco Parolo atau Mauri. Parolo merupakan pemain dengan rasio tekel keempat tertinggi di Lazio, tiga tekel per laga, mengalahkan bek tengah, Lorik Cana, yang hanya 2.4 tekel perlaga.<br /><br />Strategi <em>pressing</em> tinggi &ldquo;Si Elang&rdquo; bisa memaksa Juventus bermain dengan umpan-umpan jauh dan kehilangan pengusasaan bola di lini tengah. Sayangnya, pada duel lini tengah nanti, Stefano Pioli (pelatih Lazio) tidak bisa menurunkan Lucas Biglia sebagai gelandang yang menjadi jembatan antara lini pertahanan dan lini serang.<br /><br />Tapi anak asuh Pioli juga perlu berhati-hati. Strategi Lazio yang kerap menaikkan para pemain belakang atau sayap ke tengah bisa menjadi bumerang tersendiri. Rapatnya pemain sayap Lazio ke tengah sering memberikan area kosong di lini sayap kepada lawan. Ini catatan penting yang pasti sudah diketahui Pioli. Mereka harusnya tahu bahwa Juventus di musim ini sangat berbahaya saat mendapatkan ruang di lebar lapangan.<br /><br /><strong>Membongkar Pertahanan Juventus dengan Serangan Balik</strong><br /><br />Jika menggunakan<em> pressing </em>tinggi dirasa terlalu berbahaya, Lazio masih punya opsi lain yaitu memaksimalkan serangan balik. Lazio cukup baik dalam kemampuan serangan balik, salah satu yang terbaik di Serie-A musim ini. Taktik serangan balik yang menjadi andalan mereka bisa menjadi cara tepat membungkam Juventus. <br /><br />Bola yang berhasil dipatahkan Lazio jarang diolah lama-lama di sepertiga lapangan sendiri. Melainkan bola langsung dilancarkan ke sepertiga pertahanan lawan yang sering dilakukan dari lini sayap melalui Felipe Anderson dan Antonio Candreva.<br /><br /><img src="https://akcdn.detik.net.id/albums/about-the-game/antoniocandreva.jpg" alt="" width="460" height="333" /><br /><br />Barulah di sepertiga akhir lawan Lazio mencoba melakukan penguasaan bola untuk mencari celah pertahanan lawan. Kedua sayap Lazio diharapkan mampu memancing pergerakan para bek Juve agar tercipta celah di area pertahanan. Dari celah di antara bek lawan inilah Lazio bisa mengharapkan Candreva untuk memberikan umpan terobosan agar diselesaikan penyerang seperti Miroslav Klose atau Filip Djordjevic.<br /><br />Lazio yang cukup gemar melepaskan tendangan-tendangan jarak jauh, terutama oleh Anderson atau Candreva, kali ini tampaknya harus lebih dikurangi jika Juventus memasang Gianluigi Buffon sebagai penjaga gawang. Sebab, sang kapten memiliki antisipasi yang sangat baik menahan sepakan-sepakan jarak jauh. Percobaan mencetak gol dari jarak jauh bukannya diharamkan, tapi mestinya harus dilakukan dengan lebih terukur dan selektif.<br /><br /><strong>Kesimpulan</strong><br /><br />Kedua kesebelasan memang mempunyai kekuatan di lini tengah yang agak sepadan. Akan menjadi hal menarik melihat cara kedua pelatih memenangkan lini tengah di pertandingan final ini. Apa lagi Lazio juga memiliki penyerang yang punya keahlian sprint dan olah bola dengan kemampuan yang tidak terlalu jauh dengan kemampuan Tevez, ia adalah Felipe Anderson.<br /><br /><img src="https://akcdn.detik.net.id/albums/about-the-game/felipeanderson.jpg" alt="" width="460" height="356" /><br /><br />Kendati bisa mengandalkan <em>pressing </em>tinggi untuk mematikan lini tengah Juventus, Lazio juga mesti menghindari pelanggaran-pelanggaran di area sepertiga akhir pertahanan sendiri. Pasalnya Juventus juga lihai mencetak gol memanfaatkan situasi bola-bola mati. Ada Pirlo yang siap menghukum lawan jika mendapatkan kesempatan mengeksekusi bola mati di sekitar kotak penalti.<br /><br />Laga ini menjadi kesempatan terakhir bagi Lazio untuk mengoleksi gelar musim ini. Mereka memang bermain sangat bagus sepanjang musim ini. Memang tidak cukup untuk menyaingi Juventus, tapi performa Lazio musim ini sangat amat mengejutkan. Tidak ada yang menduga mereka bisa bersaing di papan atas (saat ini di peringkat 3).<br /><br />Lazio bahkan masih sangat berpeluang lolos ke Liga Champions. Mereka bahkan masih bisa menggeser AS Roma yang masih bertengger di peringkat kedua klasemen. Dua kesebelasan dari kota Roma ini hanya dipisahkan oleh selisih satu angka.<br /><br />Jika gelar juara Coppa bisa membuat musim Lazio yang mengejutkan akan makin sempurna, apalagi jika berhasil lolos ke Liga Champions, bagi Juventus gelar Coppa punya arti yang berbeda. Trofi Coppa bisa menghadirkan atmosfer dan optimisme yang menjulang tinggi jelang menghadapi Barcelona di partai puncak Liga Champions 2015.<br /><br />Kemenangan atas Lazio akan membuat mentalitas,<em> mood</em> dan kepercayaan diri Juventus akan terus bergerak naik. Sebab jika gelar Coppa pun berhasil diboyong, mereka hanya perlu memenangkan satu trofi lagi, Liga Champions, maka mereka akan mencatatkan diri dalam sejarah: generasi pertama Juventus dalam sejarah yang berhasil menyatukan gelar Serie-A, Coppa dan Liga Champions.<br /><br />Sejarah ada di pelupuk mata Allegri dan anak-anak asuhnya!<br /><br />====<br /><br />* Mengkhususkan pada analisis sepakbola, baik Indonesia maupun dunia, meliputi analisis pertandingan, taktik dan strategi, statistik dan liga. Keragaman latar belakang dan disiplin ilmu para analis memungkinkan PFI untuk juga mengamati aspek kultur, sosial, ekonomi dan politik dari sepakbola. Twitter: @panditfootball Facebook: panditfootball Website: <a href="http://panditfootball.com/"><span style="color: #339966;">www.panditfootball.com</span></a>.<br /><br /></p> (Andi Abdullah Sururi/Doni Wahyudi)
    Kontak Informasi Detikcom
    Redaksi: redaksi[at]detik.com
    Media Partner: promosi[at]detik.com
    Iklan: sales[at]detik.com
    More About the Game