Jakarta - <p>Tidak bisa dipungkiri bahwa Barcelona lebih dijagokan daripada Juventus di final Liga Champions. Namun, bukan berarti Bianconeri tidak memiliki peluang untuk keluar sebagai pemenang.<br /><br />Juve akan menghadapi raksasa asal Spanyol itu di Olympiastadion, Berlin. Sama halnya dengan Juventus, Barca pun diambang tiga trofi juara jika berhasil keluar sebagai pemenang lantaran sudah menyabet dua trofi domestik sebelumnya.<br /><br />Melihat komposisi pemain dan apa yang telah ditunjukkan sepanjang musim 2014/2015, Barcelona tentunya lebih diunggulkan. Trio lini depan mereka, Lionel Messi, Luis Suarez dan Neymar Jr, sedang on fire di mana telah mencetak lebih dari 120 gol sepanjang musim ini. Pun begitu dengan lini pertahanan yang cukup sulit ditembus.<br /><br />Akan tetapi, bukan berarti Juve tanpa peluang meraih kemenangan pada laga ini. Sesempurna apapun skuat Barca, tetap tak mustahil dikalahkan. Apalagi Juventus juga telah memperlihatkan penampilan yang impresif.<br /><br /><strong>Mengatasi Kehilangan Chiellini</strong><br /><br />Jelang laga final ini digelar, Juve dikabarkan akan tampil tanpa skuat terbaiknya menyusul cedera yang dialami bek tengah andalan mereka, Giorgio Chiellini. Sebenarnya Juve masih memiliki Andrea Barzagli untuk menempati pos yang ditinggalkan Chiellini. Namun eks bek Wolfsburg ini pun masih diragukan tampil.<br /><br />Jika Barzagli bisa tampil, hal ini akan memunculkan kepercayaan diri lebih dalam skuat Juventus. Meski sudah berusia 34 tahun ini dan sering diganggu cedera namun kemampuan bertahannya masih sangat bisa diandalkan.<br /><br />Musim ini, Barzagli hanya bermain dalam 16 pertandingan. Namun hebatnya setiap kali dirinya bermain, Juve selalu tak terkalahkan. Padahal lawan-lawan Juve adalah tim-tim yang kuat, temrasuk Lazio, Napoli, Inter Milan, Real Madrid, AS Monaco, Borussia Dortmund, dan Fiorentina.<br /><br />Jika Barzagli masih belum fit benar dan Allegri memutuskan untuk memarkirnya, Angelo Ogbonna dipastikan akan menjadi tandem bagi Leonardo Bonucci. Sebenarnya penempatan lebih ideal jika Ogbonna menggantikan Chilellini lantara eks bek Torino ini berkaki kidal sama halnya dengan Chiellini.<br /><br />Hanya saja penampilan Ogbonna masih angin-anginan. Dalam 30 pertandingan yang ia mainkan, total 24 gol bersarang ke gawang Juventus plus. Lima dari tujuh kekalahan yang dialami Juve sepanjang musim ini pun terjadi ketika bek berusia 27 tahun itu mengawal lini pertahanan Juventus.<br /><br />Dengan demikian, Juve layak berharap pada kepulihan Barzagli. Dibanding Ogbonna, Barzagli memiliki catatan lebih baik dalam mengawal pertahanan Juventus. Pengalaman yang dimilikinya pun akan membantu Juve di laga sebesar final UCL ini.<br /><br /><strong>Skema 4-3-1-2 dan Gunakan Garis Pertahanan Rendah</strong><br /><br />Ada atau tidak adanya Chiellini, Juve disarankan tetap menggunakan kembali formasi 4-3-1-2. Formasi ini rasanya sangat cocok untuk menghadapi Barcelona yang begitu mengadalkan kolektivitas tim ketika memasuki area kotak penalti lawan.<br /><br />Di UCL, Juve telah delapan kali menggunakan formasi ini sejak menit pertama. Hasilnya, gawang Juve yang dikawal Gianluigi Buffon pun hanya kebobolan lima gol ketika menggunakan formasi ini. Sebuah catatan yang cukup impresif.<br /><br />Dalam formasi 4-3-1-2, Stephan Lichtsteiner dan Patrice Evra yang menguni posisi bek sayap, lebih difungsikan untuk menjaga area pertahanan ketimbang melakukan overlapping membantu lini serang. Kedisiplinan keduanya menjaga area sayap pun menjadi penutup serangan lawan yang coba masuk dari sayap.<br /><br />Serangan sayap sendiri termasuk dalam senjata andalan Barcelona dalam memasuki area kotak penalti. Sisi kanan yang mana menjadi area edar Daniel Alves menjadi area yang patut lebih diwaspadai. Meski kecepatannya yang mulai menurun karena termakan usia, visi bermain, umpan silang, penempatan posisi dan aksi individunya bisa dibilang masih yang terbaik untuk seorang pemain bek sayap.<br /><br />Serangan lawan yang dihadapi Juventus memang seringkali harus teralihkan ke sisi sayap. Ini terjadi lantaran di area tengah Juventus terjadi penumpukan pemain di mana celah untuk memasuki area kotak penalti Juventus menjadi terbatas. Tak jarang selain empat gelandang Juve, duet penyerang mereka, Alvaro Morata dan Carlos Tevez, ikut membantu lini pertahanan.<br /><br />Siapa saja yang akan menghuni lini tengah Juventus pada partai puncak nanti? Untungnya Juve bisa menurunkan para pemain terbaiknya di lini tengah. Arturo Vidal, Claudio Marchisio, Paul Pogba, dan Andrea Pirlo siap menjadi pendistribusi peluang-peluang bagi Morata dan Tevez.<br /><br />Yang perlu menjadi catatan, penampilan Pirlo sebenarnya belum kembali pada performa terbaiknya semenjak sembuh dari cedera yang membuatnya harus absen sekitar sebulan. Gelandang gaek timnas Italia ini sering kehilangan bola yang bisa membahayakan lini pertahanan Juve ketika tak siap mendapatkan serangan lawan.<br /><br />Jika penampilan Pirlo tak memuaskan pada laga final nanti, Allegri rasanya tak perlu ragu untuk kembali memainkan Stefano Sturaro di lini tengah, dengan memerankan Marchisio pada posisi Pirlo. Sturaro mampu menjaga keseimbangan di lini tengah Juventus. Hal ini terlihat saat gelandang berusia 22 tahun ini bermain selama 64 menit kala Juve menghadapi Real Madrid pada leg pertama semi-final.<br /><br />Siapapun gelandang Juve nanti, yang paling utama dalam menjaga pertahanan agar tak kebobolan saat menghadapi Barca adalah penggunaan garis pertahanan rendah. Dengan akurasi operan dan kecepatan yang dimiliki para pemain Barca, menggunakan garis pertahanan tinggi terlalu beresiko bagi lini pertahanan Juventus.<br /><br />Adanya gelandang dengan akurasi operan yang mumpuni macam Ivan Rakitic dan Andres Iniesta, bisa menemukan area flank saat pertahanan Juve naik hingga ke tengah. Operan mematikan dari keduanya akan disempurnakan oleh kombinasi dari Messi-Suarez-Neymar (MSN).<br /><br />Melihat gol-gol yang diciptakan Messi-Suarez-Neymar, garis pertahanan rendah memang paling tepat digunakan. Ketiganya akan kesulitan menemukan ruang kosong saat para pemain Juve bertahan dan menumpuk di dalam dan depan kotak penalti. Skema mencetak gol ketiganya memang seringkali bermula lewat umpan terobosan dari tengah yang kemudian diakhiri dengan operan di mulut gawang.<br /><br /><strong>Berani Menguasai Bola</strong><br /><br />Meski lini serang Barcelona sangat mematikan dengan adanya trio MSN, bukan berarti Juve harus bertahan total untuk mencari kemenangan pada laga ini. Sebaliknya, Juve harus bisa menguasai bola dan membangun serangan perlahan dari lini belakang. <br /><br />Juve perlu memperlihatkan permainan seperti yang mereka tunjukkan saat menaklukkan Madrid di Juventus Stadium. Meski tipikal penyerang Madrid dan Barcelona berbeda, kedua kesebelasan ini sama-sama menerapkan pressing agresif saat pemain belakang menguasai bola. <br /><br />Juve berhasil melakukannya saat menghadapi Madrid. Gol yang diciptakan Morata di Juventus Stadium pun menjadi bukti bahwa ketenangan dan kepercayaan diri dalam menguasai bola bisa membuahkan gol bagi Juventus. Kala itu, Juve menciptakan 27 operan dalam serangan yang membuat Juve unggul lebih dulu.<br /><br /> Lini pertahanan Barca memang merupakan salah satu yang terkuat dan sulit dibobol dengan kemasukan 35 gol saja dalam 59 pertandingan di segala ajang. Namun nyatanya ada catatan yang harusnya bisa dimanfaatkan Juventus pada laga final nanti. <br /><br />Tak seperti Juve yang akan tampil pincang, Barca akan tampil dengan kekuatan penuh. Maka jika menebak susunan pemain mereka pada laga nanti, tampaknya duet Javier Mascherano dan Gerard Pique akan diturunkan sejak menit pertama. Sedangkan untuk pos gelandang bertahan akan diserahkan pada Sergio Busquets.<br /><br />Ketiga pemain ini akan menjadi titik lemah bagi Barca. Dalam 35 gol yang bersarang ke gawang Barca, 27 gol di antaranya tercipta saat Busquets menghuni pos gelandang bertahan dalam 39 pertandingan. Bandingkan dengan saat Enrique menempatkan Mascherano pada pos gelandang jangkar. Dalam 14 penampilan Mascherano sebagai gelandang bertahan, Barca hanya kebobolan lima gol.<br /><br />Jika dipersentasekan, total kemasukan Barca saat Busquets menghuni sebagai gelandang bertahan mendekati angka 70%. Sementara saat Mascherano yang menjadi gelandang bertahan, total kemasukan Barca hanya sekitar 35%. Bagaimana dengan duet Mascherano-Pique di lini pertahanan? Di segala ajang, Barca hanya kemasukan 16 gol saat duet ini menggalang lini pertahanan. Tapi di UCL, sebanyak lima kali duet ini dipasang dari total 12 pertandingan. <br /><br />Jumlah kebobolannya sebanyak lima gol dengan total clean sheet dua kali. Total kemasukan Barca di dari 12 pertandingan di Liga Champions pun sebanyak delapan kali. Ini artinya, 62% gol yang bersarang ke gawang Barca terjadi saat keduanya dimainkan.<br /><br />Ditambah lagi dengan catatan yang dimiliki Marc Andre ter Stegen. Dalam 12 penampilannya, Barca selalu menurunkan kiper asal Jerman ini. Secara statistik, Ter Stegen tak lebih baik dari Buffon. Keduanya sama-sama mencetak clean sheet enam kali, namun dengan jumlah kebobolan 10 berbanding enam untuk Buffon.<br /><br />Dengan catatan-catatan di atas, rasanya Juve memiliki kans yang tidak sama besar untuk memenangi laga final ini. Catatan kebobolan 10 kali dari 12 pertandingan tentu saja menambah kans kebobolan Barca pada laga final nanti.<br /><br />Apa yang harus Juve lakukan dalam membobol gawang Ter Stegen? Pertama, Juve harus menyadari bahwa Ter Stegen sangat mungkin dibobol lewat skema tendangan sudut. Dari 10 kebobolannya, tiga di antaranya tercipta lewat skema tendangan sudut langsung.<br /><br />Langkah kedua, empat gol lainnya yang bersarang ke gawang ter Stegen tercipta melalui serangan dari tengah. Seperti yang diungkapkan sebelumnya, Busquets (dan juga Mascherano-Pique) menjadi titik lemah lini pertahanan Barca. Busquets seringkali lengah dalam mengawal area depan kotak penalti yang menyebabkan pemain depan bisa leluasa menerima bola. <br /><br />Skema ini pula yang melahirkan gol Fernando Torres pada menit pertama atau gol-gol yang diciptakan Deportivo La Coruna dan Sevilla saat menahan imbang Barca 2-2 beberapa waktu lalu. Pun begitu saat Barca ditaklukkan Celta Vigo dengan skor tipis 0-1. Semua terjadi berkat kelengahan Busquets dalam mengantisipasi area depan kotak penalti.<br /><br /><strong>Kesimpulan</strong><br /><br />Dengan sejumlah catatan di atas, Juve sudah sepatutnya tak perlu mengerdilkan diri di final nanti. Meski lawan berada di atas angin, nyatanya terdapat sejumlah catatan yang rasanya bisa menjadi stimulus bagi skuat Juventus untuk menaklukkan Barcelona.<br /><br />Yang jelas, bisa atau tidaknya Juve menaklukkan Barcelona, Juve tampaknya akan tetap memberikan perlawanan sengit bagi Los Cules. Mencapai babak final sendiri sudah menjadi pencapaian yang luar biasa bagi Juventus. Namun akan lebih luar biasa lagi jika nantinya Juventus berhasil membawa pulang trofi Si Kuping Besar ke tanah Italia.<br /><br /></p> (rin/rin)