Masukkan kata pencarian minimal 3 karakter
Searching.. Please Wait
    Match Analysis

    Liga Jerman: Bayern 3-0 Leverkusen

    Bayern Menang Segalanya

    Pandit Football Indonesia - detikSport
    Reuters/Michael Dalder Reuters/Michael Dalder
    Jakarta - Bayern Munich menyambut pertandingan Bundesliga ketiga mereka musim ini dengan bekal dua kemenangan. Begitu pula dengan lawan mereka, Bayer Leverkusen, yang mengumpulkan enam angka dari dua pertandingan yang sudah mereka jalani. Normalnya, ketika dua kesebelasan besar saling berhadapan dengan satu sama lain di satu lapangan yang sama, pertandingan akan berjalan sama kuat dan sangat ketat. Namun Bayern, kesebelasan tuan rumah, ternyata terlalu tangguh untuk Leverkusen.

    Lewat dua gol dari Thomas Mueller (menit ke-25 dan penalti di menit ke-59) serta eksekusi penalti Arjen Robben (menit ke-70), Bayern mengalahkan lawannya tiga gol tanpa balas. Kemenangan ini mengantar Bayern duduk manis di puncak klasemen sementara Bundesliga musim 2015/16.

    Susunan Pemain

    Pep Guardiola, pelatih kepala Bayern, menurunkan para pemainnya dalam formasi yang tidak biasa: 3-1-3-3. Dan di antara sebelas pemain yang ia percayai sebagai starter tak ada satu pun bek tengah.

    Di hadapan Manuel Neuer, sang penjaga gawang, ada David Alaba. Pemain asal Austria ini dikawani Philipp Lahm, kapten kesebelasan, di sebelah kanan dan Juan Bernat di sebelah kiri. Xabi Alonso menjadi penghubung antara ketiga pemain belakang dan tiga gelandang Bayern: Mueller di kanan, Arturo Vidal di tengah, dan Thiago Alcantara di kiri. Barisan depan, sementara itu, berisi Robert Lewandowski yang dikawani oleh Arjen Robben di kanan dan Douglas Costa di kiri.

    Ketika tidak menguasai bola, para pemain Bayern menerapkan taktik zonal marking dalam formasi 4-2-3-1. Alonso dan Alaba menjadi duet bek tengah, Vidal dan Alcantara menjadi poros ganda.



    Leverkusen, sementara itu, tampil dalam formasi 4-4-2. Bernd Leno tetap dipercaya mengawal gawang. Barisan belakang, dari kanan ke kiri, berisi Roberto Hilbert, Jonathan Tah, Kyriakos Papadopoulos, dan Wendell. Lars Bender dan Christoph Kramer menjadi duet gelandang tengah. Karim Bellarabi dan Hakan Calhanoglu masing-masing bertanggung jawab di sayap kanan dan kiri. Stefan Kiessling berpasangan dengan Admir Mehmedi di barisan penyerang.

    Tanpa bola, para pemain Leverkusen menerapkan garis pertahanan tinggi dan tampil dalam formasi yang beragam sebagai konsekuensi dari taktik Pressmaschine yang mengharuskan para pemain Leverkusen banyak berlari dan menekan lawan terdekat, di mana pun bola berada.

    Analisis Pertandingan

    Leverkusen gagal manfaatkan keunggulan tinggi badan: Para pemain belakang Bayern yang tidak tinggi (Philipp Lahm, David Alaba, dan Juan Bernat) dengan sendirinya adalah keuntungan bagi Leverkusen yang memiliki Stefan Kiessling (1,91 meter). Sayang Leverkusen tidak memanfaatkan keunggulan ini. Hanya dua dari sepuluh umpan silang Leverkusen di pertandingan ini yang berasal dari open play. Selebihnya dari sepak pojok, dan dalam sepak pojok Leverkusen tidak memiliki keunggulan tinggi badan karena pemain-pemain yang mempertahankan gawang Bayern dalam situasi ini bukan hanya Lahm, Alaba, dan Bernat. Minimnya jumlah umpan silang yang dilepaskan oleh para pemain sayap Leverkusen sedikit banyak terpengaruhi oleh keberadaan Douglas Costa dan Arjen Robben. Dengan lawan-lawan sekelas keduanya, para bek sayap Leverkusen tentu berpikir dua kali untuk membantu serangan dan meninggalkan pos mereka.

    Bumerang Pressmschine: Permainan menekan Leverkusen menjadi bumerang untuk mereka sendiri. Para pemain Bayern yang tenang tidak kehilangan bola begitu saja hanya karena menerima tekanan. Bayern juga cukup cerdas untuk tidak lama-lama menguasai bola dan memainkan umpan-umpan pendek walau mereka menguasai hal tersebut dengan baik. Leverkusen yang bermain menekan adalah lawan yang terbuka, sehingga para pemain Bayern banyak melepas umpan langsung yang mengarah ke depan. Jumlahnya mencapai 288 umpan atau 53,23% dari jumlah seluruh umpan Bayern di pertandingan ini.

    Douglas Costa terbaik, Roberto Hilbert terburuk: Secara spesifik, Bayern menjadikan Douglas Costa sebagai tujuan umpan-umpan langsung mereka. Jika dibandingkan dengan Arjen Robben, Douglas Costa memang pilihan yang lebih tepat. Bermain di sisi serangan sebelah kiri dan dengan kaki kiri sebagai kaki terkuatnya, Douglas Costa mampu menjadi andalan untuk permainan cepat. Ia memiliki kecepatan dan kegemaran mendorong bola dan berlari di jalur yang lurus. Arjen Robben, sementara itu, lebih gemar meliuk-liuk dengan bola di kakinya dan melakukan gerakan memotong ke dalam. Dalam prosesnya, hal ini akan membuat para pemain Leverkusen memiliki cukup waktu untuk kembali ke area pertahanan mereka dan menempatkan diri dalam keadaan siap bertahan.



    Douglas Costa pun menjawab kepercayaan besar tersebut dengan baik. Dua dari tiga gol Bayern di pertandingan ini adalah sumbangan langsung darinya. Dalam proses gol pertama Bayern, Douglas Costa yang menerima umpan panjang mengelabui Roberto Hilbert dengan satu sentuhan. Douglas Costa juga menunjukkan kekuatan dan keseimbangan yang baik saat Roberto Hilbert berusaha menghentikannya dalam adu cepat. Setelah melewati Hilbert, Costa mengirim umpan silang yang matang. Sangat matang umpan yang Costa lepaskan sehingga sang penerima, Thomas Muller, hanya membutuhkan satu sentuhan untuk mengubah umpan tersebut menjadi gol.

    Douglas Costa kembali berperan langsung dalam proses gol ketiga Bayern. Umpan silangnya di dalam kotak penalti Leverkusen sehingga wasit kembali menghadiahkan penalti kepada Bayern. Di luar sumbangan-sumbangan langsungnya terhadap gol-gol Bayern, Douglas Costa secara rutin merepotkan para pemain Leverkusen dengan kecepatan dan kemampuannya menggiring bola, walau usahanya melewati lawan tidak selalu berhasil (dari 14 kali percobaan, hanya tujuh yang berhasil).

    Lewati lawan bukan rute terpendek mencetak gol: Pencarian gol Leverkusen tidak berjalan mulus karena pada praktiknya, mengancam Bayern dengan umpan-umpan langsung bukanlah hal yang mudah dilakukan. Tanpa bola, para pemain Bayern bermain disiplin dalam formasi 4-2-3-1. Hasilnya, akurasi umpan mengarah ke depan Leverkusen hanya 58,58%.Dalam banyak kesempatan, para pemain Leverkusen tidak memiliki pilihan selain melewati lawan. Cara ini juga terbukti tidak cukup efektif untuk menebar ancaman terhadap pertahanan Bayern. Hanya sembilan kali dalam 22 percobaan para pemain Leverkusen berhasil melewati para pemain Bayern.



    Kesimpulan

    Terlepas dari "bantuan" Roberto Hilbert, Bayern Munchen menang karena mereka unggul segalanya. Bayern memiliki pelatih kepala yang lebih cerdas. Bayern memiliki pemain-pemain yang secara kualitas lebih baik. Bayern tampil dengan taktik yang tepat.

    Keberanian Pep Guardiola untuk memainkan David Alaba sebagai bek tengah dengan Xabi Alonso sebagai pasangannya adalah langkah yang berani sekaligus cerdas. Melawan para pemain Leverkusen yang bermain menekan, Bayern tidak boleh memiliki pemain yang tidak tenang menguasai bola. Semua pemain, dari penjaga gawang hingga penyerang tengah, harus mampu menguasai bola dengan baik di bawah tekanan. Memainkan David Alaba dan Xabi Alonso sebagai duet ball playing defender adalah pilihan tepat. Keduanya mampu menguasai dan mengalirkan bola dengan baik. Untuk menutupi kekurangan keduanya dalam bertahan, Pep memaksimalkan Arturo Vidal.

    Memaksimalkan kemampuan Douglas Costa juga dapat diartikan sebagai kecerdasan Pep yang lain. Permainan direct Douglas Costa terbukti lebih berbahaya dari kegemaran Arjen Robben berlama-lama menggiring bola.

    Dengan semua keunggulan tersebut, Bayern sangat pantas meraih kemenangan telak tiga gol tanpa balas.

    ------

    *dianalisis oleh @panditfootball. Profil lihat di sini.



    (krs/krs)
    Kontak Informasi Detikcom
    Redaksi: redaksi[at]detik.com
    Media Partner: promosi[at]detik.com
    Iklan: sales[at]detik.com
    More About the Game